Bab Sembilan Belas

76 16 25
                                    

Yeorin.

Aku tahu aku tidak boleh pergi bersamanya. Itu salah satu aturan paling dasar untuk tetap hidup. Kau tidak mengikuti seorang pria menyusuri lorong gelap tanpa memberi tahu orang lain. 

Jantungku berdegup kencang, di dekat tenggorokanku. Yoongi mengirim supir favoritnya, Soobin, bersamaku malam ini. Aku membuatnya tetap di tepi ruang dansa. Aku tidak ingin diawasi. Aku tidak ingin seseorang melayang saat aku berjabat tangan dan mencoba melakukan jejaring sosial di dunia seni.

Aku menyesali saat Lee Jungseob mencondongkan tubuh untuk memintaku.

Aku tidak yakin menyesalinya sekarang.

"Aku belum melukismu, Yeorin," Jungseob berbisik di telingaku. “Semua orang akan tergila-gila dengan karya itu. Aku akan membuatmu terlihat luar biasa.”

Tidak mungkin di planet ini aku akan telanjang dan menangis untuk Lee Jungseob. Aku ingin mendorongnya pergi. Aku ingin menamparnya karena meletakkan tangannya di pinggangku seolah dia punya hak. Tapi naluri lama muncul dan aku tidak melakukan apa-apa. Lebih aman tidak melakukan apa-apa. Untuk menjadi apa-apa. Tapi rasanya sial.

Aku tidak memperhatikan ke mana Jimin membawa ku. Melalui ruang utama renovasi ini. Sebuah pintu. Lorong. 

Aku memeriksa dari belakang untuk memastikan Soobin tidak mengikuti. Pintu lain. Dia berbelok ke sudut yang murni bayangan dan gelap dan membuka pintu lain lagi. Mengantar ku masuk. Aku kembali ke diriku sendiri ketika pintu menutup di belakangku dengan bunyi klik tegas.

Jimin menguncinya.

Kami berada di lemari. Tempat penyimpanan. Kain putih menutupi meja dan kursi. Cahaya keemasan redup masuk dari luar. Lampu Natal dari taman di luar. 

Tangan Jimin melakukan kontak lembut dengan bagian bawah punggungku. Aku seharusnya tidak percaya padanya. Seharusnya tidak membiarkan diriku terkunci di ruangan ini bersamanya. Jantungku terasa seperti jam yang berdetak. 

Berapa lama waktu yang ku miliki sebelum Soobin menemukan ku?

Jimin bergerak di depanku, menyapukan jari-jarinya di tempat yang disentuh Jungseob. 

Matanya menarik napasku, bahkan dalam cahaya lembut ini. Segala sesuatu tentang dirinya sempurna. Setelan gelap yang sempurna. Jatuh sempurna rambut berpasir. Selanjutnya dia menyentuh pergelangan tanganku, lalu menyapukan jari-jarinya ke lenganku, matanya menatap wajahku. 

Ku pikir aku menahannya di luar sana. Ku pikir aku menyembunyikannya dengan cukup baik. Sekarang aku merasa goyah di sepatu ku. Semua ototku lelah karena berdiri, dan aku sudah lama tidak berdiri. Gelombang panas dan dingin turun ke belakang leherku.

"Kau bisa memberitahuku, Yeorin." Telapak tangannya ada di pipiku. 

Dia memiliki tangan yang kuat, serta tubuh yang ramping dan kokoh. Aku mencoba bernafas normal. 

Gagal.

"Aku baik-baik saja," aku berbohong. “Terlalu hangat di sana. Jungseob-ssi—” Menjijikkan. "Aku tidak menyukainya, tapi aku tidak ingin membuat keributan."

"Apa lagi?"

"Tidak ada yang lain."

"Aku melihat lukisanmu," katanya lagi, secercah emosi dalam suaranya. "Aku tahu ada sesuatu yang lain."

Sentuhannya terasa lebih posesif sekarang. Pegangan yang lebih keras. Hatiku menjadi overdrive. Pintunya terkunci.

Dan.

Dadaku sakit dengan betapa aku ingin memberitahunya. 

Berbahaya membocorkan rahasia. 

Berbahaya untuk mengungkapkan apa pun. 

The CollectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang