Malam itu jika saja Winona jadi ikut beraksi, mungkin dia juga sudah berakhir di tangan kepala sekolah. Malam itu, setelah mendapatkan kode akses, mereka berencana untuk masuk ke ruang kepala sekolah untuk mendapatkan perangkat yang pastinya menyimpan semua isi flashdisk. Jika hanya menggunakan pernyataan tanpa bukti fisik yang bisa menjerat Mr. Christ.
Semalaman Winona benar-benar tidak bisa memejamkan mata. Dia terlalu takut menghadapi hari esok. Semalam suntuk, dia mencoba memikirkan cara lain untuk menjerat kepala sekolah. Harusnya semua akan lebih mudah, jika saja mereka mengumumkan kalau dia udah mendapatkan golden ticket yang diinginkan seluruh anak high class. Dengan begitu, pelakunya pasti merasa tersaingi dan menunjukkan dirinya sendiri. Mereka akan menjadikan Winona target.
Namun, Dirga, Kelly serta Feyana menolak keras rencana itu. Mereka memilih strategi lain, yang tidak akan mengorbankan siapa pun. Dengan memerangkap kepala sekolah, pelaku di balik ini semua perlahan akan memunculkan diri. Entah sebagai saksi atau korban. Pada kenyataannya semua gagal. Tidak ada yang berjalan sesuai rencana.
Malam itu, Winona memutuskan untuk tetap bersama Arion dan menyerahkan sisanya pada Kelly, Feyana juga Dirga. Dia berharap akan mendapat kabar baik malam itu. Namun, semua berakhir dalam sekejap. Kepala sekolah menyadari rencana yang mereka susun. Pria paruh baya itu lantas mengganti kode seluruh perangkatnya. Bahkan malam itu, Mr. Christ dengan sengaja tidak mengunci akses menuju ruang khusus, untuk memerangkap Kelly, Feyana dan juga Dirga.
Kepala seklah menangkap basah mereka. Ya, tanpa Winona. Entah Winona harus bersyukur atau justru merasa bersalah. Ketiga orang itu terancam sekarang. Dirga mungkin akan dipenjara atas kasus pembobolan. Sementara Kelly dan Feyana terancam kehilangan masa depan mereka.
Winona tidak berhenti berpikir, memaksa otaknya mencari cara tercepat untuk menuntaskan masalah tersebut. Malam itu juga, Winona mencoba menghubungi seseorang untuk membuat laporan. Dia melalui malam yang terus mencekam. Winona bahkan harus kembali mengkonsumsi obat tidur untuk bisa tidur nyenyak malam itu, serta terhindar dari depresi.
Sesuai kesepakatan, pagi ini Winona berencana untuk menemui Axel. Salah seorang yang masih bisa dia percaya. Pria yang bekerja dalam kepolisian itu sudah lama menyelidiki kasus ini. Itu sebabnya, Winona percaya kalau pria itu akan membantunya.
"Sarapan dulu, Na,"
"Nanti aja ya, Ma. Nona bawa bekal aja,"
Liana memperhatikan tingkah putrinya yang terburu-buru. Dia bahkan meneguk susu kesukaannya hingga kandas tanpa jeda.
"Udah ya, Ma. Nona pergi dulu,"
"Na,"
Panggilan itu lantas membuat langkah Winona terhenti. Liana kini berdiri di hadapannya, menyerahkan kotak bekal yang lupa Winona masukkan tadi.
"Kamu tau kan kalau Mama akan selalu ada di pihak kamu?" Winona mengangguk kecil. hubungannya dan Liana membaik belakangan ini.
Liana mengusap pipi putrinya.
"Kalau begitu kamu tidak harus merahasiakan semua dari Mama, Nak. Mama akan membantu kamu. Mama akan kerahkan semua kemampuan Mama untuk membantu kamu. Mama ingin berguna buat kamu, Nak,"
"Ma, Nona gak bermaksud membuat Mama merasa tidak berguna, hanya saja Nona gak mau ada yang jadi korban lagi. Nona ingin semua ini berakhir, karena akar masalah semua ini adalah Nona sendiri, Ma. Nona yang buat Arion melepas rantainya. Nona yang buat Om Cavandra benci dan akhirnya memulai ambisi gila ini. Semua ini salah Nona," lirih Winona.
Liana meraih putri sematawayangnya itu ke dalam pelukannya. Putri kecil mereka sudah tumbuh dewasa. Putri kecil yang dulu selalu merengek untuk pergi ke pantai, agar bisa melihat senja kini tumbuh dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Mystery / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...