Pagi sekali, Arion diminta kepala sekolah untuk menggerakkan anggota klub jurnalistik untuk meliput semacam pertemuan dengan keluarga Deya. Belum juga satu minggu, duka keluarga itu bahkan belum juga selesai. Sedikit aneh, tetapi kepala sekolah pasti tidak ingin masalah ini terlalu panjang, dan akan merusak reputasi high class.
Kembali pada kenyataan bahwa keberadaan club jurnalistik hanya digunakan untuk meliput anak high class, dihargai hanya saat dibutuhkan. Selebihnya, meski klub itu mendapatkan penghargaan atau apa pun atas kerja keras mereka, sama sekali tidak mendapat apresiasi dari petinggi sekolah. Hal itu membuat mereka mulai muak. Sebagai dampaknya, Arion harus turun tangan sendiri.
"Kalau kalian masih menolak, klub itu akan ditutup."
Sungguh, Winona dibuat semakin kesal. Ancaman selalu menjadi andalan pria menyebalkan satu itu. Gadis itu masih tidak terima diperlakukan seolah tidak ada harganya. Hanya Arion yang tetap tenang. Keduanya harus turun tangan membantu anak-anak klub jurnalistik, yang kebanyakan memilih mundur. Mereka sudah merasa cukup tidak dihargai.
"Ngapain sih ribet gini, Ar. Udahlah, ditutup sih ditutup aja! Ngapain sih lo pertahanin sesuatu yang udah gak bisa dipertahankan?" dumel Winona, tidak berhenti mengoceh, merutuki kepala sekolah yang seenaknya.
"Na, klub jurnalistik ini penting buat gue. Kalau lo merasa udah gak bisa dipertahanin lagi, lo bisa pergi, biar gue yang melakukan semua sendiri,"
Arion mengambil alih kamera dari tangan Winona. Gadis itu menghela napas panjang. Selama ini, dia hanya mengenal Kuanta. Seluruh hidupnya tentang cowok itu. Dia bahkan melupakan Arion yang pernah mengisi lembaran kosong di masa lalunya. Kadang kala dia mulai berpikir, apakan ada orang di luar sana yang juga terlupakan olehnya? Seorang teman yang terlupakan, karena dunia Winona hanya tentang Kuanta?
Dia memperhatikan Arion yang mulai mengambil posisi terbaik untuk letak kamera. Semua dilakukan cowok itu tanpa keberatan sama sekali. Mungkin jurnalistik sangat istimewa, hingga cowok itu rela melakukan apa pun agar klub itu bertahan. Bahkan jika harus menurunkan egonya.
"Biar gue yang pegang,"
Arion tidak menolak, membiarkan gadis itu melakukan sesukanya. Semua mulai berjalan sesuai keinginan kepala sekolah. Seluruh siswa/I high class bersama perwakilan tiap kelas dikumpulkan di aula, diminta untuk berbaris rapi. Sepasang suami istri memasuki aula setelah semua siap.
"Kami tahu kematian putri kami mungkin akan menimbulkan keresahan terhadap SMA Metana terutama high class. Kita semua jelas sudah tau kalau high class dijuluki sebagai kelas paling bergengsi dan menawarkan masa depan untuk anak-anak yang masuk ke sana,"
Wanita paruh baya itu menghela napas panjang. Untuk ukuran seorang ibu yang baru kehilangan buah hatinya, wanita paruh baya itu tergolong begitu tangguh. Dia bisa berbicara begitu tenang tentang dukanya.
"Tidak ada yang salah dengan sistem di sekolah ini. Semua orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk masa depan anak-anak mereka, begitu juga dengan kami. Deya adalah anak cerdas yang paham betul tujuan hidupnya. Itulah mengapa kami mendukungnya dengan memberi les tambahan dan beberapa sumber pendukung untuk tujuannya itu,"
Pria di sebelahnya tampak mengusap bahu wanita tersebut. Bukan hal mudah membicarakan seseorang yang berharga.
"Beberapa hari belakangan ini, putri kami mulai berubah. Dia seolah kehilangan tujuan hidup. Dia pergi dan pulang entah dari mana. Dia bahkan jarang mengikuti les tambahan yang kami berikan setelah pulang sekolah. Kami pikir, dia butuh waktu sejenak untuk beristirahat, jadi kami membiarkannya begitu saja,"
Satu fakta yang cukup mengejutkan terkait Deya. Entah itu benar atau sekedar alibi dari orang tuanya saja. Tidak mudah memperpercayai seseorang yang berada di pihak kepala sekolah, mungkin?
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Mystery / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...