BAB 20. Ketua Panitia

9 1 0
                                    

Lega, satu kata yang menggambarkan perasaan Winona saat ini. Lewat lagu, dia mengungkapkan penyesalan yang amat besar, memberitahu semua orang tentang menghargai selagi ada, jujur selagi bisa. Semua orang terlena dengan penampilan mereka. Tidak ada yang menyangka anak high class yang terkenal dengan keambisan dalam akademik, bisa menampilakan drama musikalisasi semenakjubkan itu.

"Kira-kira siapa otak di balik pertunjukan ini?"

"Yang pasti bukan si ranking paralel sih. Mereka jelas gak memiliki waktu memikirkan acara ini,"

"Huh benar juga, di pikiran mereka hanyalah jadi juara satu dan masuk NASA tanpa tes,"

"Deya gak ada tuh, pasti lagi belajar!"

"Betul, si ranking tiga pasti lagi sibuk cari cara buat geser posisi Kelly, apalagi udah gak ada Kuanta, si jenius yang gak bisa ditandingi siapa pun,"

"Ah kasusnya udah ditutup, jangan dibahas lagi. Bahaya kalau kepala sekolah tau kita masih membicarakan Kuanta,"

"Ck, masih gak terima sih kasusnya ditutup begitu saja!"

Berbagai cibiran maupun pujian mulai terlontar dari penjuru SMA Metana, bahkan pembahasan merambat pada kematian Kuanta yang belum tuntas. Sementara di belakang panggung, Winona sedang bersama Arion.

Arion menyodorkan segelas air hangat untuk gadis itu. Winona menoleh, menarik sudut bibirnya sedikit. Cowok itu pantas menerima apresiasi setelah semua yang dilakukannya dalam perfome mereka. Tanpa Arion, penampilan mereka tidak akan sempurna.

"Lo membuat semua orang menyatakan perasaannya sebelum terlambat," lontar Arion. Setelah pertunjukan dari mereka. Anak-anak mulai ramai dan terbuka akan perasaan mereka. Arion sampai ngeri sendiri melihat betapa banyak orang yang menyimpan perasaannya karena takut ditolak, atau bahkan bisa merusak persahabatan yang dijalin bertahun-tahun.

"Mereka harus melakukannya sebelum terlambat. Anggap saja sebagai bentuk penebusan dosa," sahut Winona terkekeh mendengar ucapannya sendiri. Seperti bukan dirinya yang berbicara.

"Lo berbicara seolah manusia paling berdosa,"

Arion mengulurkan tangan, mengacak rambut Winona. Sadar membuat Winona kesal, cowok itu kembali merapikan rambut yang berantakan akibat ulahnya. Dari jarak begitu dekat, dia bisa melihat pahatan wajah Winona. Wajah yang dulu tidak bisa dia lihat dari dekat.

Saat itu, Kuanta selalu melarangnya mengganggu Winona, tanpa alasan yang pasti. Kuanta hanya mengatakan kalau Winona hanya nyaman berada di sisinya, akan terganggu jika Arion mendekati gadis itu.

Winona menautkan alisnya, dengan mata yang terus saling menatap satu sama lain. Arion meniup hingga poni gadis itu tersingkir ke samping.

"Lucu kalau ada poni gitu," ungkap Arion. Winona sontak menutupi poni barunya dengan tangan.

"Kemarin perasaan lo gak protes deh, kok tiba-tiba bilang gitu?"

"Sekarang gue mengerti kenapa Kuanta gak mengizinkan gue dekat dengan lo dulu,"

Winona mulai penasaran dengan perkataan Arion selanjutnya. Pada kenyataannya ada kisah yang terlewat tentang Arion di masa lalu. Cowok itu ada di antara lembaran kisah persahabatan Winona dan Kuanta.

"Karena dia sadar kalau gue bisa mengubah penampilan lo dalam sekejap," sambung Arion tertawa puas melihat ekspresi Winona yang amat menggemaskan untuknya. Gadis itu memalingkan wajah dengan bibir menggerucut sempurna.

"Sialan!" umpatnya.

"Kuanta pasti marah kalau tau gue membuat lo banyak berubah. Dia pasti gak terima sahabat yang dia lindungi jadi lebih buruk setelah kepergian dia," ungkap Arion menarik atensi Winona kembali padanya.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang