Long time no see!
Semoga suka dan selamat membaca~
Jangan lupa apaaa??!!!
-
-
-
-
-Yup benar!
Vote dan komen!______________________________________
"Ra, sampai kapan Lo mau kaya gini? Kondisi Lo sekarang adalah sesuatu yang bikin dia seneng . Lo gak boleh kalah, Lo harus lawan dia!" Sudah sejak satu jam yang lalu Claudia berada di kamar Adhara, menemani remaja yang sedang kacau itu.
Melihat sahabatnya hanya terduduk lesu tanpa memiliki semangat jelas membuat Claudia merasa tidak senang. Adharanya adalah sosok yang selalu memancarkan semangat dalam hidupnya, sangat berbeda dengan Adhara yang ada dihadapannya saat ini.
"Gue capek Claud. Kenapa semua ini harus terjadi sama gue sih? Gue gak tau apa yang bener, dan gue gak tau apa yang harusnya gue lakuin sekarang."
"Hani udah jelas salah, dia udah memfitnah Lo sama Abang Lo, dengan bukti kuat soal dia yang nyebarin video itu, kita bisa menang di pengadilan dan orang-orang akan berbalik menghujat dia." Mendengar ucapan Claudia, Adhara diam beberapa saat dengan memandang wajah Claudia cukup dalam.
"Ini bukan soal Hani aja ..." Ujar Adhara akhirnya, membuat Claudia menampilkan wajah penuh tanya.
"Selama ini gue gak berani cerita. Gue takut kalian bakal nganggep gue aneh dan sebagainya. Tapi sekarang gue gak tau harus ngapain lagi, gue butuh tempat cerita dan gue harap setelah ini Lo gak ninggalin gue ..." Mendengar hal itu Claudia semakin mempersempit jaraknya dengan Adhara, kemudian memberikan pelukan.
"Ra, gue akan selalu nerima apapun Lo. Dan gue, sampai kapan pun akan selalu jadi sahabat Lo. Gue janji, apapun itu gak akan ada yang bisa mengubah fakta ini. Lo dan Marissa itu cahaya di hidup gue, jadi gue gak mungkin punya pemikiran buruk tentang Lo."
Adhara membalas pelukan Claudia. Merasa menyesal kenapa baru sekarang dia berani untuk terbuka. Padahal seharusnya Adhara tau, sahabat sahabatnya adalah orang yang terbuka dan pastinya akan selalu menerima dirinya apa adanya.
"Gue, suka sama bang Ian, Claud." Melihat Claudia yang hanya diam dan mendengarkannya dengan serius Adhara pun melanjutkan ucapannya.
"Setelah kejadian di pesta topeng hari itu semuanya udah gak normal lagi. Awalnya emang bang Ian yang mau kita lebih dari adek kakak, dan gue benci itu. Tapi ternyata, gak butuh waktu lama setelah itu, gue malah jadi punya perasaan yang berbeda, gue nyaman, dan gue seneng setiap sama Abang." Adhara menjeda omongannya sebentar, menarik nafas sebelum kembali melanjutkan.
"Gue gak tau apa itu karena selama ini gue gak pernah deket sama cowok, atau karena gue yang selalu berharap bisa deket sama Abang, sebagai adek tentunya. Ditengah dilema gue, abang deket sama Hani, dan itu buat gue ngerasa kehilangan. Sampai pada di suatu momen gue bilang kalau gue suka sama Abang. Jujur kata itu keluar gitu aja tanpa gue sadari, dan bahkan awalnya gue gak yakin sama omongan gue sendiri, tapi kayanya perasaan gue ini sama persis dengan perasaan orang-orang kalau lagi jatuh cinta deh." Adhara tersenyum getir di akhir kalimatnya.
"Gue suka, gue cinta sama Abang gue." Sambungnya lagi.
Melihat Adhara yang diam, Claudia merasa ini saatnya dia yang berbicara, memberikan respon untuk cerita yang akhirnya berani Adhara utarakan.
"Ra, menurut gue gak ada yang salah sama perasaan Lo. Oke gue emang gak becus soal cinta, pengalaman cinta gue buruk dan bahkan gue lahir tanpa hubungan cinta. Tapi gue tau, yang namanya cinta itu gak mungkin salah, walaupun kadang momen datangnya suka gak tepat. Kaya Lo sekarang." Ujar Claudia.
"Maksud Lo, gak ada yang salah soal gue yang suka sama Abang ataupun sebaliknya? Kami normal?" Adhara memastikan, dan mendapatkan anggukan antusias dari lawan bicaranya.
"Lo sama Abang Lo bukan saudara kandung. Gak ada hukum dimanapun yang melarang hubungan kalian."
"Kami bakal dianggap aneh sama orang-orang Claud, walaupun hukum agama dan negara memperbolehkan tapi nyatanya hukum sosial itu ada, dan hal ini tuh gak pantes dimata orang-orang."
"Kalau mau dengerin kata orang mah sampai kapanpun gak akan ada habisnya, Ra. Orang-orang gak akan pernah puas buat ngomongin kita. Kalau Lo emang suka, dan Lo emang serius yaudah tutup telinga aja. Selagi bukan masalah dalam keluarga Lo, omongan orang luar itu gak penting." Mendengar ucapan Claudia itu, Adhara terdiam.
"Masalahnya mama juga gak nerima ini Claud. Setelah tau soal ini mama sama sekali gak mau keluar dari kamar. Gue udah bikin mama sedih, Claud ..." Melihat Adhara yang meneteskan air matanya, Claudia sekali lagi memberikan pelukan hangat, berusaha menenangkan sahabatnya itu.
"Tante Sintia pasti syok, dan itu wajar. Dia butuh waktu buat bisa nerima semua ini, dan yang harus Lo lakuin adalah buktiin kalau pilihan Lo ini adalah sesuatu yang bikin Lo dan Abang lo bahagia. Dan gue yakin, Tante Sintia bakal ikut seneng ngeliat Lo bahagia."
___________________________
Malam ini, akhirnya keluarga Brian Orlando kembali melakukan makan malam keluarga. Setelah kekacauan mulai menghantam keluarga mereka, sulit sekali untuk dapat duduk dan tatap muka berempat.
Namun meskipun keluarga itu duduk dan makan pada satu meja yang sama. Suasana canggung jelas tidak dapat dipungkiri, keempatnya makan dalam keheningan, yang terdengar hanyalah dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring kaca.
"Bagaimana kelanjutan soal Hani?" Tanya Brian pada Ian, memecahkan keheningan.
"Kasusnya mau dibawa ke pengadilan pa, Pengacara udah ngurus semuanya. Dan besok Ian akan hadir buat wawancara sama beberapa wartawan." Mendapat jawaban tersebut, Brian hanya mengangguk mengerti.
Ya, sebaiknya begini. Brian pikir mereka lebih baik fokus terhadap kasus Hani sebelum beralih pada sesuatu lainnya. Disaat seperti ini bukan saatnya Brian berlarut, sebagai kepala keluarga dia harus mampu mengendalikan keluarganya, jangan sampai mereka hilang fokus dan malah terpecah belah.
Besoknya, seperti kata Ian, ia akan menunjukkan mukanya dihadapan publik. Memutuskan untuk tidak melibatkan Adhara, akhirnya kini Ian berdiri di hadapan para wartawan seorang diri. Dicecar dengan berbagai pertanyaan yang harus ia jawab jika ingin mengubah pandangan publik.
Setelah persoalan seputar video sudah mendapatkan banyak jawaban dari Ian, kini beberapa wartawan mengajukan pertanyaan lain.
"Jadi sebenernya hubungan anda dengan perempuan di video itu benar atau tidak ya? Kalian kakak adik?" Ujar salah satu wartawan mencoba mengulik, untuk membebaskan rasa penasaran para netizen.
"Kami saudara tiri." Tepat setelah Ian mengatakan tiga kata itu, sesi wawancara habis ditandai dengan pengacara Ian yang mengangkat tangannya, meminta para wartawan untuk berhenti bertanya.
Para wartawan belum puas, masih banyak pertanyaan mereka yang belum terjawab, hingga mereka akhirnya mengerubungi Ian menuntut untuk terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka.
"Jadi apa itu berarti anda punya hubungan dengan saudara tiri anda?"
"Jadi karena dia hanya adik tiri anda makanya anda merasa bisa mempunyai hubungan?"
"Apakah ini semacam hubungan asmara atau hanya kedekatan adik kakak biasa?"
"Tolong dijawab apa itu artinya benar bahwa anda mempunyai hubungan dengan perempuan di video itu?"
Pertanyaan-pertanyaan itu saling bersahutan di tengah kerumunan para manusia, Ian dibantu dengan pengacaranya berusaha untuk keluar dan menghindari kondisi para wartawan yang sudah tidak kondusif. Hingga akhirnya Ian berhasil menghindari kejaran para wartawan yang masih belum merasa puas. Setidaknya hari ini Ian sudah memenangkan pengadilan, dan Hani akan mendapatkan hukuman yang setimpal atas fitnah dan pencemaran nama baik yang sudah ia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [END]
RomanceBaca aja sendiri Start : 25 Maret 2023 Finish : 25 Maret 2023 ⚠️⚠️ [Area Brother Sister Complex]