BAB 46. Ketetapan

7 1 0
                                    

From Kelly

Ayo bertemu di rooftop, setelah pembelajaran tambahan berakhir!

Winona berulang kali membaca pesan dari ranking dua paralel, memastikan kalau dia tidak salah baca. Kelly mengajaknya bertemu? Memilih tidak membalas pesan itu, Winona mematikan ponselnya. Hari ini, dia akan makan siang bersama Arion, di luar sekolah. Masih ada waktu sekitar satu jam sebelum les tambahan dimulai. Gadis itu mengayunkan kakinya, memperhatikan anak-anak yang berlalu lalang. Dia memilih menunggu di pinggir lapangan, daripada harus sendirian di kelas.

Tidak banyak yang berubah, setelah penolakan terhadap ide revolusi yang Soya berikan. Anak-anak kembali pada ambisi mereka, belajar tanpa kenal waktu.

"Na,"

Winona menggeser posisinya, memberi ruang untuk Jenandra yang menghampirinya.

"Nungguin Arion, ya?"

"Heem, mau makan di luar soalnya,"

Jenandra mengangguk mengerti. Semakin hari kedekatan Arion dan Winona tampak semakin jelas. Keduanya lebih sering menghabiskan waktu bersama, tanpa takut akan apa pun.

"Kamu menentang salah satu peraturan, untuk tidak terlalu dekat dengan seseorang, apalagi anak high class sendiri. Namun, kenapa kamu malah menolak revolusi yang coba Soya berikan? Bukankah menurutmu itu tidak adil?" ucap Jenandra, menarik atensi Winona yang tadinya fokus ke lapangan. Masih banyak siswa yang menghabiskan waktu bermain di lapangan basket.

"Menurut lo itu tidak adil? Lagipula kami sudah dekat, bahkan sebelum masuk high class,"

"Kalau begitu kamu siap, kalau misal dikeluarkan dari high class?"

Winona terdiam, seharusnya semua baik-baik saja selama kepala sekolah tidak memiliki bukti yang kuat 'kan? Namun, tetap saja perkataan Jenandra mengganggu pikiran gadis itu. Hingga Arion datang pun, dia masih diam saja. Hanya menjawab ketika Arion bertanya ke mana mereka akan pergi. Cowok di sebelahnya itu pun tampak mengerti, memilih fokus menyetir daripada mengganggu Winona.

Winona larut dalam pikirannya sendiri, menyanderkan kepala di kaca mobil, dengan pandangan ke luar jendela. Dia bahkan tidak sadar kalau mobil sudah berhenti. Arion turun lebih dulu. Entah apa yang dilakukan cowok itu, hingga salah seorang pelayan datang dan mengetuk kaca mobil, membuat Winona mengernyit.

"Permisi, Mbak, spesial hari ini, kami memberikan makan sepuasnya gratis, bagi pasangan yang mau foto, di ruang studio baru café kami," tawar cowok itu lagi.

"Hanya foto studio, bisa makan sepuasnya secara gratis?" ulang Winona memastikan. Wajahnya kini menunjukkan antusias. Anggukan dari pelayan tersebut membuat Winona tersenyum, lantas bergegas turun dari mobil. Arion ternyata tengah menunggunya, sembari bersandar di dekat pintu masuk café. Cowok itu mengulas senyum tipis, menyambut gadis itu.

"Ini gak apa-apa kalau pakai seragam, Mas?" tanya Winona lagi.

Siapa sih yang akan menolak makan gratis, hanya dengan foto studio doang? Bukan syarat yang sulit untuk tipe Winona yang suka makan, tapi tidak juga gemuk.

"Gak apa-apa, Mbak. Mari Mas, Mbak,"

Winona dan Arion berjalan beriringan, mengikuti langkah orang yang akan memberi mereka makan secara gratis. Sesekali, gadis itu bersenandung, dengan tangan yang tanpa sadar masih terus saling menggenggam.

"Senang?" Winona mengangguk antusias, persis seperti anak kecil yang dikasih hadiah sama orang tuanya.

Sesuai intruksi, keduanya masuk ke dalam ruang berukuran 4 * 5 meter, mengambil beberapa foto secara mandiri dan bebas. Winona mengambil alih masalah gaya. Dia mencoba mengatur gaya Arion agar bagus, tetapi sepertinya Arion bukan orang yang gampang diatur. Akhirnya, foto yang diambil sangat random. Wajah cemberut Winona malah lebih banyak tertangkap kamera.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang