Jimin.
Yeorin melangkah keluar dari dunia dan memasuki lukisannya.
Dia memilih kanvas di ujung kuda-kudanya. Setelah ledakan pekerjaan awalnya, aku bisa melihat cakupan proyeknya. Ini akan memakan waktu berjam-jam, jika tidak sepanjang hari.
Dia tidak muncul kembali.
Aku melepaskan diri darinya untuk membawa pakaiannya. Yeorin mengizinkanku mendandaninya sementara pikirannya masih bekerja. Dia membiarkanku mengikat rambutnya ke belakang dari wajahnya. Dia makan, tetapi hanya jika aku membawakan makanan dalam gigitan kecil dan meletakkannya di tangan kirinya.
Siang hari aku turun dan memotong stroberi untuknya. Jungkook telah mengirimiku pesan, dua kali. Aku menanggapi keduanya. Dia tidak perlu terburu-buru ke sini lagi mengira aku sudah mati. Tidak saat Yeorin bekerja seperti ini.
Setelah selesai, aku meletakkan ponsel ku di speaker dan menelepon Junghyun.
Dia menunggu tiga dering untuk menjawab. "Ada apa?"
"Aku ingin berbicara denganmu."
Sebuah pintu tertutup di latar belakang. Dia pasti ada di kantornya. Dia tidak pergi bekerja ketika aku berada di apartemennya. Dia mengadakan dua pertemuan di malam hari. Itu saja.
“Apa yang kau pikirkan, Hyung?”
“Aku tidak berpikir. Aku hanya pulang. Seharusnya aku meninggalkan pesan untukmu.”
Jeda yang berat.
“Bukan catatan seperti itu. Seharusnya aku mengirim pesan atau menelponku, maafkan aku."
“Biarkan aku membuat catatan tentang ini. Kau, meminta maaf untuk pertama kalinya dalam hidupmu."
"Siapa yang peduli." Dia peduli.
“Jungkook bilang kau mencariku sepanjang malam. Ingin memberitahuku tentang apa itu?”
“Tidak, karena kau merusaknya. Aku pulang dan kau menghilang. Aku tidak punya nomor supirmu, dan butuh waktu lama untuk sampai ke rumahmu, jadi aku harus mengirim Jungkook ke sana sementara aku mencarimu.”
"Ke mana aku akan pergi, kecuali rumah ini?"
“Persetan jika aku tahu. Ku pikir—” Sesuatu menampar sesuatu yang lain. Tangan Junghyun di meja. “Aku tidak tahu harus mencari ke mana, brengsek. Aku tidak tahu apakah Kim Yoongi menemukan mu dan membunuh mu atau apakah kau benar-benar putus asa dan mencoba untuk—”
"Junghyun-a."
"Ya?"
“Aku tidak mencoba bunuh diri. Aku pulang.”
"Dan mereka ada di sana menunggumu."
"Kim Yoongi ada di sini menungguku."
“Jungkook sudah memberitahuku.”
Rasa sakit dalam suaranya membuatku terkejut. Aku tidak terbiasa dengan itu. Yeorin telah melakukan lebih dari sekadar menyatukan kita kembali. Dia merobohkan beberapa dinding di antara kami. Beberapa pintu lemari tertutup. Membuat jembatan yang lebih kuat dari yang ku kira.
“Aku akan pergi bersamamu, kau tahu. Kau bisa saja memberi tahu ku."
“Untung kau tidak melakukannya. Aku nyaris dibunuh. Jungkook beruntung aku masih hidup untuk memberitahunya tentang hal itu.”
Sebuah pena menggores kertas. "Kau dalam keadaan seterpuruk itu?"
"Ya."
"Dan Yeorin masih bersamamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Collector
Mystery / Thriller(completed) Kaya. Menyendiri. Berbahaya. Han Jimin tidak suka bersosialisasi. Dia hanya berani mengejar seni baru untuk koleksinya. Dimulai dengan lukisan yang menghantuinya. Kemudian dia bertemu seorang pelukis... Kim Yeorin yang polos lebih cant...