BAB 41. Aviothic

5 1 0
                                    

Tidak ada yang bisa menggantikan posisi Kuanta. Kelly atau Deya, dua orang yang selalu berada di urutan kedua setelah Kuanta. Kelly dan Deya saling bertukar posisi, tetapi tidak pernah mampu menggeser posisi Kuanta. Kali ini, setelah Kuanta meninggal, posisi yang seharusnya menjadi milik Kelly, kembali direbut oleh orang lain. Oleh seseorang yang bahkan tidak pernah masuk dalam nominasi 10 besar di high class.

Sayap satu-satunya kini hampir tak mampu membuatnya terbang.

Meski keinginan kuat masih ada, tak akan mampu terbang tanpa sayap. Dia harus memperbaiki sayapnya yang terluka, sebelum kembali mengepakkannya. Sejenak dia harus mendarat dahulu, mempelajari cara untuk sembuh, kemudian berlatih agar bisa membuat satu sayap lainnya bekerja.

Dia harus mundur beberapa langkah, untuk kemudian memenangkan pertarungan. Namun, waktu yang tidak banyak membuatnya tersadar untuk bergegas mempersiapkan diri. Gadis itu melepas earphone dari telinganya, menatap gadis yang kini juga tengah memperhatikannya.

"Mana pandangan merendahkan yang biasa lo tujukan gue? Kenapa sekarang lo terlihat rendah?" Winona melipat tangan di depan dada. Masih terekam jelas perkataan Kelly yang begitu merendahkannya.

Kelly mengulas senyum manis. Senyum pertama yang Winona lihat sejak kenal dengan gadis penuh ambisi itu. Semua orang juga tahu Kelly. Selain dijuluki sebagai astrophile girl, juga dijuluki dengan sebutan aviothic, orang yang tidak akan pernah menyerah, apa pun kondisinya.

"Congratulation! Kamu hebat bisa tiba di titik ini,"

Respon yang tidak pernah Winona sangka akan dapatkan dari Kelly.

"Semua orang bisa menjadi jenius, menaklukan soal dan saingan di depannya. Namun, tidak semua orang bisa mengendalikan ambisi mereka. Semakin tinggi posisi mereka, semakin besar pula logika bermain. Kamu pasti paham maksud aku 'kan?"

Winona terdiam, tangannya terkepal di kedua sisi tubuhnya. Sadar akan sesuatu yang salah pada dirinya. She lost her control.

"Lo gak akan berhenti begitu aja 'kan?"

Kaki Kelly terhenti begitu saja. Kekosongan di depannya tak lagi berarti, saat Winona kembali menghampiri dirinya.

"Lo akan menyingkirkan gue juga, apa pun caranya," tuduh Winona.

"Kamu sadar kalau posisi itu hanya akan membuat kamu dalam masalah. Kenapa masih dilanjut. Kamu masih tak cukup cerdas untuk menjadi lawanku, Winona Zaviera. Kembalilah menghalu dan abadikan Kuanta dalam tulisanmu. Itu akan lebih berguna, dibanding terus berusaha bersaing denganku,"

"Gue bahkan berhasil menggeser posisi lo,"

"Tapi kamu gak akan pernah berhasil menjadi seperti aku. Kamu terlalu lemah untuk menjadi orang yang diperhitungkan di high class. Aku harap kamu mempertimbangkannya lagi, sebelum melakukan sesuatu," tukas Kelly berlalu dari hadapan Winona. Dia memasang kembali earphone, lantas bersenandung ringan, menghalau kekosongan di gedung yang hanya menjadi milik anak-anak high class tersebut.

Winona memutar tubuhnya, menatap punggung Kelly yang semakin menjauh hingga hilang di balik koridor.

"Gue akan pastikan kalau gue akan jadi yang terakhir berada di posisi itu, Kel."

..

"Kumpulkan jurnal biru yang pernah Kuanta bagikan pada kalian!"

Sebuah perintah yang Winona sampaikan lewat Mr. Richard. Setelah perjuangan yang tidak mudah, dia akhirnya mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Mr. Richard ada di pihaknya, mempermudah tercapainya tujuan.

"Itu privasi, bukankah tak seharusnya dia memberikan perintah semacam itu?" Jeya mengangkat tangan, lantas memberikan protes atas permintaan Winona.

"Kamu bahkan tidak memiliki buku itu, lantas kenapa kamu malah protes?" Bukan Mr Richard atau Winona yang berbicara, melainkan Soya. Nama lengkapnya Soraya Trinata, berada pada urutan ke empat peraih nilai tertinggi. Gadis itu bahkan dengan sukarela menawarkan diri untuk mengumpulkan buku biru setiap orang, lalu memberikannya pada Winona.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang