010

46.7K 705 3
                                    

Jangan lupa vote dan komen!

Adhara, Marissa, dan Claudia, telah selesai dengan acara memilih-milih kado. Setelah puas berbelanja, Claudia mengantar kedua temannya itu ke rumah masing-masing, bersiap untuk malam nanti.

Sesampainya di rumah, Adhara melihat Ian yang sudah duduk di teras dengan kedua tangan di dada. Ian memandangi Adhara dari atas ke bawah membuatnya merasa risih.

"Kenapa sih bang?"

"Dari mana kamu sebenernya?"

"Bukan urusan Abang buat tau semua kegiatan Adhara."

"Saya cuma nanya."

"Adhara berhak untuk gak menjawab!" Bentak Adhara yang kemudian meninggalkan Ian seorang diri di teras.

Jujur saja, setelah malam dimana Ian mendatangi kamarnya terakhir kali, Adhara semakin takut dengan hal-hal gila lain yang mungkin akan dilakukan oleh Ian. Karena itu dia benar-benar memilih untuk menjadi sosok yang kasar dan seenaknya agar Ian berhenti.

Tidak sempat untuk beristirahat, setelah selesai mandi Adhara segera mempersiapkan dirinya untuk acara Flora malam ini. Mulai dari memilih gaun yang sesuai dengan dress code dan memilih kado apa yang akan ia berikan.

Adhara memandangi belanjaannya tempo hari yang bahkan belum dikemas seluruhnya, karena masih tersisa beberapa barang di dalam paperbag. Hingga kemudian pilihan Adhara jatuh pada sepasang anting yang ia beli untuk dijadikan kado Flora.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Claudia seharusnya sudah datang menjemputnya, mengingat acaranya akan dimulai pukul delapan malam.

"Kemana kamu?" Tanya Ian yang kebetulan keluar dari kamarnya bersamaan dengan Adhara yang hendak turun.

"Ada acara."

"Udah jam berapa ini, lagipula acara apa yang pake baju kaya gitu?"

"Kenapa sih bang? Ini bajunya normal kok. Papa mama juga gak pernah marah sama baju ini!"

"Tapi saya marah."

"Abang gak berhak! Udah ya, Adhara buru-buru."

Adhara menuruni tangga menuju Claudia yang sudah menunggunya di bawah. Tidak lupa berpamitan pada Brian dan Sintia. Dan tanpa Adhara sadari, tidak lama setelah ia berpamitan Ian juga melakukan hal yang sama.

___________

Marissa dan Claudia masih asyik berjoget, Adhara yang merasakan panggilan alam, tidak bisa menghindari hingga akhirnya ia memutuskan untuk ke toilet seorang diri.

Setelah selesai, Adhara keluar toilet dan hendak kembali ke tempat dimana Marissa dan Claudia berada. Namun sialnya ada seseorang di depan pintu kamar mandi itu, membuat Adhara merasa takut melihat pria dihadapannya dalam kondisi mabuk berat.

"Haii cantik ..." Pria itu mendekatkan wajahnya pada Adhara membuat Adhara mual menghirup aroma alkohol yang sangat kuat.

"Apa sih, minggir!" Adhara mencoba memberanikan dirinya, meskipun ia yakin kalimatnya tidak akan dapat diterima oleh sosok yang sudah tidak dapat berpikir rasional itu.

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang