Jangan lupa vote dan komen!
Dibaca malem ya ges ya"Halo ma, kenapa?"
"Adhara di rumah kan?"
"Oh iya ma, ini Adhara sama Ian lagi makan malem." Mendengar hal itu Adhara menatap sosok didepannya yang tampak sedang mengobrol dengan Sintia.
"Yaudah mama titip Adhara ya. Mama sama papa gak bisa pulang malam ini. Papa kamu banyak banget kerjaannya, mama diminta buat nemenin."
"Oh, iya ma. Aman."
Melihat Ian yang sudah menutup teleponnya, membuat Adhara menatap sinis penuh curiga pada pria dihadapannya.
"Mama bilang apa?" Tanya wanita itu.
"Mama papa gak pulang hari ini." Perkataan itu membuat Adhara tanpa sadar membulatkan matanya. Membayangkan hanya berdua saja dirumah dengan sang kakak laki-laki membuat Adhara bergidik ngeri.
Tidak terjadi percakapan apapun setelah itu. Hanya selang beberapa menit kemudian Adhara selesai dengan makanannya, melihat piring Ian yang juga telah kosong membuat Adhara berinisiatif membawa piring mereka ke tempat cucian.
Sepasang tangan kekar tiba-tiba memeluk Adhara dari belakang, ketika ia masih sibuk dengan piring kotor di hadapannya. Adhara tau apa yang akan terjadi setelah ini. Namun mau bagaimana lagi, ia yang menyetujui kesepakatan hari itu hingga mau tidak mau ia harus siap dengan resiko apapun.
"Bang, Adhara nyuci bentar yaa" mohon Adhara, mulai risih dengan tangan Ian yang semakin berani meraba tubuhnya.
"Lanjutin aja, saya gak larang kok."
"Tapi tangan Abang ganggu." Ingin sekali Adhara menyingkirkan tangan lelaki itu, namun tangannya yang penuh sabun membuatnya mengurungkan niat.
"Ini ganggu?" Tanya Ian dengan meremas lembut payudara Adhara, sengaja menggoda wanita itu.
"Abang..." Tidak hanya karena tangan Ian yang memainkan tubuhnya, sebuah tonjolan di belakang bokong Adhara juga membuatnya agak terganggu.
"Sambil di cuci aja piringnya"
Meskipun berkata begitu, tangan Ian tidak sedikit pun berhenti menjamah tubuh Adhara. Bahkan kini tengkuk Adhara sudah menjadi sasarannya, mencium dan menghirup aroma wanita itu dalam-dalam.
Melihat Adhara yang telah selesai melakukan kegiatannya, Ian segera membalikkan tubuh wanita itu. Yang awalnya dalam posisi membelakangi, kini Adhara telah menghadap ke arahnya. Mereka saling pandang, hingga kemudian Ian mencium bibir ranum Adhara dengan kasar.
Menyadari posisinya yang rawan jatuh Adhara mengalungkan kedua tangannya di belakang leher Ian, membuat Ian semakin gencar memperdalam ciuman mereka.
Ia menarik kaki Adhara, membuat kedua kaki wanita itu kini saling bertaut di pinggangnya. Ian merasa sangat percaya diri jika hanya sekedar menggendong wanita bertubuh ramping seperti Adhara.
"Ahh, bang..." Mendengar desahan Adhara ketika penyatuan mulut mereka terlepas, Ian semakin bersemangat.
"Kita belum pernah main di dapur Dhar" mendengar hal itu Adhara hanya pasrah, siap dengan apapun yang akan dilakukan lelaki itu setelah ini.
Ian menggendong Adhara ala koala. Mengangkat dan kemudian meletakkannya di dekat meja marmer di dapur mereka. Adhara sudah terengah-engah dengan sedikit pemanasan darinya.
Tanpa pikir panjang, Ian mengangkat kaos kebesaran yang Adhara kenakan, menampakkan payudara Adhara yang terjepit di balik bra nya. Menurunkan salah satu talinya, Ian segera menghisap salah satu pucuk payudada Adhara, layaknya bayi yang melihat surganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [END]
RomanceBaca aja sendiri Start : 25 Maret 2023 Finish : 25 Maret 2023 ⚠️⚠️ [Area Brother Sister Complex]