024

23.7K 429 25
                                    

Acara telah usai. Adhara sangat senang dengan kegiatannya hari ini, dimana orang-orang yang ia sayangi berkumpul bersama. Orangtuanya dan teman-temannya adalah sesuatu yang berharga, yang akan selalu ia jaga.

Setelahnya Adhara kembali ke kamarnya, dan pemandangan yang pertama ia lihat adalah abangnya itu yang sedang berdiri di balkon kamarnya.

Adhara tidak terkejut lagi, sejak awal mereka mulai berhubungan, ini adalah hal yang kerap kali dilakukan Ian. Namun, saat ini hubungan kesepakatan mereka telah berakhir, lalu apa yang Ian lakukan dikamarnya?

"abang ngapain disini?" tanya Adhara setelah berdiri di dekat abangnya itu, dilihatnya pria itu menghirup sebatang rokok dan menghembuskannya ke udara.

"Saya mau tidur sama kamu malam ini."

"Hah, apa sih bang?" Adhara masih tidak mengerti.

"iya, saya mau kamu nemenin saya malam ini." jelas Ian membuat Adhara melongo.

"abang gila ya?"

Tidak menjawab, Ian justru mengeluarkan handphone nya, menyodorkan sesuatu yang membuat Adhara ternganga. Ian memperlihatkan sebuah video dari handphonenya.

Dalam video itu tampak Adhara dan Ian sedang berhubungan. Iya, hubungan badan! Bagaimana Adhara mengerang dan menggoyangkan pinggulnya ketika Ian menusuk dalam di tubuhnya terlihat dengan jelas disana.

Dengan sigap Adhara merebut handphone Ian dan menghapus video tersebut. wajahnya merah padam. Perasaan kecewa, malu dan marah bercampur jadi satu.

Namun sialnya, ketika Adhara menghapus video itu, tampilan bergeser dan memperlihatkan video yang lainnya. Video sama persis yang menampilkan persetubuhan mereka, hanya tempat dan gayanya saja yang berbeda.

"Percuma, saya punya banyak salinannya."

"Abang mau apasih sebenarnya?!" Ujar Adhara penuh penekanan, ia lelah dipermainkan abangnya terus-terusan.

"Saya mau kamu melayani saya malam ini, Apa masih gak jelas juga?" Ujar Ian masih dengan nada datarnya.

"Tapi kenapa? Abang yang bilang kan ini salah dan Abang yang mulai menjauhi Adhara. Kenapa sekarang Abang malah ngelakuin hal gak jelas ini!"

"CK! Kamu cuma perlu lakuin apa yang saya katakan kalau gak mau video itu tersebar. Kenapa sih selalu menuntut pertanyaan untuk berdebat?!"

Adhara tak sanggup dengan sakit di hatinya. Tidak menyangka bahwa abangnya yang sempat mengaku suka justru melakukan hal ini padanya. Diam-diam air mata Adhara terjatuh, dengan cepat ia menghapusnya. Tak ingin pria dihadapannya itu melihat.

"Yaudah, lakuin aja apa yang Abang mau." Tegas Adhara.

"Buka baju kamu sendiri."

Dengan tanpa penolakan Adhara segera melangkah ke kamar tidurnya dan bersiap untuk melepas tiap helai benang yang melekat di tubuhnya.

"Gak ada yang nyuruh disana." Belum sempat Adhara melepaskan pakaiannya, perkataan Ian membuatnya terhenti.

"Disini, saya mau kamu melepas pakaian itu disamping saya!" Melihat Adhara yang hanya diam seolah tak mengerti, Ian pun memperjelas. Ia ingin Adhara melepas pakaiannya di balkon.

"BANG!"

Adhara sangat tidak terima dengan perlakuan Ian saat ini. Bagaimana mungkin Ian menyuruhnya melepas pakaian disana? Itu adalah balkon dimana itu berarti ruangan terbuka. Adhara bukan orang cabul yang akan senang dipermalukan seperti itu.

"Pilihannya ada di kamu. Nurut atau siap-siap video ini tersebar."

Adhara benar-benar dibuat menangis saat ini. Jika kemaren adalah sifat gila abangnya, maka sekarang adalah jiwa iblis yang sedang menguasai dirinya.

Adhara tak punya pilihan. Ia kembali berdiri di dekat Ian sesuai permintaan pria itu. Dengan mata terpejam dan air mata mengalir Adhara melepas satu per satu pakaiannya.

Adhara hanya diam dengan tangan yang berusaha menutupi tubuhnya. Ia benar-benar sangat tidak nyaman dengan bertelanjang di udara terbuka seperti ini. Rasanya harga dirinya seperti sedang diinjak-injak oleh pria didepannya saat ini.

Ian menghisap rokoknya, terakhir kali sebelum akhirnya membuangnya asal. Menarik tangan Adhara agar berpegangan pada pagar balkon yang hanya setengah badan itu, Ian memposisikan Adhara agar menungging.

Sekali lagi air mata Adhara menetes. Ia merasa seperti wanita murahan dengan melakukan hal seperti ini.

Tanpa memberikan pemanasan pada Adhara, Ian memasukkan kejantanannya dalam tubuh Adhara yang masih kering. Membuat Adhara menjerit tertahan karena rasa perih di dalam sana.

Adhara sama sekali tidak berminat untuk menikmati permainan Ian kali ini. Baginya ini bukanlah sex yang selama ini mereka lakukan. Rasanya seperti ia hanya sedang di perkosa oleh pria mesum dan jahat, yang hanya sibuk memcari kenikmatan nya sendiri.

Merasakan bagaimana Adhara yang mencoba menahan diri untuk tidak mendesah, Ian dibuat kesal. Dan kemudian dengan sengaja ia menarik rambut Adhara dengan kasar, membuat wanita itu teriak karena refleks dengan rasa sakit di kepalanya.

"Emhh..." Adhara masih berusaha untuk tidak mendesah disaat cairan cinta mulai membasahi kewanitaannya.

Jika sampai menikmati permainan Ian kali ini rasanya Adhara harus mengutuk dirinya sendiri.

Dan setelah cukup lama dengan posisi itu, Ian kemudian membalikkan tubuh Adhara, membuat wanita itu menghadap ke arahnya. Ian memposisikan tubuh Adhara bersandar ke pagar dan kemudian mengangkat kakinya ke atas bahunya.

Ian terus bergerak, memacu kecepatan untuk mancapai pelepasan. Posisi ini cukup rawan untuk terjatuh, hanya saja, tangan Ian memeluk erat pinggang Adhara untuk menjaganya agar tidak terlepas.

Tak lama setelahnya Ian mendapatkan pelepasan, bersamaan dengan Adhara yang juga mencapai klimaks. Melihat Adhara yang sudah lemas, Ian mengangkat tubuh wanita itu dan kemudian membawa nya ke tempat tidur. Membiarkan Adhara berbaring disana.

Adhara bernafas lega karena akhirnya hal menjijikkan itu berakhir. Namun ternyata tidak cukup sampai situ saja, Adhara dibuat semakin jijik pada Ian saat lelaki itu mengambil dompetnya dan meletakkan beberapa lembar di atas meja belajar Adhara.

"Semuanya aman asal kamu ikut apa kata saya."

Kemudian Ian melangkah keluar kamar Adhara dan menutup pintunya. Menyisakan Adhara dengan semua rasa sakitnya. Adhara menangis sejadi-jadinya, ia sedih, marah, dan kecewa. Bukan pada orang lain, tapi pada dirinya sendiri.

Sejak awal dia yang salah. Harusnya ia tidak datang ke pesta topeng itu. Harusnya ia berhenti setelah mendapatkan pengalaman pertama. Harusnya ia tidak mengikuti Ian ke mall hari itu, yang membuat uang jajan nya di tahan dan menjadi awal mula hubungannya dengan Abang brengseknya.

Harusnya Adhara tidak mencoba minum alkohol sehingga ia tidak akan menyenggol seseorang dan membuatnya harus ganti rugi dalam jumlah besar. Harusnya ia tidak membuat kesepakatan itu hanya demi mendapatkan uang!

Lihat sekarang. Ian memperlakukannya seperti pelacur karena dari awal Adhara melakukan hal itu dengan Ian demi uang kan? Apa dirinya sudah tidak punya harga diri lagi di mata Ian? Iya, pasti begitu.

Memikirkannya membuat Adhara kembali menangis. Hidupnya sangat berantakan.

______________

Masih ada 2 part lagi loh!!!

Tapi aku post nya nanti ya.

Kalian wajib spam vote dan komen dulu!!


Oke, see you all!

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang