047

7.3K 156 10
                                    

Hai guyssss!!!!
Lama tidak bertemuuu!!!

Gimana rasanya di ghosting empat bulan????
Masih aman dong ya... Kan udah biasa di ghosting doi🫣

Maaf ya aku kelamaan nge-ghostingnya hehe.
Semoga masih ada yang stay dan nungguin cerita ini.

Selamat membaca, love you guys❤️

_____________________________________

Adhara memasuki sebuah rumah modern minimalis di sebuah kawasan di kota Canberra. Ia baru saja menginjakkan kakinya di negeri Kanguru itu, bersama dengan sosok ayah dan kakek neneknya. Adhara memperhatikan sekelilingnya, melihat bagaimana suasana di negara itu terasa cukup berbeda dengan Jakarta yang selama ini menjadi tempat tinggalnya.

Sejujurnya, banyak sekali pertanyaan di benak Adhara. Tentang apa dan bagaimana sebenarnya masa lalu berjalan, hingga membawanya sampai pada titik ini. Namun, hal yang lebih penting daripada itu adalah, Adhara harus mempersiapkan dirinya karena sebentar lagi ia akan memulai pendidikan di perguruan tingginya di negara ini.

"Adhara, mari, Granny akan membawamu ke kamar yang akan kamu tempati," Adhara mengangguk sebagai jawaban, dengan tas ransel di punggungnya mengikuti langkah Grace yang masuk ke bagian yang lebih dalam di rumah itu.

Koper yang berisikan barang-barang Adhara diambil alih oleh Harry untuk dibawa kedalam, eh tunggu Harry atau— Arya? Entahlah, yang jelas, dialah ayah kandung Adhara.

Membuka sebuah pintu ruangan, Grace menampilkan senyum lebarnya, menunjukkan ruangan itu pada Adhara.

"Ini awalnya kamar tamu, dan sekarang kamu akan menjadi penghuni tetap disini. Tidak ada yang istimewa untuk sekarang, tapi selanjutnya kamu boleh melakukan apapun pada kamar ini sesuai keinginanmu. Katakan saja pada Harry, dia akan mengurus semuanya,"

"Baik Granny," jawab Adhara singkat. Sejujurnya, perasaan canggung itu masih ada dan terasa sangat jelas oleh Adhara.

"Sekarang beristirahatlah terlebih dahulu, setelah makanan siap, Granny akan memanggilmu untuk makan." Adhara tersenyum mengangguk.

Adhara mempertikan sekitaran kamar itu. Benar kata Grace, tidak ada yang istimewa. Disama terdapat sebuah kasur Queen size dengan nakas yang dilengkapi lampu tidur terletak disebelahnya. Jangan lupakan sebuah meja rias di sebrang kasur yang letaknya tidak jauh dari sebuah lemari tiga pintu. Kamar itu terlihat bersih dengan dominasi warna putih mulai dari cat hingga warna furniture nya.

Di sudut ruangan itu, Adhara melihat sebuah pintu yang ia yakini adalah kamar mandi. Dan segera setelah ia meletakkan ranselnya di atas meja, ia memasuki kamar mandi itu, mulai membersihkan dirinya. Adhara sama sekali tidak berniat untuk mandi, ia hanya membasuh tangan, kaki, serta wajahnya. Adhara terlalu lelah untuk sekedar mandi.

Ketika Adhara keluar dari kamar mandi itu, dilihatnya dua buah koper milihnya sudah bertengger di samping kasur. Itu berarti Harry sudah masuk ke kamar ini saat Adhara sedang di kamar mandi. Adhara pun kemudian memilih untuk membuka salah satu kopernya, mengambil secara acak pakaian yang terletak di paling atas.

Adhara sedang berusaha mengeringkan rambutnya ketika sebuah panggilan WhatsApp menarik fokusnya. Dilihat nama Ian tertera disana, segera Adhara mengangkatnya. Jangan lupakan wajah sumringah yang tidak dapat Adhara tutupi.

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang