BAB 29. Jurnal

13 1 0
                                    

Hasil kuis yang mati-matian dikerjakan oleh anak-anak high class akhirnya keluar juga. Bukan hanya di mading gedung high class, tetapi juga dipajang di website SMA Metana. Sepenting itu peran anak-anak jenius tersebut. Padahal hanya kuis biasa, tetapi semua orang dibuat heboh. Apalagi saat membaca nama yang terpampang paling atas.

Deya Elaina, berada di posisi teratas. Hal yang paling tidak diduga oleh semua orang. Nama gadis itu bahkan hampir terlupakan. Hanya Kelly yang akhir-akhir ini dibanggakan, bahkan sempat menjadi perbincangan hangat karena namanya yang akan masuk dalam olimpiade tingkat internasional. Kini, semua mata tertuju pada gadis yang bahkan tidak antusias dengan prestasinya.

"Deya Elaina, selamat ya satu bintang dari saya untukmu," ucap Mr. Richard memberi apresiasi sesuai janjinya. Deya kini berada satu langkah dari teman-temannya yang lain. Mereka harus mengumpulkan lebih banyak bintang untuk mendapat hak mewakili sekolah dalam olimpiade.

"Thank you, Sir."

Deya mengepalkan tangan kuat di sisi tubuhnya, merasa akan menjadi target selanjutnya. Dia jelas sadar kalau ada sepasang mata yang menatapnya intens. Orang itu cepat atau lambat akan datang padanya.

[Mundur atau kamu akan tau akibatnya!"]

Seperti biasa, dia memperoleh pesan ancaman dari nomor yang tidak dikenal. Ancaman yang selalu memintanya untuk menyerah begitu saja. Ancaman yang tidak datang dari satu pihak saja, tetapi ada tiga nomor berbeda yang terus menerornya dengan berbagai hal. Deya meraih sesuatu dari dalam tas, sebuh jurnal. Jurnal tentang para korban dan luka yang ada di tubuh mereka. Tidak lupa menambahkan teror beserta semua pesan yang diterimanya. Gadis itu mngambil ponsel, lamtas mengirimkan pesan pada seseorang.

[Aku tunggu di rooftop sore ini, ada hal yang ingin aku bicarakan.]

Di antara banyaknya orang yang berprestasi, Winona justru mendapatkan kepercayaan lebih dari Mr. Richard untuk menyusun soal. Gadis itu tidak terlalu bodoh untuk menyadari kalau gurunya itu ingin dia mendapatkan kuis berikutnya lebih dulu, agar kemudian mempelajarinya. Namun, Winona beluum memberikan keputusan apa-apa terkait tawaran untuk menemukan pelakunya, dengan menjadikan Winona tumbal.

Gadis itu ingin mendiskusikannya lebih dulu dengan Ariona nanti, sebelum mengambil keputusan.

"Kuanta mengetahui sesuatu," ungkap pria berkacamata yang baru saja duduk di kursi kebesarannya. Tangan Winona berhenti menari di atas keyboard, kini membagi fokus dengan mendengarkan Mr. Richard.

"Kemungkinan terbesar dia jadi korban adalah karena ingin mendapatkan pelakunya," sambung pria tersebut. Winona terdiam, kepingan puzle seolah mulai tersusun dalam pikirannya. Kuanta yang mencoba menghubungi Dirga dan isi buku diary pria itu yang mengarah pada kegilaan anak-anak high class. Mungkin pada awalnya Kuanta berkeinginan mempertahankan posisinya, sampai mempertaruhkan nyawanya sendiri.

"Kamu pasti kaget mendengar ini. Saya pun baru mengasumsikan hal ini setelah mengingat perkataan Kuanta beberapa hari sebelum ditemukan meninggal di rooftop."

Kuanta adalah tangan kanan Mr. Richard, selain asisten juga orang paling dipercaya dalam hal apa pun. Setiap kali akan ujian, Kuanta akan dipanggil untuk membantunya.

"Sir, apa pernah Anda merasa sistem kelas di sekolah ini terlalu berat? Khusunya anak-anak high class, persaingan di dalamnya terkadang sudah tidak masuk akal lagi,"

Pertama kalinya Kuanta mengemukakan pendapatnya mengenai kelas yang begitu diimpikan semua orang. Semua berjuang mati-matian demi masuk kelas ternama di SMA Metana. Siapa sih yang akan menolak tawaran untuk masuk NASA?

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang