BAB 58. Semesta Baru

9 1 0
                                    

Winona tidak mengenal Arion. Dalam ingatannya hanya ada Kuanta yang selalu mengisi setiap celah dalam hidupnya. Sejak kecil, dunianya hanya berputar pada Kuanta. Semua kenangan itu tersimpan rapi dalam benaknya. Itu sebabnya, Winona menetapkan Kuanta sebagai semesta dan hidupnya. Tanpa Kuanta, Winona hanya cangkang kosong yang rapuh.

Gadis itu hancur tanpa sisa, begitu kabar kematian Kuanta sampai ke telinganya. Dia berupaya mengakhiri hidupnya. Dia bertahan hanya untuk menemukan pelaku di balik kematian semestanya. Siapa sangka kalau kematian secara misterius itu membawa Winona bertemu hal-hal yang tidak dia duga.

Tentang anak-anak High Class yang punya sisi lemah. Tentu dalam benak gadis biasa sepertinya, anak-anak High Class itu sempurna dari segala sisi, seperti Kuanta. Perlahan, dia juga menemukan sisi gelap Kuanta. Tentang obsesi pria yang sangat dia percaya. Juga tentang Arion yang selama ini menjaga dia dari kejauhan.

Jika saja Kuanta tidak pernah ditemukan meninggal, secara misterius, mungkin dunia Winona akan baik-baik saja. Dia tidak perlu menghadapi rasa takut kehilangan sebesar ini.

"Ini cara lo membalas gue, Ar?" tanya Winona membuka kamar Arion dengan keras, menarik perhatian laki-laki yang tengah berdiri di depan cermin itu spontan memutar tubuhnya.

"Ona? Kenapa lo bisa ada di sini? Bukannya lo harusnya di sekolah?"

Winona tersenyum getir. Wajah pria di hadapannya kini dipenuhi lebam, lebih parah dari malam sebelumnya. Membuang semua ego, gadis itu mengikis jarak dan menyentuh wajah Arion yang penuh lebam.

"Apa yang sebenarnya ada di pikiran lo, Ar? Kenapa lo bertindak sendirian?"

"Karena gue gak mau ada korban lagi, Na. Ini semua salah gue. Semua ini karena kebodohan gue. Maaf,"

Winona menggigit bibir bawahnya, berusaha keras menahan air matanya untuk menetes di depan Arion. Dia dan Kuanta mungkin berharap bisa memiliki sosok papa, berbeda dengan pria yang berdiri di depannya. Pria yang pasti berharap untuk terlahir sebagai orang lain. Lahir dalam keluarga yang berbeda.

Arion menarik sudut bibirnya, berharap bisa memunculkan binar yang berusaha dia jaga dari gadis di hadapannya.

"Ar, lo akan memakai rantainya kembali? Itukah kesepakatan yang lo dan Om Cavandra buat?"

"Gue gak punya pilihan, Na."

"Kenapa, Ar?"

"Gue yang harus bertanggung jawab untuk menghentikan ini semua, Na. Semua dimulai karena gue, dan hanya gue yang bisa mengakhiri ini semua. Sampai kapanpun, selama gue berusaha berontak, Papa gak akan berhenti. Meski High Class runtuh, dia akan terus mencari cara untuk memaksa gue mengenakan rantainya kembali. Maaf, Na. Seharusnya sejak awal gue gak perlu berontak. Mungkin semua ini gak akan terjadi, anak-anak High Class gak akan jadi korban dan lo gak bakal kehilangan Kuanta,"

Cavandra akan terus mengejarnya, sampai Arion kembali menjadi boneka pria tersebut. Arion itu memiliki potensi bahkan melebihi Kuanta sendiri. Tentu saja Cavandra tidak membiarkan potensi itu terkubur. Dia akan melakukan apa pun, agar putra tunggalnya kembali ke jalur yang dia inginkan. Dengan kekuasaan yang dia punya, Cavandra bisa melakukan apa pun yang dia mau. Bahkan jika harus menyingkirkan banyak orang, akan dia lakukan.

"Kamu tidak akan berhenti? Kalau begitu diam dan lihat apa yang akan saya lakukan,"

"Anda tidak berhak memaksaku melakukan semua yang Anda inginkan! Aku berhak memilih hidupku sendiri!"

"Kalau begitu kamu siap mengorbankan semua orang, demi egomu itu. Harga untuk sebuah pemberontakan, akan sangat mahal. Kamu bahkan tidak akan mampu membayar semua yang kemudian hilang darimu."

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang