Studio musik menjadi tempat yang menjanjikan untuk mereka merancang drama musikalisasi yang akan mereka tampilkan. Kelly datang tepat waktu, masih mengenakan seragam khas anak high class. Gadis itu sepertinya tidak sempat untuk sekedar ganti pakaian ke rumah, sementara Winona sudah lebih santai mengenakan pakaian kasual. Selain les tambahan dari sekolah, Kelly juga mengikuti les di luar sekolah.
Kadang kala Winona heran, apa segitu tidak cukupnya ilmu yang mereka peroleh dari sekolah, hingga 24 jam yang diberikan Tuhan habis untuk mencari ilmu.
"Aku gak bisa lama-lama, ada banyak kerjaan. Apa konsep yang kamu tawarkan?" tanya Kelly baru juga menarik kursi untuk duduk.
Winona memberikan kertas di tangannya. Sebuah rancangan yang sudah dia pikirkan.
"Mellifluous?"
"Heum, mengungkapkan setiap perasaan lewat musik. Konsep ini cukup unik dan mudah dipelajari karena fokusnya ke emosi dan perasaan dari lagu yang dibawakan. Hanya saja, lo harus bisa menggabungkan beberapa lagu dalam bentuk instrumental, sebagai pengiringnya," jelas Winona.
Kelly membaca baik-baik rancangan dan pemilihan lagu serta perasaan yang coba disampaikan. Harus diakui kalau ide yang Winona berikan sangat cemerlang. Winona benar-benar memiliki bakat alami untuk menjadi seorang penulis.
"Ide kamu menarik, tetapi cukup sulit menurutku, karena menggabungkan beberapa lagu itu tidak mudah. Waktu kita juga sangat singkat, menurutku kita tidak akan bisa melakukannya dalam situasi begini," tutur Kelly menyayangkan situasi yang kurang mendukung.
Sandainya mereka memiliki waktu yang lebih panjang untuk bersiap, pasti ide itu akan terealisasi dengan sempurna. Kelly bahkan bisa membayangkan sesempurna apa hasilnya. Konsep yang Winona buat sangatlah mendetail dan tepat sasaran.
"Apa gak ada cara lain? Konsep ini yang menurut gue lebih sederhana, daripada harus membuat drama berkepanjangan. Waktu 10 menit harusnya lebih bermakna dengan penampilan emosi lewat lagu,"
Kelly terdiam selama beberapa saat. Otaknya berpikir keras. Dia juga menyayangkan jika konsep itu gagal direalisasikan.
"Kita butuh bantuan dari ahli musik," ucap Kelly.
"Siapa?" Winona mencoba mencari nama yang sekiranya bisa memandu mereka dalam hal musik. Saat keduanya tiba di titik buntu, Arion datang bersama seorang pria. Pria yang dikenalkan sebagai pemilik studio musik tersebut. Arion juga yang menyarankan agar mereka bertemu dan berlatih di tempat itu.
"Ada apa? Kalian butuh sesuatu?" Arion mengerutkan dahi, bingung dengan tingkah dua gadis itu.
"Heum, pemandu musik, kita perlu itu sekarang," Winona tersadar lebih dulu dan menjawab pertanyaan Arion. Arion dan pemilik studio saling bertukar pandang.
"Kalau begitu kalian sudah menemukannya," ucap pria itu, menatap Arion. Sontak, Kelly dan Winona melakukan hal yang sama.
"Musik seperti apa yang dibutuhkan?"
Winona baru mengetahui hal ini sekarang. Arion yang ternyata memiliki bakat selain di bidang jurnalistik, juga pandai bermain musik. Winona menjelaskan ulang konsep yang dia buat secara singkat. Kelly menambahkan kelemahan dan kemungkinan yang terjadi saat menggabungkan musi sesuai emosi atau perasaan yang dibawakan.
"Gue akan coba menggabungkannya. Mungkin gue akan ganti beberapa musik yang lebih sesuai, sisanya gue serahkan ke Kelly nanti," jawab Arion, membuat Winona menghela napas lega. Dia pikir akan gagal merealisasikan idenya. Arion yang pertama menyadari maksud Winona memilih konsep tersebut. Lewat lagu, Winona ingin mengungkapkan perasaan dalam hatinya, termasuk rasa penyesalan yang sangat dalam. Gadis itu menyesal karena terlambat mengatakan kalau dia begitu mencintai Kuanta. Makna yang tersirat di balik persembahan yang akan mereka berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Mystery / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...