BAB 57. Bukan Kemenangan

8 1 0
                                    

Berita pembobolan disembunyikan oleh Mr. Christ. Tepatnya, keterlibatan kedua anak high class dalam aksi tersebut disembunyikan, dan Dirga sepenuhnya dijadikan tersangka. Begitulah cara kepala sekolah mengendalikan anak-anak High Class, untuk tetap bisa berdiri kokoh dan selalu menjadi pemenang. Pria paruh baya itu akan melakukan apa pun untuk menghindarkan kelas itu dari rumor buruk.

Meski terbebas dari penyelidikan secara hukum, bukan berarti Feyana dan Kelly akan terbebas dari jeratan Mr. Christ. Belum ada keputusan mutlak, sebagai hukuman atas apa yang sudah dilakukan kedua siswi berprestasi tersebut.

Berita jelas sudah sampai ke telinga seluruh anak High Class, itu sebabnya semua pandangan kini tertuju pada Kelly dan Feyana yang baru tiba.

Keduanya masih sangat tenang, memasuki kelas seperti biasa, seakan tidak ada yang terjadi.

"Kalian melakukan kesalahan besar, heum," tegur seseorang membuat keduanya kompak mendongak. Soraya tersenyum miring.

"Itu bukan urusan kamu,"

"Bukan urusanku? Apa kalian lupa kalau aku adalah ketua kelas di sini. Seharusnya jika ingin melakukan sesuatu, izin dulu padaku. Dengan begitu, aku bisa membantu kalian kan?"

Kelly memukul meja, hingga menarik perhatian semua orang.

"Masih mau berpura-pura? Kamu pikir dengan kamu bersikap seolah berpihak pada kami, kamu akan aman? Kamu akan berjalan dengan mudah untuk mendapatkan golden ticketnya?"

Feyana ikut berdiri, meraih tangan Kelly. Lewat tatapannya, dia meminta Kelly untuk tenang.

"Jadi kalian berdua sudah tidak bersaing lagi? Kalian bersekongkol sekarang, apa ini karena Winona?"

Kelly semakin muak, melihat tingkah polos Soraya. Apalagi raut wajahnya kala menyebut nama Winona.

"Apa kamu sungguh takut kalau kami bekerja sama? Kamu takut kalau ketika kami bersama, kalian tidak bisa mempertahankan High Class? Begitu kan, Sora?" tebak Feyana angkat bicara. Dia harus membalikkan keadaan, sebelum mereka berdua terpojok.

"Don't call me Sora. My name is Soya," hardik Soraya marah. Sebuah perubahan yang sangat signifikan. Winona pernah mengatakan kalau Soya benci dipanggil dengan nama Sora. Karena mereka berbeda. Sekarang yang ada di hadapan mereka adalah Soya sendiri, gadis yang berambisi penuh untuk mendapatkan golden ticket. Sementara ketika Sora yang hadir, maka dia hanya pembangkang yang ingin bersenang-senang. Itu sebabnya Soraya pernah ingin mematahkan peraturan yang ada di High Class.

"Jadi yang ada di hadapan kita sekarang ini adalah Soya, bukan Sora. Sekarang aku tahu cara membedakannya. Sora itu pribadi yang suka kebebasan, juga kreatif. Sementara Soya itu ambisius dan cinta kemenangan. Apa tebakanku benar?"

"Aku bilang berhenti menyebut nama itu! Aku benci mendengarnya!" teriak Soraya tanpa sadar.

"Kamu sakit, Soraya! Kamu bukan orang normal. Seharusnya kamu ada di rumah sakit jiwa, dan berobat di sana. Bukan malah masuk kelas ini dan ikut bersaing," tambah Kelly.

Mata Soraya memerah, serta wajahnya merah padam.

"Aku gak sakit! Berhenti menganggapku sakit!"

"Tetapi itu kebenarannya, Soraya! Kamu memiliki dua kepribadian berbeda. Orang-orang mungkin tidak menyadari itu, karena sibuk dengan ambisi masing-masing. Itu sebabnya, kepala sekolah tidak memilihmu. Bagaimanapun kepala sekolah tidak akan membiarkan orang berkepribadian ganda, maju sebagai pemenang," tukas Feyana disertai senyum puas.

Akhirnya dia bisa membalas Soraya. Sudah lama dia menantikan hari ini. Sudah lama dia mencari sisi lemah Soraya.

"Berhentilah, Soraya! Kalian gak akan menang. Kemenangan itu mutlak di tangan Winona! Dia bahkan sudah mendapatkan golden ticket yang kalian semua incar," lontar Feyana sengaja mengeraskan suaranya, agar seisi High Class mengetahui fakta itu.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang