Yeorin.
Ingat baris pertama.
Garis?
Dari sebuah buku.
Ingat baris pertama sebuah buku. Jika kau melakukan sesuatu yang sangat sulit dan kau perlu melupakannya, ingatlah baris pertama buku yang kau sukai, Yeorin.
Sial.
Aku tidak dapat mengingat buku apa pun yang ku sukai.
Jauh lebih dingin dari yang kukira.
Dingin yang membelah tulang. Pecahan es di mataku. Pembekuan tertimbang. Jimin ada di sini setiap hari. Ku pikir aku bisa bertahan satu jam.
Aku akan bertahan. Aku akan berhasil melewati ini. Jika aku jujur, aku tidak tahu sudah berapa lama. Ini tidak seperti belajar berenang di lepas pantai, di salah satu liburan keluarga kami. Di suatu tempat yang hangat dan tropis.
Siapa yang mengajari ku berenang?
Yoongi, mungkin, tapi aku tidak ingat. Aku hanya bisa mengingat air di wajahku.
Gelombang menampar pipiku.
Sudah berapa kali itu terjadi?
Banyak, ku pikir. Aku lupa berapa kali aku mengangkat tangan. Menendang kakiku.
Ini semakin sulit.
Lautan menarik lenganku dengan setiap pukulan. Aku bukan perenang tapi aku tahu apa yang terjadi jika aku berhenti menendang. Aku akan tenggelam. Memalingkan kepala untuk memindai pantai membutuhkan upaya nyata.
Aku tidak bisa melihatnya.
Oke.
Itu sebuah kemunduran.
Aku berbelok ke arah yang berlawanan. Gelombang demi gelombang. Tidak dengan cara ini, kalau begitu.
Aku melihat sekilas pantai. Aku akan menuju ke sana. Itulah jalan yang harus ku tempuh. Tapi tidak — itu bukan pantai. Itu awan atau mungkin hanya garis gelap. Aku tidak tahu apa itu, tapi sepertinya lebih mirip pantai daripada lautan.
Cukup baik.
Hal yang sangat penting adalah terus berenang.
Angkat satu tangan, lalu tangan lainnya. Tendangan. Tendangan. Tendangan. Harus menjaga pikiranku dari kedinginan. Aku akan mengingat baris pertama sebuah buku.
Sial.
Aku harus membaca buku dalam hidup ku. Bagaimana Yoongi selalu ingat?
Benar — karena dia menggunakan trik ini untuk sesuatu yang lebih buruk daripada berenang. Untuk rasa sakit yang luar biasa. Menjadi dingin ini sakitnya sedikit lebih dari yang ku harapkan tapi tidak seburuk luka cambuk. Lapisan perak. Lapisan garam.
Aku membuka mulut untuk menertawakan leluconku sendiri dan mendapatkan seteguk air laut. Itu membekukan gigiku.
Mungkin roda warna sebagai gantinya.
Merah muda. Merah. Orange. Violet.
Tidak. Kuning.
Merah. Orange. Kuning. Hijau. Biru. Nila. Ungu.
Itu baru pelangi.
Satu tangan, lalu tangan lainnya. Sangat pahit ketika aku masuk. Ku pikir aku mungkin tidak bisa bernapas, tetapi aku bisa.
Nafas pisau. Menjepit paru-paruku.
Ini tidak seburuk sekarang. Tidak sedingin itu, maksudku. Sudah mulai terasa…
KAMU SEDANG MEMBACA
The Collector
Mystery / Thriller(completed) Kaya. Menyendiri. Berbahaya. Han Jimin tidak suka bersosialisasi. Dia hanya berani mengejar seni baru untuk koleksinya. Dimulai dengan lukisan yang menghantuinya. Kemudian dia bertemu seorang pelukis... Kim Yeorin yang polos lebih cant...