019

21.8K 428 27
                                    

Semakin hari, Adhara semakin terbiasa dengan tidak adanya kehadiran Sebastian yang mengganggu. Bahkan untuk sekedar melakukan percakapan pun hanya sesekali terjadi diantara mereka.

Pada awalnya, Sintia dan Brian masih bertanya-tanya, hingga kemudian mereka tersadar bahwa Adhara semakin sibuk dan harus mempersiapkan diri dengan matang menjelang ujian kelulusan. Begitupun dengan Ian yang mulai menangani dan menjadi penanggung jawab dalam satu proyek di kantor serta dirinya yang juga sedang dalam masa pendekatan bersama Hani.

Alasan-alasan itu membuat Brian dan Sintia berpikir, wajar keduanya kembali memiliki jarak. Lagipula tidak ada alasan dan sebab untuk terus menjadi akrab ditengah-tengah waktu mereka yang jarang bersinggungan.

"Besok hari terakhir kamu ujian kan Dhar?" Tanya Sintia pada putrinya, yang mendapati anggukan semangat dari sosok yang ditanyakan.

Ibu dan anak itu sedang duduk bersantai di depan televisi, sementara dua orang lelaki di keluarga mereka belum juga kembali.

"Mama doain Adhara ya, semoga hasilnya bagus dan Adhara bisa diterima di PTN impian Adhara."

"Pasti mama doakan, sayang."

"Makasih mama" Adhara memberikan kecupan di pipi kiri Sintia, yang membuat wanita paruh baya itu tersenyum.

"Tapi ma, Adhara takut banget gak lolos SNBP ataupun SNBT, Mandiri kan mahal banget ma" keluh Adhara, merasa khawatir akan membebani keluarga.

"Kamu gak perlu memikirkan itu, yang harus kamu lakukan cuma fokus belajar aja, yang lainnya biar jadi urusan mama dan papa ya."

"Tapi ma ..."

"Jangankan jalur mandiri, kalau kamu mau universitas swasta atau bahkan kuliah keluar negeri sekalipun mama juga akan usahakan." Mendengar penuturan Sintia, Adhara merasa sangat terharu sekaligus bangga karena terlahir menjadi putri dari sosok wanita hebat dihadapannya.

__________

Hari terakhir ujian berjalan dengan lancar. Semua siswa merasa senang, dan bergembira untuk sesuatu yang sebenarnya belum jelas hasilnya. Bagus atau tidak hasil ujian mereka itu urusan belakang. Yang jelas perjuangan yang hari ini telah berakhir berhasil membangkitkan gairah para siswa untuk berpesta.

"Adhara, liat tuh ..." Marissa mencolek-colek bahu Adhara, memberikan sinyal padanya untuk melihat pada arah yang ia tunjuk.

"Hai" seseorang memberikan sapaan tepat ketika Adhara menoleh pada arah yang ditunjuk oleh temannya itu.

"Hai ..." Dengan ragu Adhara menjawab, sejujurnya ia merasa tidak kenal dengan seseorang dihadapannya saat ini.

"Ah iya, kenalin gue Zevan." Lelaki itu memperkenalkan diri, mengulurkan tangan pada Adhara.

"Adhara." Balas Adhara menyambut uluran tangan pria itu.

"Boleh gabung?" Tanya lelaki itu kemudian.

Adhara bersama kedua temannya sedang duduk di kantin, ditengah-tengah ramainya siswa yang sedang sibuk masing-masing dengan teman-teman terdekatnya, ada yang berfoto ria, bahkan ada juga yang saling siram menyiram sebagai bentuk perayaan.

Ujian telah berakhir, dan ini menjadi momen terakhir mereka bersekolah karena setelahnya mereka akan libur panjang dan baru akan bertemu kembali saat pembagian hasil ujian.

"Gabung ajaa" bukan Adhara yang menjawab, melainkan Marissa yang merasa kesal dengan Adhara yang tak kunjung memberikan jawaban.

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang