002

105K 1K 6
                                    

Karena paksaan dari teman-temannya, juga dirinya yang sebenarnya sudah cukup mabuk, akhirnya disinilah Tian berakhir. Disebuah ruangan dengan seseorang yang tidak ia kenal. Tian tidak begitu tertarik sebenarnya, namun dengan ini ia jadi mempunyai alasan untuk menghindari ketiga temannya itu.

Tak begitu menghiraukan tantangan yang diberikan, Tian mengambil posisi di tempat tidur, berbaring disana untuk masuk ke alam mimpinya. Ya, dia benar-benar tidak tertarik dengan wanita itu. Untuk sekarang ia hanya ingin menghindari ketiga temannya dan beristirahat.

"Kita gak ngapa-ngapain?"

Pertanyaan dari sosok wanita yang hanya berdiri mematung di sudut ruangan membuat mata Tian yang tadinya sudah terpejam kembali terbuka.

"Lo mau ngapain?" Ujar Tian dengan smirk di wajahnya dan suara serak khas orang mabuk.

Adhara terdiam, ia tidak mengerti harus apa pada kondisi saat ini.

"Kok diem aja? Pengen banget Lo ya?!" Ucap Tian sarkas dengan tawa meremehkan.

Adhara gugup, ia takut dengan sosok pria atletis dihadapannya saat ini. Namun Adhara juga ingin menyelesaikan misi nya hari ini juga. Dan kemudian, saat Adhara melihat pria itu bangkit dari tempat tidurnya, jantung Adhara dibuat berdetak semakin kencang.

"Jangan!" Tian hendak membuka topeng yang ia kenakan, namun untungnya Adhara sempat menahan pria itu.

Adhara tidak ingin melihat wajah lelaki yang akan menghabiskan malam dengannya. Tujuan Adhara hanyalah melepas keperawanannya, ia tak ingin melihat siapa pria yang melakukan hal itu dengannya yang mungkin akan membuatnya terus terbayang bayang di kemudian hari.

"Tetep dipake aja ya." Mohon Adhara membuat Tian mendekatkan dirinya pada wanita itu, hingga memojokkan Adhara di sudut ruangan.

"Boleh juga idenya. Lo udah kebelet banget ya?"

"Ahh..." Adhara mendesah kaget ketika tanpa peringatan Tian menyelinapkan tangannya dibagian bawah tubuh Adhara. Melewati untaian gaun hitam yang hanya setengah paha wanita itu. Tanpa aba-aba, Tian menekan dalam dibawah sana.

"Murah banget Lo jadi cewek. Mau maunya diajak gabung sama temen-temen gue, gak mikir bakal di apa-apain Lo? Atau emang maunya gitu?" Tian tampak benar-benar meremehkan Adhara.

"AHH..." Desahan Adhara semakin kencang. Tian memasukkan jarinya dengan sekali hentakan kedalam bagian bawah Adhara melalui pakaian dalam yang ia tarik ke samping.

"Sakit ..." Adhara melenguh.

"Sakit? Belom apa-apa ini. Inget, Lo yang mau!" Tian yang tak tahan akhirnya membawa Adhara ke tempat tidur, merebahkan tubuh kecil gadis itu disana.

"Gue mau liat Lo puasin diri Lo sendiri dulu, baru habis itu gue habisin Lo!"

"Gimana caranyaa ..."

Adhara dibuat semakin bingung. Ia pernah melihat hal itu dari video yang dikirimkan Claudia. Hanya saja benar-benar melakukannya, apalagi di depan orang lain, jelas membuat Adhara merasa malu.

"Gausah sok gatau, kelakuan cewek kaya Lo gue udah hapal. Yaudah kalau emang lo gak mau, gue gak akan ngelakuin apapun."

Mendengar itu Adhara segera menyingkap gaun yang ia kenakan, menampakkan pakaian dalam berenda yang melekat di tubuhnya.

"Udah basah aja Lo" ujar Tian dengan masih meraba-raba kemaluan Adhara.

Pelan-pelan Adhara mengarahkan satu tangan ke dalam kemaluannya, dan tangan satunya lagi ia arahkan ke buah dada yang masih tertutupi gaun.

"Ahh..." Usapan lembut tangannya sendiri membuat Adhara mendesah nikmat.

"Anjing Lo, gak tahan gue." Tian yang melihat gerakan tangan Adhara yang perlahan-lahan membuatnya merasa hal itu amat sensual. Melihat bagaimana Adhara terus menerus berusaha untuk mendapatkan pelepasan membuat sesuatu dibalik celana Tian terbangun.

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang