Kosong, tidak ada seseorang yang menggenggam tangannya yang tengah basah oleh keringat. Rasa gugup terus menggerogoti hati Winona. Namun, tidak ada lagi seseorang yang menggenggam tangannya, lalu mengatakan kalau semua akan baik-baik saja. Netra coklatnya kini berfokus di satu titik. Pada cowok yang tengah diam dengan pandangan datar.
"Selamat pagi, semua!"
Winona baru mengalihkan perhatian dari Arion, ketika kepala sekolah beserta jajaran guru high class memasuki ruang sidang. Keputusan hari ini akan menjadi penentu segalanya, termasuk misi yang akan Winona selesaikan. Mr. Richard mengangguk pelan, meyakinkan kalau semua akan segera membaik, semoga saja. Semua harus selesai, meski tanpa Arion.
"Saya sungguh kecewa dengan apa yang sudah kalian berdua lakukan,"
Basi! Winona mengumpat dalam hati. Lelaki botak itu sungguh pandai bersandiwara.
"Kami sudah berdiskusi lebih dulu sebelum kemari, terkait hukuman yang pantas untuk kalian,"
Winona mengangkat tangan, meminta izin untuk memotong perkataan kepala sekolah.
"Tidakkah seharusnya Anda meminta penjelasan dari kami?"
"Pembelaan seperti apa yang bisa kamu berikan? Kalian sudah dekat sebelum masuk high class, begitu? Bukankah kalian sudah tahu peraturan penting kelas ini? Itu sudah risiko yang harus kalian terima, saat memutuskan untuk ikut seleksi,"
Winona tidak diam saja.
"Saya akui perkataan Anda benar. Namun, untuk memutus hubungan dengan seseorang yang sudah sangat dekat dengan kita bukan hal yang mudah,"
Winona menjeda sejenak, menatap Arion yang masih diam, seperti patung. Cowok itu tidak memberikan pembelaan apa pun, sesuai prediksi Mr. Richard. Maka sekarang, Winona harus membela dirinya sendiri.
"Itu butuh waktu. Saya berjanji, jika diberi kesempatan, saya akan menjadi siswi high class yang sungguh, seperti harapan Bapak. Saya tidak akan mengecewakan Bapak kembali," sambung Winona.
Sebuah perubahan tampak di wajah Arion. Cowok itu bahkan menoleh, hingga bertemu pandang dengan Winona. Gadis itu memutus kontak mata lebih dahulu. Biar saja Arion berpikir, Winona sungguh membencinya. Itu akan memudahkan segalanya.
"Kamu sudah masuk list harapan saya, Winona. Saya pikir kamu akan bisa menggantikan peran Kuanta,"
Mr. Christ menjeda sejenak, menyapukan pandangan ke semua orang. Guru-guru terpilih ikut mengangguk pelan, membenarkan keputusan yang sudah mereka buat sebelumnya.
"Arion sendiri tidak akan diberi kesempatan untuk membela diri. Ini adalah pelanggaran kedua yang dia lakukan. Maka dari itu kami putuskan untuk memberi skors pada Arion selama satu bulan, sementara Winona harus membersihkan seluruh gedung high class selama satu minggu,"
Arion masih tidak bereaksi. Cowok itu hanya mengangguk singkat ketika keputusan dibuat. Tidak ada protesan. Semua berjalan sesuai keinginan Winona. Seharusnya, begitu 'kan?
"Saya harap ini bisa menjadi pelajaran untuk kalian berdua. Jika ingin maju, maka kalian harus melepas apa pun yang bisa mengganggu konsentrasi, termasuk romance semu yang ujungnya sia-sia."
Selesai dengan wejangan singkatnya, kepala sekolah meninggalkan ruang tersebut, diikuti guru-guru yang lain. Hingga hanya ada Winona dan Arion di sana, persis seperti semula. Tidak ada kata yang keluar dari mulut Arion, saat Winona mencoba menghampirinya. Cowok itu malah beranjak dari posisi semula, melenggang keluar dari ruangan. Winona terdiam, menatap punggung Arion yang semakin sulit untuk dia raih.
Mereka pernah dekat, kemudian terpisah oleh sebuah rantai. Di satu kesempatan, keduanya kembali dipertemukan untuk misi yang sama. Hingga perlahan, Arion masuk dan menjadi bagian dari dunia Winona yang sempat hancur. Arion hadir, memberi warna baru dalam dunia Winona.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Mystery / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...