050

6.6K 123 10
                                    

"Daddy, Daddy...! Adhara pulang!" Adhara berkeliling rumah mencari keberadaan Harry. Tidak biasanya ayahnya itu tidak menyambut kepulangannya.

Adhara sudah berada di depan pintu kamar Harry, ia sudah berusaha mengetuk pintu itu berulang kali. Tak kunjung mendapatkan jawaban, dengan langkah ragu Adhara mencoba membuka handle pintu itu hingga melangkahkan kakinya masuk kesana.

Meski sudah tinggal di rumah ini sejak dua pekan lalu, tak pernah sekalipun Adhara benar-benar menginjakkan kakinya kedalam kamar Daddy nya itu, sehingga cukup asing rasanya berada di ruangan ini. Adhara mengitari pandangannya keseluruh area kamar itu, namun kehadiran Harry tetap tidak ia temukan.

Sebuah figura foto yang dipajang dengan ukuran cukup besar di kamar itu menarik perhatian Adhara. Ia menatap lamat-lamat pada foto tersebut, mencoba meneliti siapa sekiranya wanita yang ada dalam foto tersebut.

Foto itu memang terasa familiar, wanita didalamnya tampak mirip dengan ibunya, tapi Adhara yakin, itu bukanlah foto Sintia. Meski tampak mirip, namun mereka tak serupa. Hal itu tentunya membuat Adhara mengerutkan keningnya bingung, jika bukan ibunya, lantas siapa wanita yang fotonya dipajang begitu indah pada dinding kamar ayahnya.

Apakah setelah tahun-tahun perpisahan itu, ayahnya telah bertemu dengan wanita lain?

Ya, mungkin saja!

Belasan tahun telah terlewati, bagaimana bisa Adhara tidak kepikiran akan hal itu. Bodohnya dia.

Suara handle pintu yang terbuka mengejutkan Adhara. Ternyata Harry sudah kembali entah darimana. Mendapati dirinya yang kepergok berada di kamar ayahnya tanpa izin, Adhara tersenyum canggung.

"Aku udah coba cari Daddy kemana-mana tapi gak ketemu. Daddy darimana?" Tanyanya kemudian, berusaha menutupi rasa canggungnya.

"Maaf, Daddy ada keperluan tadi. Kamu sudah makan?"

Harry melupakan pertanyaannya ketika tak kunjung mendapatkan jawaban, dilihatnya Adhara menatap lamat pada foto yang terpajang di kamarnya. Tentu saja tanpa menunda waktu Adhara ingin bertanya siapa wanita yang ada dalam foto tersebut, namun ia bingung bagaimana harus menanyakannya.

"Daddy juga tidak begitu ingat. Tapi, melihat fotonya yang ada di dalam dompet Daddy, Daddy yakin dia seseorang yang cukup penting dalam hidup Daddy, kan?" Harry memberikan jawaban sebisa mungkin.

"Wait, berarti, foto ini ada sebelum kecelakaan Daddy?" Tanya Adhara semakin bingung.

"Ya, sepertinya begitu."

"Tapi, bukannya Daddy dan mama sudah menikah saat itu? Mengapa Daddy menyimpan foto perempuan lain?" Nada Adhara berubah tidak senang, membayangkan jika ternyata ayah kandungnya sudah main belakang sejak dulu membuat hatinya terasa sakit.

"Sayang, percaya sama Daddy. Meskipun Daddy lupa, tapi Daddy yakin Daddy tidak sebrengsek itu untuk berselingkuh dari ibumu. Mungkin saja, ada hal lain yang terjadi yang tidak akan bisa terjawab sampai Daddy mendapatkan ingatan ini sepenuhnya."

Meski ragu, Adhara mencoba mempercayai Daddynya. Melupakan perkara foto dan menjalani hari itu seperti biasa, tanpa terbebani dengan perihal foto itu sama sekali.

Adhara sedang berbaring sembari membuat tugas kuliahnya ketika sebuah panggilan video mengalihkan perhatiannya. Dengan cepat Adhara menjawab panggilan tersebut, didapatinya Ian tengah duduk santai diatas tempat tidurnya. Adhara tebak Ian baru kembali dari pekerjaannya, disaat tempat Adhara sudah hampir mendekati tengah malam.

"Halooo" sapa Adhara.

"Kok baru nelpon jam segini, untung aku belum tidur!" Keluh wanita itu lagi.

"Iyaa, maaf ya... Kantor lagi hectic banget, makanya ini sampai pulang malem."

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang