BAB 53. Another Twist

8 0 0
                                    

Hukuman Winona sudah selesai. Dia bisa kembali belajar seperti semula. Hanya Arion yang masih harus menjalani hukuman diskorsnya. Kurang dari satu bulan, waktu yang Winona miliki untuk mengakhiri permainan.

"Pertama, lo harus tetap menjadi saingan yang diperhitungkan,"

Winona menghela napas, menguatkan hatinya untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi nanti. Hari ini, ada kuis lagi. Artinya akan ada persaingan ketat dan kemungkinan korban lagi. Winona seolah dibawa kembali pada hari pertama dia masuk ke kelas tersebut. Aura mereka tampak menakutkan dan penuh ambisi. Pandangan Winona kini jatuh pada Kelly dan Feyana yang masih bersikap seperti biasa. Keduanya masih belajar.

"Ona!" Winona memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang memanggil namanya.

Soraya berjalan dengan senyum menghiasi bibirnya.

"Itu nama kecil kamu kan? Panggilan spesial dari Kuanta juga kan?"

Winona mengerutkan kening. Satu orang yang menyimpan misteri teramat dalam adalah gadis di depannya. Soraya, gadis aneh yang mengaku sebagai sahabat masa kecilnya. Gadis yang mengetahui sisi gelap Kuanta.

"Apa pun itu, gue gak akan mudah percaya sama lo, Soya. Ada atau enggak lo di masa lalu gue, itu gak berarti apa pun buat gue," tukas Winona.

"Begitukah? Kamu juga gak peduli jika tahu Kuanta mengelabuhi kamu selama ini? Dia menjauhkan kamu dari orang-orang. Bukankah itu terdengar menakutkan?"

"Lo berbicara seperti seorang psikopat, Soy,"

"Bukannya julukan itu lebih tepat buat Kuanta, ya?"

Soraya sudah berbicara terlalu jauh. Winona menarik tangan gadis itu, keluar dari kelas.

"Kamu mulai penasaran, heum?"

Winona melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Soraya seakan menilai.

"Kira-kira hukuman apa yang akan lo terima, kalau lo gagal lagi, Soraya? Dikurung diruangan dingin, di gudang atau hidup lo akan berakhir kalau lo gagal?"

Satu lagi yang menimbulkan tanda tanya bagi Winona. Di antara banyaknya jurnal, milik Soraya yang tidak menonjol. Tidak ada hukuman untuk kekalahan. Itu yang Winona tangkap dari isi jurnal milik gadis itu.

"Dibanding hukuman yang aku terima, apa kamu tidak pernah berpikir Kuanta sebenarnya belum meninggal? Obsesi dia terhadap kamu itu sangat besar Winona. Tidak mungkin dia berkorban terlalu jauh, untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Tidak mungkin juga dia mengorbankan masa depannya bersama kamu kan?"

Bagaimana kalau Kuanta belum meninggal? Winona bahkan tidak melihat jasad sahabatnya itu. Namun, apa mungkin Kuanta bertindak sejauh ini karena obsesinya?

"Bisa saja dia bersembunyi karena tau kalau kamu dan Arion pasti akan berjuang untuk mencari pelakunya. Lantas setelah semua selesai, dia akan kembali,"

"Jangan bercanda Soraya! Apa lo pikir itu lucu?"

"Tidak sama sekali. Aku hanya menebak-nebak saja. Namun jika kamu berpikir itu hanya guyonan semata, maka abaikanlah. Aku pikir kamu juga pasti berharap kalau Kuanta masih hidup, kan?"

Winona mengepalkan tangan di kedua sisi tubuhnya. Sebenarnya permainan siapa yang sedang dia ikuti.

"Lalu apakah kamu tidak pernah memikirkan siapa orang yang sebenarnya ingin Kuanta singkirkan, agar obsesinya terpenuhi? Bagaimana kalau orang itu adalah Arion?"

Winona tidak tahan lagi. Dia lantas mendorong Soraya hingga terpojok ke dinding. Bukannya takut dengan raut marah Winona, gadis itu justru tertawa.

"Ayolah Na, kamu terlalu polos dan sangat mudah dibodohi. Hanya karena mereka mendukungmu, kamu berpikir kalau kamu akan menang?"

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang