006

57.7K 774 8
                                    

Setelah perdebatan panjang di dalam mobil, Adhara akhirnya menyetujui ajakan Sebastian untuk jalan-jalan ke Mall. Awal pendekatan katanya.

Adhara yang memang cukup hobi berbelanja pun tergiur dengan hal itu. Masa bodo dengan Marissa, mereka masih bisa bertemu lain waktu. Namun, kesempatan berbelanja sepuasnya, entah kapan lagi bisa Adhara dapatkan.

Diam-diam Sebastian memandangi Adhara yang berjalan disampingnya. Perbedaan tinggi yang lebih dari 20 cm, membuat Sebastian bisa dengan mudah merangkul tubuh kecilnya itu.

"Abang janji kan mau beliin apapun yang Adhara mau?" Ucap Adhara memastikan perjanjiannya dengan Sebastian sewaktu dijalan tadi.

"Iyaa. Pilih aja apapun yang kamu suka," jawab Ian meyakinkan.

Mendengar hal itu, senyum cerah terbit di wajah Adhara. Ia berlari kecil menuju toko yang ia inginkan, mengambil apapun yang ia bisa, dan terlihat menarik dimatanya. Semua jenis toko didatanginya, mulai dari toko pakaian, sepatu, perhiasan, bahkan toko mainan pun tak luput dari jajahan gadis itu.

Tujuannya Adhara sebenarnya hanya satu, agar Sebastian menyesal dengan penawarannya ini dan semua omong kosong yang diucapkan abangnya tadi akan ditarik kembali.

Meski bagaimanapun, Adhara masih punya hati, ia menepis pikirannya untuk menghabiskan barang di setiap toko yang ia jelajahi. Karena jika nantinya uang Sebastian kurang, tentu Adhara akan ikut malu.

Akhirnya Adhara hanya membeli barang-barang yang memang ia inginkan, namun yang jika bukan karena kondisi seperti ini jelas Adhara tidak akan membelinya. Seperti kalung yang ada ditangannya saat ini, ia begitu menyukai desain kalung tersebut dan sudah mengaguminya sejak lama, meskipun begitu jika harus menggunakan uang pribadinya Adhara akan enggan untuk membeli.

"Gak kapok kan bawa Adhara belanja?" Tanya Adhara pada Sebastian ketika berada di tengah-tengah kegiatan mereka.

"Enggak. Apapun selagi saya bisa, saya akan kasih untuk kamu"

Adhara membuang matanya jengah. Belum cukup ternyata, pikirnya.

Mereka sudah menghabiskan uang puluhan juta, namun abangnya itu masih bisa tersenyum melihat Adhara yang memang sengaja ingin menghabiskan uangnya.

Disaat Adhara sibuk memutar otak untuk berbelanja dimana lagi, tiba-tiba suara perutnya menggema, membuat Sebastian tertawa kecil, merasa gemas.

"Kamu mau makan apa?"

Mendengar pertanyaan itu ide licik Adhara kembali muncul. Dengan sengaja membawa abangnya ketempat makan yang paling mewah di mall ini. Memesan hampir sepertiga menu yang tersedia dengan harga yang terbilang tidak wajar.

30.000.000, hanya dalam satu kali pesan!

Namun sayangnya hal itu juga masih belum cukup untuk membuat Sebastian kesal. Tentu Adhara tidak akan langsung menyerah, ia akan terus memikirkan bagaimana cara agar abangnya ini berhenti dan mengakhiri permainan gilanya.

Hingga kini, banyak menu sudah tersedia di atas meja, membuat Adhara dengan semangat melahapnya bahkan menjaga image. Sekali lagi, ia sengaja berpenampilan buruk di hadapan Sebastian untuk membuatnya memikirkan ulang segala ucapannya di mobil tadi.

Tidak sampai setengah makanan yang Adhara pesan dimakan olehnya, karena ternyata beberapa porsi saja sudah membuatnya kenyang bukan main. Bagaimanapun, Adhara bukan tipe orang yang bisa makan banyak. Dan ia juga bukan tipe orang yang suka membuang-buang makanan, karena itulah Adhara memutuskan untuk membungkus makanan tersebut.

"Bang, Adhara kenyang. Bawa pulang aja ya"

Sebastian hanya mengangguk, membiarkan adiknya itu melakukan apa yang ia inginkan. Ralat, bukan adiknya tapi wanitanya.

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang