BAB 45. Never End

6 1 0
                                    

Winona punya hobi baru sekarang. Dengan tangan yang menopang kepala, pandangannya diarahkan hanya pada cowok yang sedang membantu Bunda menyiapkan sarapan. Hobi yang baru-baru ini membuatnya bersemangat bangun pagi. Dia akan melihat Arion memakai celemek dan membantu Bunda menyiapkan sarapan. Winona pernah mencoba ikut ambil bagian dalam kegiatan itu. Namun, berakhir dengan masakan yang tumpah dan hampir mengenai gadis itu. Rasa khawatir yang sedikit berlebihan, membuat Arion tidak lagi mengizinkan gadis itu mendekati dapur. Hanya boleh memperhatikan dari jarak tidak lebih dari dua meter.

"Bunda, sepertinya Arion siap jadi suami idaman mertua deh," celetuk Winona, mulai bosan hanya memperhatikan kedua orang itu.

"Arion calon suami idaman, kalau kamu calon apa, Na?" tanya Bunda.

"Eh.."

"Calon istri yang apa-apa bergantung sama Arion, Bun,"

Winona tidak sempat memberikan jawaban, cowok itu sudah nimbrung saja. Jawaban Arion berhasil membuat pipi Winona memerah. Gadis itu mengubah posisi, membelakangi Arion dan Bunda yang pasti sedang tertawa. Apalagi Arion yang merasa puas, telah berhasil menjahilinya.

"Udah, sekolah dulu yang benar, baru pikirkan nikah,"

"Tau tuh, Bunda,"

"Lah kok gue sih? Kan lo yang mulai," protes Arion tidak terima. Winona yang mulai memujinya. Dia hanya mengikuti arah pembicaraan gadis itu saja. Kok, jadi dia yang disalahkan?

"Sudah-sudah, lebih baik sarapan terus berangkat sekolah. Bahaya kalau sampai kalian telat," suruh Bunda menengahi.

Winona sempat-sempatnya memeletkan lidah, sebelum berlari ke lantai atas. Dia berhasil lagi mengalahkan Arion.

Senyum tidak sedikitpun lekang dari bibir Winona. Senyum yang hilang sejak Kuanta mulai berjarak dengannya. Kalau saja, saat Kuanta jauh, Arion datang, mungkin Winona tidak akan seberantakan sekarang. Kenapa cowok itu harus memperhatikannya dari kejauhan?

Winona menatap pantulan dirinya di cermin. Binar di wajahnya seperti kembali.

Arion berhasil membuat dunia Winona lebih baik.

Namun, apakah dia sungguh sudah siap? Siap menerima Arion di hatinya? Binarnya perlahan pudar begitu menyadari kalau semestanya masih Kuanta. Mungkin akan menjadi semesta terakhirnya.

..

"Na!"

Winona menghentikan langkahnya, menunggu seseorang itu menghampirinya. Penampilannya yang berbeda membuat Winona sedikit kesulitan mengenalnya. Gadis itu melepas rambut yang biasa diikat ekor kuda, dan juga mengganti kacamatanya dengan softlens.

"Soya?" tebak Winona. Soya mengangguk kecil. Dia kemudian menyodorkan sebuah dokumen yang sudah dijilid dengan rapi. Winona menatap dokumen itu dan Soya secara bergantian. Sejak kapan Soya-si gadis cupu- mengubah penampilannya.

Rancangan program kerja. Revolusi High Class.

Winona membaca ulang judul dokumen tersebut, lalu mendongak untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat.

"Revolusi?"

"Benar sekali. Sebagai ketua kelas baru, aku ingin memberikan terobosan di sisa waktu yang kita punya. Itu baru beberapa, kalau kamu mau nambahin justru lebih bagus. Kamu kan penulis, punya banyak ide pastinya," jelas Soya.

Penjelasan yang membuat Winona menganga.

"Na, bahaya loh kalau serangga masuk ke mulut kamu," ucap Soya disertai kekehan.

"Ini Soya atau Sora?" tanya Winona.

Soya tidak ingin dipanggil Sora 'kan? Seharusnya, gadis itu protes saat mendengar Winona menyebut nama Sora. Namun, yang Soraya lakukan hanya tersenyum kecil.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang