BAB 47. Romance in HC

7 1 0
                                    

High Class (HC), sebuah kelas yang diisi dengan anak-anak berkemampuan akademik yang tidak biasa. Kemampuan yang membawa kelas itu dikenal baik bahkan berhasil mendapat kepercayaan dari badan penerbangan dan antariksa. Sebuah golden ticket yang mengantarkan mereka pada masa depan yang pasti, seorang penjelajah luar angkasa.

Tidak ada cinta dalam lembaran kisah yang ditulis oleh anak-anak tersebut. Waktu mereka hanya habis untuk belajar dan belajar. Tujuan hidup mereka sudah dipatok sejak awal, tidak ada yang bisa menggoyahkan, termasuk hubungan semu.

Untuk tercapainya ini pula, high class mencetuskan peraturan yang kurang masuk akal, menghambat interaksi anak-anak, memberi jarak aman agar mereka tidak terganggu. Sekolah bahkan menyediakan satu gedung terpisah untuk kelas ini. Semua fasilitasnya jelas berbeda jauh dari kelas-kelas yang lainnya.

Kelas ini sudah berhasil mengantarkan beberapa generasi meraih impian mereka. Namun, tidak semua berjalan mulus. Satu kasus yang menyebabkan sebuah nyawa melayang sudah terjadi di tahun 2020. Kasus yang ditutup begitu saja. Seolah tidak berhenti sampai di sana, kini kasusnya terulang kembali. Bahkan lebih buruk. Dua siswa sudah jadi korban, di tempat yang sama.

[Kamu tidak mendengarkan peringatanku, heum?]

[Dia bisa membuatmu kuat, tetapi juga lemah di saat bersamaan. Siapkan dirimu kalau begitu!]

Pesan terus berdatangan, dan mulai mengganggu ketenangan Winona. Perasaan takut kalau orang itu akan memilih menyingkirkan Arion, atau mungkin membahayakan cowok itu. Winona menutup mata, menenangkan diri. Dia menghela napas, mempertimbangkan banyak hal sebelum jemarinya mulai mengetikkan balasan.

"Gue gak akan menyerah semudah itu," gumamnya.

Dia menatap polaroid, hasil foto studio milik Arion. Winona bangga pada cowok satu itu. Arion bisa melakukan banyak hal. Cowok cerdas, pintar memasak, punya studio foto mini, dan satu hal yang paling penting. Arion berhasil mengalihkan dunia Winona. Sudut bibir gadis itu tertarik, membentuk lengkungan sabit yang sempurna. Sudah lama lengkungan itu memudar, dan kini tampak sangat jelas, karena Arion.

[Baiklah kalau begitu, mari lihat sejauh mana kisah percintaanmu bisa bertahan.]

Winona bergegas mematikan ponselnya. Pesan sebelumnya bisa dibalasnya dengan penuh ketegasan. Namun, pesan kali ini, seperti menciptakan kelemahan untuknya. Berbicara tentang kelemahan, tentu saja setiap orang memiliki kelemahan dalam dirinya. Bukankah itu sebuah hal yang wajar?

"Na, udah siap?"

Winona terkesiap, buru-buru memasukkan ponsel ke dalam tas. Lantas menghampiri Arion yang mengerutkan dahinya.

"Berangkat naik motor 'kan?"

Arion mengangguk kecil. Permintaan Winona akan selalu dia kabulkan, selagi dia mampu. Reaksi Arion mendapatkan respon antusias dari gadis di depannya. Winona yang kegirangan, memeluk leher cowok itu, membuat sang empunya terdiam.

"Gue ingin mengucapkan terima kasih buat segalanya. Buat semua hal yang lo lakukan buat gue. Gue gak tau gimana cara membalasnya. Lo itu seperti tinta warna-warni untuk lukisan gue. Lo membuat hidup gue lebih baik, saat gue pikir semua sudah berakhir,"

Tidak ada tanggapan dari Arion. Cowok itu masih menunggu Winona melanjutkan ucapannya, bahkan tidak ada niatan untuk membalas pelukan gadis itu. Ada sesuatu yang mengganjal dalam hatinya, sesuatu yang membuatnya merasa tidak tenang.

"Kita gak tau apa yang akan terjadi setelah hari ini, atau bahkan sebelum hari ini berakhir,"

Winona tercekat, mengingat lagi hari terburuk ketika dia kehilangan Kuanta. Dia tidak pernah bertengkar dengan sahabatnya itu. Namun, di hari hubungan mereka renggang, semesta tanpa aba-aba mengambil Kuanta darinya. Dia hanya ingin semua berjalan baik.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang