Siapa sangka anak-anak SMA Metana menaruh antusias yang teramat besar pada berita akan diadakannya music live dari para alumni di sekolah mereka. Satu hal langka yang baru pertama kali terjadi sejak berdirinya SMA Metana, ditambah acara yang akan dilakukan di gedung high class. Gedung yang selama ini tidak dapat dijangkau oleh anak-anak SMA Metana selain anak high class sendiri.
Rasa penasaran menumpuk. Namun, terhalang oleh peraturan dan hukuman yang akan diberikan jika melanggar peraturan tersebut. Berbagai konspirasi sering muncul terkait anak-anak high class.
Tidak seorang pun yang sungguh mengenal anak-anak di kelas itu.
"Sebentar lagi gedung yang selama ini gak tersentuh bakal kelihatan aslinya,"
"Gak sabar sih, mau lihat seberapa hebat sih anak high class,"
"No, gue justru lebih penasaran dengan reaksi mereka. Selama ini, mereka dilindungi kepala sekolah, sampai gak sembarang orang bisa ke sana. Sekarang, gedung itu akan ramai dan berisik, apa anak-anak ambis itu akan tetap tenang dan belajar?"
"Yup, gue setuju. Gak sabar ketemu anak ambis kelas tinggi haha,"
"Apa mereka tau rasanya makan di kantin? Sepertinya gak akan pernah tau deh,"
"Apa mereka pernah bergosip, membicarakan orang lain? Atau jangan-jangan mereka tidak pernah mengobrol satu sama lain,"
"Hidup mereka terlalu serius sepertinya,"
"Gue lebih penasaran dengan fasilitas mereka sih, kok bisa banyak orang yang pengen banget masuk ke sana, bahkan setelah ada kasus anak yang meninggal bunuh diri,"
Semua orang membicarakan tentang anak-anak high class dalam berbagai reaksi. Didominasi oleh rasa penasaran. Hal langka yang harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Music live yang membuat mereka memiliki kesempatan mengunjungi gedung tersebut.
Berbeda dari anak-anak kelas biasa dan menengah, anak-anak high class mendadak melakukan sebuah rapat untuk membahas penampilan yang akan diberikan. Semua kelas diwajibkan untuk memberikan penampilan dalam hal apa pun, baik musik atau hal yang berbau seni.
Jenandra memimpin rapat mendadak tersebut, baru terlihat bahwa pria itu adalah presiden di kelas tersebut.
"Kita udah gak bisa menunda lagi. Gak ada pilihan, kita harus mempersiapkan sesuatu," ucap Jenandra mengawali pembicaraan. Semua orang tampak diam, beberapa bahkan masih fokus pada buku di tangan mereka, siapa lagi kalau bukan para ranking paralel.
"Ini bukan pentas seni, jadi untuk apa memberikan penampilan," timpal Cloy, si gadis yang biasanya pendiam, menyendiri di sudut ruangan. Dia tipe diam-diam menghanyutkan, tidak terlalu aktif di kelas tetapi bisa masuk ranking 10 besar.
"Ada saran lain? Nama baik kelas ada di tangan kita. Bisa dikatakan kalau kita adalah tuan rumah, bagaimana mungkin kita sama sekali tidak memberi jamuan berupa persembahan singkat dalam acara itu," Jenandra mulai berargumen.
Di sisi lain, Winona dan Arion hanya memperhatikan interaksi mereka, tidak terlalu ingin ikut campur. Seperti yang Arion katakan kalau mereka tidak boleh terlalu mencolok dalam hal apa pun.
"Menurut lo siapa ketua acara ini? Kenapa dia bisa membuat kepala sekolah mengizinkan gedung high class sebagai tempat acara dilaksanakan? Padahal di aula juga bisa, 'kan?"
Winona menoleh, menunggu reaksi Arion. Pria itu tampak tidak fokus, kantung matanya tampak sangat jelas.
"Main game sampai subuh lagi?" tebak Winona.
"Ha?"
Gadis itu berdecak, Arion selalu saja lambat merespon saat kekurangan tidur.
"Lo yang bilang supaya gue gak tidur terlalu larut, demi kesehatan tetapi lo sendiri malah main game sampai dini hari," oceh gadis itu. Arion mengulas senyum tipis, menepuk pelan puncak kepala Winona.
"Gue hanya memastikan kalau lo gak tidur larut malam, apalagi sampai terbangun di tengah malam," ungkap Arion.
Pernah satu malam, Arion menemukan Winona tidur di dapur dengan posisi duduk di lantai. Setelahnya, gadis itu demam karena kedinginan. Lantas membuat Bunda khawatir. Sejak itu, Arion memutuskan untuk mengawasi Winona, memastikan gadis itu tidur tepat waktu. Dia bahkan rela menghabiskan waktu bermain game sampai dini hari, demi memastikan Winona tidur dengan cukup.
Pandangan keduanya bertemu. Mata coklat Winona masih penuh kepedihan dan luka.
"Kalian pacaran?" celetuk Jeya sontak membuat semua orang menatap ke arah keduanya. Winona menautkan alisnya.
"Bukannya ada peraturan gak boleh pacaran, ya?" timpal gadis lain. Mereka menebak tanpa mengetahui kebenarannya. Winona menghela napas, secara tidak langsung peraturan itu membuat anak-anak tidak boleh memiliki seseorang yang terlalu dekat.
"Kita gak pacaran, lagi membahas tentang apa yang bisa kita tampilkan di acara music live nanti," sahut Arion beralibi.
"Ada saran?" tanya Jenandra. Mereka terjebak dengan alibi yang Arion berikan. Winona mulai cemas, tidak ada ide sama sekali dalam benaknya.
"Ehm, bagaimana dengan drama musikalisasi singkat. Gak perlu panjang, maksimal 15 menit aja, itu saran aja sih,"
Winona cukup terkejut dengan ide yang Arion berikan.
"Drama musikalisasi? Itu ribet, waktu kita juga gak banyak, hanya dua hari untuk persiapan, belum lagi naskahnya," protes Cloy tidak setuju.
Arion menoleh, menatap Winona.
"Kita punya penulis skenario yang baik di sini," ucapnya masih menatap Winona. Gadis itu malah membulatkan mata, masih tidak percaya kalau dirinya jadi pusat perhatian sekarang. Arion sendiri yang tidak mengizinkan dia mencolok, malah pria itu yang membuat semua orang menaruh perhatian padanya.
Arion menggenggam tangan Winona di bawah meja, tersenyum penuh makna.
"Mungkin kita bisa coba ide Arion. Dua hari cukup untuk latihan, apalagi anak-anak di kelas ini memiliki daya ingat yang bagus, pasti mudah menghafal tiap adegan dan gerakannya,"
"Bagaiman dengan musik?"
"Aku bisa bantu,"
Semua orang menatap Kelly yang sejak tadi hanya diam saja. Siapa sangka, gadis itu rupanya menaruh perhatian terhadap acara tersebut. Winona malah heran, bepikir jika Kelly akan diam saja, bahkan tidak akan mengambil bagian dalam perfome mereka nanti.
"Kalau gitu, apa semua sepakat untuk membuat drama musikalisasi?"
"Setuju! Tapi aku harus dapat peran utama," sahut Jeya. Gadis itu terlalu tampak ingin menjadi utama dalam segala hal. Sering kali mencoba menarik perhatian dengan cara yang murah. Winona tidak terlalu menyukai Jeya sejak gadis itu mempertanyakan alasannya masuk high class.
"Kalau itu kembali sama penulis skenarionya. Bagaimana pun, dia masih harus mempertimbangkan kecocokan karakter, benar kan, Na?" tanya Jenandra menunggu jawaban gadis itu.
"Iya. Gue akan siapkan skenario musiknya malam ini, dan gue butuh bantuan Kelly untuk menyesuaikan musik, jadi gue harap bisa bekerja sama dengan baik," shaut Winona menatap Kelly.
"Aku siap kapan saja dibutuhkan,"
Jawaban yang kembali membuat semua orang terkejut. Siapa sangka, anak-anak high class rupanya memiliki bakat tersembunyi, di balik ambisi yang begitu menyeramkan.
"Ini kesempatan yang baik untuk mengenal mereka lebih dekat, dan menemukan pelakunya," bisik Arion.
Winona tersenyum lega. Rupanya Arion memiliki alasan memberikan ide itu. Namun, tetap saja pria itu harusnya diskusi dulu, bukan asal menyebut nama di depan semua orang.
...
No spoiler, ehm author mau hiatus sejenak sampai sidang selesai, kecuali kalau ramai akan dipertimbangkan hehe..
Minggu depan sepertinya akan kosong, tapi ya melihat kondisi lagi deh. Author gak bisa kepastian, seperti doi yang gak peka juga haha..
Ya begitulah, selamat menikmati part ini. Author harap kalian suka dan meninggalkan jejak.
Sekali lagi, jangan lupa untuk mendoakan agar sidang author nanti lancar hehe..
See you again!!
Salam hangat
authorsemesta
KAMU SEDANG MEMBACA
High Class
Mystery / Thriller... Kuanta Agran adalah siswa dengan segudang prestasi, ranking 1 paralel dari high class dan tidak pernah tergantikan. Nama yang dielu-elukan akan mendapat golden ticket sesuai misi High Class. Namun, Kuanta tidak pernah sampai di tujuan. Si ranki...