BAB 48. Broken

12 1 0
                                    

Bukan hanya satu flashdisk yang kini berada di atas meja. Winona mengingat dengan jelas nama-nama yang tertempel di atas benda tersebut. Masing-masing flashdisk memiliki warna yang berbeda. Nama-nama itu begitu familiar untuknya. Jelas saja kalau flashdisk berisi kelemahan anak-anak high class. Dia menggenggam erat salah satunya. Sebuah benda yang membuat anak-anak kelas tinggi tak mampu berkutik.

"Kamu bisa menggunakan laptop saya untuk melihat isinya," tawar Mr. Christ menyodorkan benda tersebut ke hadapan Winona. Gadis itu menggeleng pelan, dia ingin melihatnya sendiri. Dia merogoh saku, mengeluarkan USB OTG, untuk menghubungkan flashdisk ke ponsel miliknya.

"Soal Arion, apa kamu sungguh mengenalnya?"

Winona mencoba fokus, membuka file di ponselnya, mengabaikan sejenak perkataan pimpinan sekolahnya. Ada beberapa folder di dalamnya. Folder tersebut berisi foto, video dan bahkan beberapa data medis. Jantung Winona berdegub kencang, tangannya mulai bergetar, tidak sanggup dengan kenyataan terburuk yang selama ini Kuanta sembunyikan darinya.

Di hadapannya, Kuanta adalah sosok sahabat yang sempurna. Sahabat yang memprioritaskannya. Kuanta yang selalu ada, membantu Winona dalam segala situasi. Si jenius yang berhasil membuat Winona kehilangan kepercayaan diri berada di dekatnya.

Pertama, gadis itu memutuskan membuka folder berisi foto. Foto Kuanta yang sedang mengambil resep obat di apotik. Winona menyipitkan mata, memperbesar gambar untuk melihat obat yang kini berada di tangan pria yang teramat dikenalnya itu.

Dia mengingat warna obat itu. Warna yang sama dengan vitamin penambah nafsu makan yang sering Kuanta berikan padanya. Rasa takut memenuhi hati Winona. Takut kalau Kuanta membohonginya selama ini. Jemarinya menggeser layar, bergegas membuka folder berisi catatan medis.

"Obat pelemah otak?" gumam Winona membaca nama serta fungsi obat yang terekam dalam catatan tersebut. Matanya kembali membaca detail catatan tentang obat tersebut. Otak hanya akan menyimpan memori yang dilakukan secara berulang. Sekarang, dia mengerti alasan Kuanta terus di dekatnya, melakukan banyak hal secara rutin, agar kenangannya melekat dalam benak gadis itu.

Juga tentang Sora dan Arion, atau mungkin banyak orang di luar sana yang tidak tinggal dalam memorinya. Kuanta adalah penyebabnya.

"Kenapa? Kenapa dia melakukan ini semua?" Winona tidak kuasa menahan air mata untuk turun dan membasahi pipinya. Dia sungguh kecewa pada sahabatnya itu. Kenapa Kuanta harus melakukannya? Kenapa orang yang paling dipercaya justru tega membuatnya seperti orang bodoh?

"Karena kamu adalah kelemahan terbesarnya. Kesempurnaan adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh anak-anak high class. Dengan begitu mereka bisa bersaing. Pendidikan hanya akan maju jika memiliki anak bangsa dengan mental kuat, serta otak jenius," tutur kepala sekolah lagi.

"Saya tidak peduli dengan kesempurnaan atau apa pun ambisi Anda. Saya hanya ingin tahu alasan dia melakukan ini semua,"

"Bukankah sudah jelas? Kamu kelemahannya. Dia terobsesi padamu. Kamu adalah awal kehancurannya, Winona Xaviera!"

Dia adalah awal kehancuran Kuanta. Dia adalah penyebab kematian sahabatnya itu? Dia tetap beban meski sudah berusaha untuk mengimbangi Kuanta. Itu benar sekali, Winona membenarkannya dalam hati.

Kuanta melakukan itu semua pasti karena tidak ingin kehilangan orang terdekatnya, hanya jalannya saja yang salah. Cowok itu bahkan rela masuk kelas paling berbahaya demi mewujudkan impian Winona. Seandainya saja Winona tidak pernah mengucapkan impian konyol untuk menjelajah luar angkasa, tentu semua masih baik-baik saja. Tidak apa jika Kuanta melakukan hal buruk, memberinya obat yang melemahkan memorinya tentang orang-orang yang pernah hadir. Winona akan memaafkannya saat itu juga.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang