BAB 51. The Reason

7 1 0
                                    

Lagi-lagi, Winona harus membersihkan seluruh gedung sendirian. Meski ini hari terakhir, tetap saja dia merasa keberatan. Bayangkan, seorang diri harus membersihkan satu gedung yang ukurannya jelas tidak bisa diremehkan. Winona beberapa kali tidak bisa fokus pembelajaran akibat kelelahan. Selama itu juga dia tidak bisa berkonsentrasi dan berpikir dengan benar.

"Perlu bantuan?"

Winona memutar tubuhnya, mendapati Dirga yang tengah tersenyum. Laki-laki itu sering muncul dalam hidup Winona beberapa hari terakhir. Dirga sering menunggunya hingga selesai dan mengantarnya pulang. Pernah satu waktu, Dirga bahkan menitipkan bekal pada Kelly. Tentu saja Kelly ogah-ogahan melakukan permintaan Dirga. Winona ingat sekali cara Kelly memberikan bekal tersebut. Jauh dari kata ikhlas. Kelly hanya datang dan meletakkan bekal di dekat tas Winona yang saat itu tengah membersihkan aula. Kelly jelas masih menjunjung tinggi gengsinya.

"Kenapa Kak Dirga ada di sini?"

"Lo masih bertanya? Bantuin lo lah, apalagi?" Dirga melepas jaket jeans lantas menggulung kaus hitamnya. Lengan kekarnya kini terpampang jelas.

"Duduklah, lo pasti lelah membersihkan seluruh gedung sendirian. Biar gue yang selesaiin ini,"

Winona menatap ke arah yang Dirga tunjuk. Sudah ada sebuah bekal dan sebotoh susu kesukaan Winona di sana. Atensi gadis itu kembali pada Dirga yang sudah fokus melanjutkan pekerjaannya. Tidak ingin berpikir terlalu jauh, gadis itu bergegas ke arah tribun. Lantas duduk di salah satu kursi, meregangkan otot kakinya yang pegal, akibat kelamaan berdiri.

"Lo tunggu di sini dan nikmati bekalnya. Gue akan membersihkan ruangan yang lainnya. Nanti gue bakal balik ke sini buat jemput lo. Gue antar lo balik,"

"Kak Dirga!"

Dirga memutar tubuhnya. Tangan cowok itu penuh dengan alat kebersihan, jadi dia hanya menautkan alisnya.

"Ehm, gue gak tau kenapa lo baik sama gue. Namun, apa pun itu, sudah seharusnya gue mengucapkan terima kasih kan? Makasih udah perhatian sama gue, Kak,"

Cowok itu hanya tersenyum kecil, lantas melanjutkan langkahnya yang tertunda. Dirga masih tidak tertebak bagi Winona. Ada begitu banyak tanda tanya besar yang sungguh ingin dia dapatkan jawabannya. Hanya saja masih terlalu banyak hal rumit yang belum juga berhasil dia pecahkan, maka urusan Dirga dia abaikan dahulu.

Winona mencoba menikmati waktu untuk istirahat yang jarang dia dapatkan. Namun, begitu menyadari bahwa dia sendirian di sana, membuatnya mulai merasa takut. Berbagai pemikiran buruk muncul tanpa bisa dia cegah. Gadis itu bergegas merapikan barang-barangnya, menyusul Dirga jelas lebih baik, daripada duduk sendirian. Belum juga berhasil keluar dari aula, sesuatu menghalangi pandangannya.

"Kak Dirga, Arion tolongin gue,"

Namun, semua sia-sia begitu pandangan Winona terhalangi dan tak lama kesadarannya pun hilang. Seharusnya Winona ikut dengan Dirga saja. Nasi sudah jadi bubur, Winona hanya bisa berdoa semoga Dirga segera menyadari kalau dia tidak ada di sana dan segera menyelamatkannya.

..

Kelopak matanya mulai menunjukkan pergerakan, hingga perlahan terbuka. Butuh waktu beberapa detik hingga dia sadar apa yang sudah terjadi. Winona bergegas bangun dan menemukan dua orang yang tengah berdebat, berdiri membelakanginya.

"Seharusnya kita bawa dia baik-baik saja, tidak perlu seperti ini,"

Winona mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ruangan itu tidak begitu luas, tetapi memiliki begitu banyak perlengkapan. Seperti ruang rahasia milik Jenandra yang ada di sekolah. Bedanya, ruangan kali ini tampak lebih bersih dan terawat.

High ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang