Ada begitu banyak perbedaan yang sangat signifikan antara kelas biasa dengan high class. Bahkan ada beberapa peratuuran yang kurang masuk akal.
Kertas di tangannya diremas begitu saja. Lalu dibuang hingga bergabung dengan sampah lainnya.
"Apa mereka sudah gila? Peraturan macam apa itu?"
Napas Winona memburu, dadanya bergemuruh. Peraturan pertama, semua anak high class wajib mengikuti kelas maupun les tambahan yang disediakan oleh sekolah. Peraturan kedua, tidak boleh memasuki satu pun ekskul yang ada di sekolah atau pun di luar sekolah. Peraturan ketiga, hanya boleh menikmati hidangan yang disedikan oleh sekolah. Peraturan keempat, harus mempertahankan kedudukan agar tidak digantikan oleh siswi yang lain. Peraturan kelima, hanya ranking satu dan dua yang akan mendapatkan kesempatan direkomendasikan untuk masuk NASA.
"Peraturan terakhir, waktu hanya untuk belajar? Apa mereka tidak memikirkan dampak jika seseorang hanya berkutat dengan buku pelajaran? Bukannya semakin pintar, mereka justru makin gila," cecar gadis itu.
Tangannya ditarik lembut oleh Arion. Sejak diberi kertas peraturan, Winona tidak berhenti mengoceh, mengutarakan unek-unek serta kekesalan dalam hatinya. Gadis itu mengantukkan kepalanya beberapa kali ke atas meja. Sungguh tidak habis pikir akan keketatan peraturan yang ada di kelas Kuanta.
"Stop it, Na!" pintanya menahan kepala Winona, meminta gadis itu untuk menatapnya.
"Ini bukan saat yang tepat untuk protes. High class, iming-iming masuk NASA membuat semua orang menginginkan kelas ini. Artinya, semua orang baik yang ada di dalam maupun di luar kelas ini bisa jadi tersangka,"
"Kenapa gitu? Kenapa jadi meluas?"
"Peraturan keempat, hanya mereka yang kedudukannya tetap atau menggantikan kedudukan orang lain yang bisa tetap di kelas ini. Selain untuk bertahan di kelas, mereka juga bersaing untuk mendapat ranking 1 dan 2. Semua orang yang punya ambisi, bisa jadi tersangka, Na. Artinya tidak seorang pun yang bisa kita percaya," jelas Arion. Winona terpaku, dengan pandangan kosong. Semua orang bisa jadi saingan, artinya semua orang bisa jadi musuh dalam selimut.
Seberat itu yang harus Kuanta hadapi selama ini.
Arion mengambil tangan gadis itu lalu menggenggamnya. Hal yang membuat Winona mengerjap, hingga bertemu pandang dengan pria itu.
"Kita harus membangun kepercayaan sesama kita mulai sekarang. Semua orang di luar sana bisa jadi tersangka atau menjadi terget selanjutnya. Sesuai janji gue sama Kuanta, sampai akhir gue akan menjaga lo, Na,"
Winona menatap tangannya yang masih dalam genggaman Arion. Rasanya masih saja kosong. Meski ada Arion di sisinya, hatinya masih saja merasa sepi.
"Oh iya, kemarin gue menemukan sesuatu di ruangan Mr Richard,"
Winona melepas genggaman tangan Arion, membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu. Kertas jawaban atas nama Winona Zaviera. Pria itu mengecek dan menemukan kejanggalan. Dia menarik tangan Winona, mencari tempat yang lebih nyaman untuk mengobrol.
Pilihannya jatuh pada belakang sekolah.
"Apa maksudnya ini? Bukannya nilai kita seri?"
"Gue juga gak tau. Gue ingin memastikan sesuatu, tapi sejak pagi gue belum melihat Mr Richard,"
Pemikiran kalau Mr Richard sengaja mengganti kertas jawaban miliknya adalah hal yang ingin dia pastikan. Mr Richard bukan orang yang berada di pihak mereka. Sangat aneh ketika menemukan pria itu melakukan sesuatu untuk membantu mereka.
"Setelah ini kelas dari Mr Richard, mungkin kita bisa menemuinya setelah kelas berakhir. Kalau memang tidak bisa, kita akan cari tau alamat rumah beliau,"
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Mystery / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...