041

9.8K 222 15
                                    

Tak lama setelah Adhara sampai di rumahnya, sebuah mobil tiba di halaman depan. Melihat kehadiran sosok itu membuat Adhara merasa bingung dan canggung.

"Semua yang om Harry dengar tadi itu benar, dan Adhara gak akan memberikan penjelasan apapun lagi, maaf."

Adhara melihat mobil itu yang mendengar percakapannya tadi, hanya saja Adhara tidak tau bahwa sosok yang ada di balik mobil itu adalah Harry, yang kini sudah turun dari mobil, dan berdiri di hadapan Adhara.

Harry bahkan belum sempat memberikan respon apapun karena setelahnya Adhara dengan tergesa masuk ke dalam rumah. Ia hanya tidak ingin dilihat oleh Harry dengan penampilannya yang berantakan seperti sekarang ini.

Tujuan Harry datang hari ini sebenarnya adalah untuk mengajak Adhara membawanya mengelilingi kota Jakarta. Harry sudah menyewa sebuah mobil untuknya selama beberapa hari kedepan, menurutnya dengan itu ia akan lebih mudah bergerak kemanapun yang ia inginkan. Namun sepertinya tidak tepat untuk mengajak Adhara, terlebih setelah apa yang Harry ketahui beberapa waktu yang lalu.

Sejak awal Harry memang memiliki kecurigaan tentang hubungan antara Adhara dan Sebastian. Tapi saat itu Harry memilih untuk tidak terlalu memikirkannya, ia pikir itu hanyalah kesalahpahaman pribadinya saja dan siapa sangka bahwa ternyata hal itu benar adanya.

____________________________

Beberapa waktu telah berlalu dan Ian masih dengan kesendiriannya. Merasa tidak tau harus kemana melepaskan segala kegundahannya, Ian memilih untuk datang kembali ke tempat tongkrongan nya dulu .Tempat dimana biasanya ia selalu berkumpul dengan teman-temannya, yang belakangan ini sudah jarang sekali ia datangi.

Melihat kehadiran Sebastian alias Tian, teman-temannya pun turut prihatin menyaksikan bagaimana sosok itu yang tampak kehilangan semangatnya. Tian hanya diam dan terduduk lesu menyaksikan bagaimana Reyhan, Saka, dan Rangga yang mencoba menghiburnya.

"Jangan gini dong bro! Ya kali Tian kita galau galau," ucap Reyhan mencoba santai.

"Cerita kali sama kita. Masa internet sih yang lebih dulu tau dibanding temen-temen Lo ini." Rangga menimpali.

"Gue bingung banget." Ujar Tian akhirnya.

"Soal berita itu udah selesai kan? Sekarang apa lagi yang Lo pikirin?"

"Gak segampang itu ka. Ini bukan lagi soal berita gak jelas yang beredar di internet," ujar Tian menjawab ucapan Saka.

"Terus soal apa? Lo gak bener-bener serius soal adek Lo kan?" Kalimat Saka tepat sasaran membuat Tian semakin frustasi.

Saka memandang raut wajah Tian, raut wajah itu mengartikan bahwa apa yang Saka katakan adalah suatu kebenaran. Menyadari hal itu Saka kehilangan kendalinya, segera ia melontarkan kata demi kata yang ingin dia ucapkan.

"Lo jangan gila ya Tian! Selama ini gue diem doang karena taunya itu semua sebatas fantasi dan nafsu Lo doang. Jangan anggap serius deh pemikiran gila Lo itu kalau lo gak mau bikin keluarga Lo jadi berantakan!"

"Santai santaii..." Reyhan mencoba menengahi disaat atmosfer antara Tian dan Saka semakin tidak enak.

"Lagian ni ya, cewek modelan Adhara juga banyak kali yan. Kalau Lo mau juga gampang aja dapetin nya, kenapa harus adek Lo sih?" Rangga ikut angkat suara, mencoba mengalihkan suasana yang mulai tegang.

"Gue juga gak ngerti," jawab Tian seadanya, raut wajahnya jelas menampilkan kegundahan.

"Emang dasarnya seneng aja bikin keluarga nya kacau." Saka yang tampak masih dengan emosinya berucap sinis, membuat Tian yang diambang kemarahan.

"Lo kenapa sih Ka? Dari tadi gue diemin tapi Lo makin ngelunjak ya!"

"Lo yang kenapa Tian?! Mikir dong! Wajar gak Lo suka sama adek Lo sendiri?! Mah dia adek tiri Lo sekalipun, kalian tetep keluarga. Dan gue gak habis pikir sama manusia yang bisa-bisanya suka sama keluarga nya sendiri." Kalimat Saka penuh penekanan membuat amarah Tian mendidih.

"Lo gak tau apa-apa tentang keluarga gue anjing! Lo gak tau apa yang gue alami selama ini, Lo gak berhak menghakimi gue setelah apa yang pernah Lo perbuat!" Kata terakhir Tian membuat Saka membeku, dan sebelum pertengkaran itu semakin jauh Rangga dan Reyhan sudah lebih dulu menenangkan Tian.

"Gue pikir bakal dapet ketenangan setelah ketemu sama orang yang katanya sih temen gue, ternyata yang bisa gue denger disini malah cuma gonggongan anjing."

Tanpa mempedulikan ketiga temannya, Tian mengambil jaketnya yang tergantung di dekat dinding dan kemudian melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu, tanpa sekalipun berbalik kembali. Ia lelah dan sepertinya temannya tidak bisa menjadi tempat peristirahatan nya sekarang.

"Lo kenapa sih Ka?!" Bentak Reyhan setelah Tian pergi, ikut merasa tak senang dengan apa yang dilakukan Saka.

"Ya menurut kalian aja?!"

"Tapi gak gitu caranya Ka." Ujar Rangga menimpali.

"Gue muak ngga, gue gak bisa diem doang sama kelakuan bajingan dia itu."

"Tian kesini buat nenangin dirinya, harusnya Lo kasih dia waktu dulu. Jangan sampai karena masalah pribadi, Lo malah bikin pertemanan kita berantakan."

____________________________

"Yang, kamu yakin sama hasil yang kamu cari?" Tanya Marissa pada kekasihnya, Aldo.

"Aku yakin, yang. Ini kita udah dikirim lokasi dia sekarang." Mendengar keyakinan dari sang kekasih, Marissa semakin menggebu, tak sabar untuk sampai ditempat tujuan.

Sesampainya di lokasi yang dituju, Marissa jalan dengan tergesa-gesa, dan tepat setelah ia menemukan sosok yang ia cari, ia angkat dan layangkan tangannya pada sosok tersebut. Hingga suara nyaring akibat pukulan itu menggema, membuat orang-orang disekeliling fokus melihat mereka.

"Marissa?!" Sosok itu terpaku, tidak percaya dengan apa yang dilakukan Marissa padanya, sementara orang-orang disana mulai berbisik-bisik memandang mereka.

Aldo yang tau bahwa hal ini tidak akan berjalan baik membawa kedua orang yang akan meledak itu pergi menjauhi keramaian, menuju salah satu lorong sepi yang ada di tempat itu.

"Sekarang jelasin apa maksud tindakan Lo tadi sa!" Tuntut sang korban yang mendapatkan tamparan dari Marissa.

"Gue tau apa yang udah Lo lakuin ya, brengsek! Gue percaya sama Lo dan ini balasan Lo?! Harusnya gue yang minta penjelesan!" Marissa semakin menggebu.

"Maksud Lo apa sih?! Aldo, jelasain maksud dia apa sebenernya?"

"Lo gak usah pura-pura bego, bangsat! Ngaku ke Adhara sekarang juga dan selesaikan apa yang udah Lo perbuat kalo gamau karir Lo hancur!"

....

Sosok itu terdiam. Sekarang ia tau kemana arah pembicaraan ini, membuatnya tidak dapat berkata-kata lagi.

"Pegang kata-kata gue, Lo yang ngaku sendiri atau gue yang turun tangan. Gue gak pernah main-main sama ucapan gue."

Setelah mengatakan itu Marissa menarik tangan Aldo, dan keduanya berjalan meninggalkan sosok yang terdiam di tempatnya. Masih dapat Marissa dengar ketika sosok itu berteriak frustasi.

___________________

Jangan lupa vote dan komen!!!!!!


Siapa kah sosok itu?

Kira-kira gimana ya kelanjutan Adhara dan Harry? Adakah pendukung mereka?

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang