"Anta, kenapa Ona gak boleh memiliki sahabat lain?"
Anak laki-laki itu terlihat masih kesal pada sahabatnya. Dia hanya diam, mengabaikan sang sahabat yang terus saja mengajaknya berbicara. Geram diabaikan, anak perempuan itu menarik buku yang sedang dibaca sahabatnya.
"Ona tau letak kesalahan Ona di mana?"
Dengan polos, Winona menggeleng. Dia merasa tidak melakukan kesalahan. Dia hanya ingin berteman dengan anak laki-laki yang dia temui di pantai. Anak yang hampir tenggelam terbawa ombak. Jika saja seseorang tidak segera menyelamatkannya. Anak itu selalu datang ke pantai, bersembunyi di balik salah stau batu besar, seakan takut kalau dia akan ketahuan.
Didorong oleh rasa penasaran, Winona mendatangi anak itu. Awalnya anak itu ingin menghindar, tetapi Winona lebih gesit menahannya.
"Aku gak jahat kok, kamu gak perlu takut,"
Anak itu terus saja menunduk dalam. Takut membalas tatapan Winona.
"Kenapa terus bersembunyi? Keindahan senja gak akan terlihat nyata kalau kamu sembunyi di sini."
"A...aku tidak seharusnya ada di sini. Orang tuaku tidak akan suka aku ada di sini. Seharusnya aku berdiam di rumah dan belajar,"
"Kamu suka belajar?"
Anak itu terlihat ragu.
"Aku tidak suka."
"Kenapa tidak beritahu orang tuamu saja? Katakan apa yang kamu suka, mereka pasti akan lebih mengerti. Lagipula kamu akan menderita, jika melakukan sesuatu dengan terpaksa. Kamu tidak akan bahagia."
"Kamu suka senja?"
"Heum, sesekali aku ingin menikmati keindahannya. Aku ingin melakukan sesuatu dengan bebas. Melepas kepenatan dan memulai hari yang baru."
"Ona!"
"Sepertinya aku harus pergi, sampai jumpa lagi teman." Pamitnya segera menghampiri sang sahabat. Siapa snagka kalau Kuanta akan kesal hanya karena Winona dekat dengan anak itu, apalagi memanggilnya dengan sebutan 'teman'.
"Ayolah jangan marah lagi ya?"
"Kamu akan berteman dengan anak itu juga?"
"Emmm dia terlihat butuh teman, makanya Ona ingin jadi temannya."
Winona bukan seseorang yang mudah diatur, bahkan oleh Kuanta sekalipun. Itu sebabnya Winona tetap berteman dengan anak itu. Dia selalu menyempatkan waktu untuk bermain dengan anak itu. Hingga suatu hari, anak itu tidak lagi datang ke pantai. Winona mulai merasa kehilangan. Malam itu, Winona demam dan harus dibawa ke rumah sakit. Sejak itu pula, Kuanta rutin membawakannya vitamin yang dia pikir adalah obat agar dia tidak sakit lagi.
Winona tidak pernah menyangka bahwa itu menjadi awal segalanya. Awal dari munculnya ambisi gila yang menelan korban. Tanpa sadar gadis itu telah mengubah hidup orang-orang yang dia temui. Termasuk anak yang kini tumbuh dengan baik, tanpa rasa takut.
Arion menatap foto anak kecil itu sekali lagi.
"Maaf, Na. Maaf telah membuat lo harus menghadapi ini semua."
"Kita pergi sekarang!"
Sebuah perintah tegas yang harus Arion turuti. Ponsel cowok itu berdering, menarik perhatiannya.
"Abaikan saja, kita akan segera masuk ke pesawat!" peringat Cavandra.
"Jika disuruh memilih antara melepas impian, atau mengorbankan orang lain, apa yang akan lo pilih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Misteri / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...