Arion diam, Winona juga diam. Kedua orang yang duduk berdampingan itu sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing. Arion yang fokus dengan penjelasan guru di depan, sementara Winona malah sibuk mencoret-coret bukunya dengan sketsa. Sudah lama dia tidak melakukan hal yang dia senangi, tepatnya sejak masuk high class. Cerita tentang Kuanta pun terkendala, akibat kesibukannya akhir-akhir ini, belum lagi teka-teki yang tak kunjung menemukan jawaban. Sebaliknya, justru semakin rumit.
Sesekali Arion melirik ke sebelahnya, kemudian menghela napas pelan. Dia sadar kalau sketsa yang Winona buat menggambarkan perasaan gadis itu saat ini. Perasaan kacau balau yang digambarkan dengan lukisan abstrak dan tidak berbentuk. Arion menyadarinya, tetapi memilih abai untuk sejenak. Pria itu masih tidak terima dengan perkataan Winona untuk menyusul Kuanta.
"Winona, maju dan selesaikan soal yang di depan!" perintah yang membuat si pemilik nama terkejut.
Sore hari seperti biasa, anak-anak high class harus mengikuti les tambahan. Sudah seharian lelah ditambah lagi les tambahan, makin panas sudah otak mereka. Kembali ke Winona yang mulai kebingungan. Gadis itu cukup beruntung, anak-anak yang lain tidak terfokus padanya, hal yang dapat mengurangi rasa malunya.
Sejak pembelajaran dimulai, gadis itu sama sekali tidak memperhatikan penjelasan sang guru. Dia sibuk dengan pikirannya sendiri. Berbagai fakta terbaru, termasuk teori yang penuh tanda tanya berputar silih berganti dalam otaknya. Dia sama sekali tidak bisa fokus pada apa pun. Winona bahkan melewatkan makan siang, dan pertama kalinya Arion mengabaikan hal kecil semacam itu.
Jika biasanya Arion akan mengomel padanya karena telat makan, maka kini cowok itu hanya diam. Winona menyadari ada sesuatu yang salah di antara mereka.
"Winona!" panggil Mr. Re lagi, kali ini dengan nada yang lebih tinggi.
"Maaf, Sir," cicit Winona menundukkan kepalanya.
Biasanya Arion akan membantunya. Winona sedang menunggu momen itu, tetapi tidak ada pergerakan dari cowok yang malah fokus belajar itu.
"Dia lagi membuat sketsa, Sir," celetuk seseorang di samping Winona.
Gadis itu membulatkan mata, mengetahui pelaku yang tidak lain adalah Arion sendiri. Cowok itu mengadukannya?
Mr. Re berjalan mendekati meja Winona, menarik sketsa yang baru saja dibuat gadis itu. Winona menghela nafas, siap menerima hukuman.
"Kamu jelas tau peraturan high class dengan baik 'kan? Bagaimana bisa kamu melanggarnya terang-terangan heh?" hardik si jenius fisika itu. Guru terpintar yang Winona pernah lihat. Tidak sekalipun Mr. Re menggunakan buku atau ponsel selama mengajar, seolah semua sudah ada dalam otaknya.
"Jawab saya, Winona!"
"Saya juga melanggar peraturan, Pak. Saya tidak menegur dia, meski tahu dia sedang melakukan sebuah kesalahan."
Winona pikir dia akan dihukum sendirian, kenyataannya cowok itu tetap melakukan sesuatu untuk tetap bersama dengan dia. Perlahan sudut bibir Winona membentuk lengkungan sabit. Mungkin, dia hanya salah menduga, Arion pasti selalu punya pertimbangan, sebelum melakukan sesuatu.
..
Di sinilah keduanya berakhir, di dalam ruangan pengap dan penuh debu. Masih syukur hukumannya sebatas membersihkan gudang, daripada diadukan ke kepala sekolah, yang ada urusannya akan semakin panjang. Winona mengusap hidungnya yang langsung gatal, ketika memasuki ruangan tersebut.
"Ini gudang gak dibersihkan berapa tahun sih, debunya setebal ini," dumel gadis itu.
Arion tidak menjawab, malah mulai sibuk merapikan kursi yang letaknya berantakan dan penuh debu. Cowok itu lagi-lagi mengabaikan Winona.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Mystery / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...