Ketika Yunho berjalan terlebih dahulu untuk keluar dari rumah, dalam keadaan siap — walau wajahnya berbalut kain kasa dan plester — Mingi sempat menghentikan San. Sebenarnya yang juga terlihat bahwa ia memang ingin bicara padanya, sembari melirik ke arah pintu kamarnya berada, di mana ia penasaran.
Tapi memang San belum menengoknya lagi.
Ada suatu perasaan bersalah yang tidak ingin San rasakan sama sekali di sana. Setidaknya, tidak sekarang. Tidak di saat-saat di mana ia akan berangkat ke kampus untuk latihan.
"Yeosang...?"
"Belum." Mingi tahu ke mana arahnya, menjawab dengan cepat. Tatapannya terlihat lurus, sembari dirinya bertanya kemudian. "Seonghwa?"
Perlahan San mengangguk, secara pelan. "Seonghwa gak apa. Udah istirahat, tidurnya juga lelap, mungkin badannya memang butuh istirahat lama."
"Baguslah."
"Wooyoung kan yang jaga di rumah sakit?" tanya San lagi.
Mingi memberikannya jawaban dalam anggukannya, membuat San mengerti, sebelum membenarkan ransel yang ia sampirkan di satu bahunya.
"Gue mau ke sana dulu sebelum ke kampus." San menjawab, tapi seperti tengah menahan napasnya. "Kebetulan rumah sakitnya sama kayak rumah sakit tempat Wooyoung check up. Nanti biar sekalian dia check up."
"Kakinya?"
"Ya." San menjawab. Hal-hal yang ia lakukan di sana seolah ingin mengubur sesuatu. Mengubur sesuatu, atau mungkin lebih, di mana mungkin bisa dibilang, ia tengah melarikan diri sekarang. "Siapapun yang nanti nyusul ke rumah sakit, tolong tetap ada yang tinggal di rumah, ya? Yeosang dan Seonghwa harus ada temannya."
Mingi mengangguk lagi.
Ini benar terasa diantara keduanya bahwa mereka berbicara untuk kepentingan semata. Padahal diantara satu sama lain jelas ada perbedaan pemikiran, terlebih sejak kejadian dini hari sebelumnya.
"Younghoon mau datang juga, sih." kata San lagi. Lalu tangannya menepuk lengan atas Mingi, tersenyum simpul setidaknya. "Kalau gitu gue pergi dulu, ya?"
San berjalan, beberapa langkah untuk benar menghilang dari pintu, tanpa mendapatkan jawaban dari Mingi. Karena memang Mingi sendiri tak bisa berucap, walau ingin sekali dirinya berucap. Hanya saja, San pun menyadari itu, karena walau menghindar dapat meredakan sedikit nyerinya, tetap saja, mereka tak bisa lari lagi.
Sehingga San berhenti sesaat, hanya untuk mengatakan kalimat itu.
"Nanti malam kita semua ngobrol lagi. Tapi, gak ada yang saling pukul."
Dalam keadaan membisu, Mingi menyetujuinya.
-:-;;-:-
Sesampainya di rumah sakit, San yang telah bertanya pada resepsionis langsung membawa dirinya ke ruang yang diberitahu — diarahkan. Mencoba melakukannya secepat mungkin, karena dirinya juga tidak mungkin harus mengabaikan latihan. San adalah salah satu dari pemain inti, jadi tentu kehadirannya sangat diperlukan.
Ponselnya terus bergetar, tanda panggilan masuk.
San tahu itu berasal dari Arin, jadi dia tak mengindahkannya sama sekali.
Hal yang dipikirkannya hanyalah untuk sampai ke ruangan yang dituju. Di mana ketika ia membukanya, terlihat Wooyoung di tepi ranjang tengah menahan Hongjoong yang dalam keadaan sadar, memaksa untuk turun. Dengan kondisi bahwa ia telah melepas selang infusnya — yang kini menggantung di sana.
Wooyoung menoleh pada pintu.
Memang Wooyoung tak mengatakan apapun, tapi dirinya langsung mendekat, dan hampir mendorong bahu Hongjoong untuk kembali mundur. Sayangnya, Hongjoong berhasil menepisnya cukup kuat. Memiliki tenaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔️ OCTAGON (ATEEZ BXB SMUT)
FanfictionThe rule is; we can't fall in love with each other. Dilema dari 8 orang yang memilih untuk tinggal bersama. Seluruh perasaan yang semula terkubur, muncul ke permukaan satu per satu. Menyakitkannya, bukan hanya itu masalah yang timbul diantara mereka...