Bab Empat Puluh Satu

69 12 24
                                    

Jimin.

Aku menyesali semua itu. Segera.

Kelembutan. Berbagi. Kejujuran. Aku menyesal membiarkan Yeorin masuk. Membiarkan percakapan ini di tempat pertama. Aku sangat membencinya sehingga membentuk lubang di dasar hatiku dan bernanah.

Karena tentu saja itu tidak membawanya ke kedamaian sejati. Wajah Yeorin menunduk saat dia mendengar suara kakaknya. 

Dia menjadi pucat dan sedih, tangannya mengaitkan ke kerahnya dan memegang erat-erat. Yeorin sama sekali tidak menyadarinya. 

Aku tahu, karena dia tidak melepaskannya sampai aku memeluknya.

Dia tidak tahu seberapa benar dia. Bagaimana semua kesulitan ini bertambah selama bertahun-tahun. Itu tidak menjadi lebih mudah. Tidak mudah meninggalkan rumah. Tidak mudah untuk pulih setelah serangan. Isakan sedihnya adalah suara terburuk yang pernah kudengar.

Aku menjadi terlalu lembek, terlalu rentan, dan pikiranku mendesis memikirkan kemungkinan itu.

Lebih mudah menjadi bajingan jahat, seperti ayahku, selalu lebih aman, dan akan lebih aman sekarang.

.
.
.

Saat matahari terbit lagi, kita sudah selesai dengan semua ini. Dia tidak bisa begitu dekat. 

Sangat hidup. 

Aku membutuhkan dia di tempatnya. Dibingkai dalam koleksi ku. Tidak menjangkau dunia luar, yang hanya menyakitinya. Aku tidak bisa mendengar apa pun yang dikatakan kakaknya, tapi aku tidak perlu mendengarnya. 

Aku melihat semuanya di wajah Yeorin. Aku belum mengambil Yeorin dari keluarga yang ceroboh, apalagi kakaknya.

Aku merasakan sedikit rasa bersalah.

Aku memakukannya ke dinding pikiran ku. Paku sampai tidak ada jika terlihat.

Yeorin menangis begitu lama hingga dia kelelahan. Dia akhirnya tertidur dengan gelisah di bahuku, dan aku melakukan satu-satunya hal yang mungkin, yaitu menidurkannya.

Tempat tidurku, bukan miliknya. 

Aku berkata pada diriku sendiri itu agar dia tidak sendirian jika dia bangun di malam hari. Akan lebih baik baginya jika dia sendirian. Aku hanyalah bajingan yang menyesal dengan koleksi seni.

Yeorin tidak bangun sepanjang malam. Bahkan ketika aku bangun dari tempat tidur sebelum fajar untuk berselancar, ponsel ku dalam wadah tahan air di saku pakaian selam jadi aku tahu jika dia mencoba melarikan diri lagi.

Sebagian diriku berpikir dia mungkin mencoba kabur lagi.

Bagian itu salah. Dia masih bermimpi, meringkuk di bawah selimut, saat aku kembali.

Sudah waktunya untuk melanjutkan rutinitas ku yang biasa. 

Aku meninggalkannya di sana sementara aku mandi dan berpakaian. Lalu aku pergi ke kantor dan menelusuri pesan-pesan di kotak masuk.

Kebanyakan dari mereka adalah omong kosong. Beberapa dari mereka tidak. Aku menutup kesepakatan lain untuk pembelian dengan Kang Iljun dan mengatur pengiriman barang minggu depan.

Aku memiliki tim kecil yang terdiri dari orang-orang tepercaya yang datang untuk membersihkan jendela studionya. Mereka melakukan pekerjaan yang cepat dan tenang. Bahkan dia masih tidur saat aku pulang. 

Dua jam kemudian, aku merasakan perubahan kecil di rumah yang mengatakan dia sudah bangun. Langkah kaki ringan di lantai. Air melalui pipa.

Yeorin muncul di ambang pintu ku beberapa saat kemudian. Matanya merah, tapi dia berhenti menangis. Warna membuat matanya terlihat lebih besar dari biasanya. Bahkan lebih cerah.

The CollectorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang