Asam lambung kronis, berpotensi membuat organ bagian dalam terkikis dan menimbulkan penyakit yang lebih kompleks. Seminggu pertama setelah kepergian Kuanta, Winona mengabaikan kesehatannya, terus terjaga bahkan sering kali berpikiran untuk menyudahi hidupnya yang terasa hampa. Kepergian Kuanta memberi dampak besar untuknya. Dampak yang masih sulit untuk dia terima.
"Mau makan apa, heum?" tanya Kuanta menyematkan anak rambut gadis itu.
"Es cream coklat," sahutnya antusias.
"Itu sih cari penyakit, Na. Nanti kalau udah sembuh aku beliin es cream coklat yang banyak, sekarang makan buburnya terus minum obat, biar cepat sembuh," bujuk Kuanta mengambil mangkuk berisi bubur ayam. Winona menutup mulut dengan tangan, menolak untuk menerima suapan dari Kuanta.
"Gak enak gak ada rasanya, Anta," rengek gadis itu. Kuanta dengan kesabaran tingkat dewa, masih berusaha membujuk agar Winona makan.
"Kalau masih gak mau makan, Anta gak akan jenguk Ona lagi," ultimatum yang tidak terbantahkan. Kuanta tahu kelemahan terbesar Winona. Gadis itu tidak akan bisa terpisah meski sehari saja dengannya.
Kuanta tersenyum, menyodorkan bubur yang langsung diterima oleh gadis itu. Dibanding tidak bertemu Kuanta, memakan bubur tanpa rasa itu jauh lebih baik.
"Gitu dong. Harus jadi gadis penurut, biar Anta semakin sayang," ucapnya mengusap sayang puncak kepala sahabatnya.
"Gak enak banget," adu Winona, matanya berkaca-kaca. Kuanta menyuapkan bubur ke mulutnya sendiri, membuat Winona membulatkan mata.
"Kita makan sama-sama biar enak,"
Kuanta dan segala tindakan sederhana yang berhasil membuat Winona selalu nyaman.
"Sayang Anta banyak-banyak!"
"Sayang Ona juga!"
Bukan hanya tentang cara Kuanta agar Winona mau makan, tetapi juga saat memberi obat. Pria itu akan lebih dulu melunakan pil obat dengan mulutnya, sebelum diberikan pada Winona. Gadis itu tidak bisa menelan obat dalam bentuk pil, hanya berakhir dengan pil yang terbuang sia-sia.
Cara itu yang selalu Kuanta lakukan saat Winona sakit.
Tanpa terasa air mata Winona semakin deras, membasahi pipinya. Dia menutup wajah dengan tangan.
Pintu kamar yang terbuka membuatnya mendongak. Matanya buram oleh sisa air mata, membuatnya tidak bisa melihat jelas siapa yang tengah berdiri di sana.
"Kuanta, lo kembali?"
Arion menghela napas, menahan gejolak dalam dadanya sebelum mendekati gadis itu. Winona sedang sakit. Cukup banyak dia mendengar dari Bunda cara Kuanta memperlakukan Winona saat sakit. Dia akan mencobanya, meski akan berat menjadi orang lain.
"Makan buburnya, habis itu minum obat,"
Arion terkejut saat Winona tiiba-tiba memeluknya begitu erat. Bubur di tangannya hampir saja tumpah karena tingkah gadis itu.
"Na!" panggilnya.
"Tuhan terima kasih udah membawa Kuanta kembali," Winona bergumam lirih.
"Na, ini gue Arion," tegas Arion, memaksa agar Winona melepas pelukannya. Gadis itu menggeleng, mengeratkan pelukannya.
"Gue benar-benar gak bisa tanpa lo, Anta!" akunya. Arion memejamkan mata.
"Gu..Aku di sini, Na. Sekarang makan dulu ya,"
Cara terbaik adalah mengikuti keinginan Winona. Gadis itu sedang sakit dan berpotensi untuk berhalusinasi. Jika dengan berpura-pura menjadi Kuanta bisa membantu kesembuhan Winona, maka Arion dengan sukarela akan melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Mystery / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...