BAB 52. Memulai Misi

12 1 0
                                    

Ada begitu banyak fakta baru yang Winona dapatkan hari ini. Pada kenyataannya, Dirga meminta Kelly berhenti terlibat untuk mencari tahu siapa pelakunya. Pria itu jelas tidak ingin Kelly kembali menjadi korban.

"Karena Kelly tidak ingin berhenti, maka gue memutuskan untuk turun tangan juga,"

"Kenapa lo memilih bersembunyi, padahal lo tahu kalau anak-anak high class dalam bahaya?"

"Kasusnya ditutup tiga tahun yang lalu, Na. Selama ini tidak ada korban lagi. Jelas itu membuat kita kesulitan untuk bergerak. Namun, kematian Kuanta kembali membuka jalan," jelas Kelly.

Gadis itu menghela napas panjang, berusaha keras menahan diri selama ini.

"Kita sama, Na. Kita kehilangan seseorang yang kita sayang, dengan cara tidak adil. Itu sebabnya, aku tidak ingin memasukkan kamu dalam daftar orang yang patut dicurigai,"

Winona sungguh pernah berpikir kalau Kelly terjebak dalam ambisi gila. Itu sebabnya, Kelly ingin menyingkirkannya. Winona sungguh berpikir bahwa kematian Biner bukan alasan Kelly ada di kelas itu sekarang.

"Itu sebabnya aku pernah bilang kalau hal tersulit untuk dilakukan anak high class adalah mengendalikan ambisi mereka. Aku tau kamu hampir terjebak dalam ambisi itu juga. Kamu beruntung memiliki Arion yang bisa mengendalikan kamu di saat tertentu," sambung Kelly lagi.

Selama ini Kelly berusaha mengeluarkan Winona dari daftar orang yang harus dicurigai.

"Itu sebabnya kalian masuk dalam daftar orang paling dibenci? Karena kalian berbeda misi dengan anak-anak high class yang lainnya?"

"Kamu benar. Kenapa Kuanta tidak masuk daftar? Sederhana saja karena Kuanta sudah jadi korban, sebut saja tumbal,"

"Jadi, korban selanjutnya seharusnya adalah Kelly atau Kak Dirga?" tanya Winona menatap dua orang itu secara bergantian.

"Dulu Deya selalu mencari aman, dengan berteman dengan kepala sekolah. Dia menjadi egois, dengan mementingkan diri sendiri. Namun, dia mulai keluar dari jalur. Beberapa hari sebelum kematiannya, Deya datang menemui aku," ucap Feyana.

Beberapa hari sebelum kematian Deya. Gadis itu datang sendiri ke rumah Feyana. Tubuhnya tampak membiru hari itu.

"Aku dihukum lagi," aku Deya.

Feyana yang tidak tega, lantas mengajak gadis itu masuk. Feyana menyerahkan pakaian ganti dan selimut untuk menghangatkan tubuh Deya.

"Fey, tolong bantu aku," pinta Deya.

"Bantu apa?"

"Tolong mengalah di kuis berikutnya. Biarkan aku menang sekali saja,"

"Kalau kamu menang, itu artinya kamu akan jadi korban selanjutnya De. Kamu yakin dengan pilihan itu? Bukannya kamu masih ingin berjuang mendapatkan golden ticketnya?"

Hari itu, Feyana melihat sisi terlemah Deya, gadis yang angkuh dan ego yang begitu tinggi.

"Setiap kali aku kalah, aku akan dihukum di dalam ruangan yang sudah seperti lemari es. Tempat itu seperti kamar kematian bagiku, Fey,"

Deya menghela napas kasar.

"Dan aku sudah muak dengan itu semua. Apa gunanya menjadi bagian dari NASA, jika aku bahkan tidak bisa bahagia? Apa gunanya memenangkan kompetisi gila ini, jika itu sama sekali tidak menjamin sebuah kebahagiaan di masa depan?"

"Dey,"

"Ambisi tidak memiliki ujung, Fey. Setelah masuk NASA, ambisi itu akan terus ada. Orang tua aku pasti menuntut hal lain. Gak akan ada habisnya. Ini adalah jalan yang aku pilih. Dengan begini, kamu dan Kelly bisa menemukan lebih banyak petunjuk untuk mengakhiri ambisi gila ini. Kalian harus mengakhirinya, atau akan lebih banyak korban, Fey."

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang