023

18.9K 341 0
                                    

"Happy birthday Adhara! Happy birthday Adhara! Happy birthday, happy birthday, happy birthday Adhara!"

Adhara baru saja selesai mandi, dan saat ini dihadapannya sudah berdiri Claudia dan Marissa, membawa sebuah kue ulangtahun dan confetti party popper di tangan mereka.

Benar, ini adalah 24 April. Hari dimana Adhara genap berusia 18 tahun.

"Guyss, thankyouu..." Adhara terharu.

Dirinya sendiri bahkan lupa dengan hari ini. Namun kedua sahabatnya itu mengingatnya dengan baik, bahkan sampai menyiapkan kejutan seperti ini untuknya.

"Ayoo make a wish!" Seru Claudia.

Adhara menutup mata dan mengepal tangannya, mengucap harapan bagai sebuah mantra. Ia hanya ingin bahagia, untuk dirinya dan orang-orang kesayangannya. Setelah selesai merapal harapannya, Adhara meniup lilin, dan mendapatkan tepukan tangan meriah dari dua temannya.

Sintia mengetuk pintu, ia melihat bagaimana kedua sahabat anaknya itu memberikan kejutan. Merupakan suatu kepedulian menurut Sintia. Ia senang melihat putrinya itu dikelilingi orang-orang yang menyayanginya.

"Mama ..." Melihat Sintia berdiri disana, Adhara bergerak mendekat dan kemudian memeluk sang ibu.

"Happy birthday putri mama." Sintia mencium putri kesayangannya.

"Anak mama sudah besar. Makin cantik, makin pinter, makin baik kedepannya ya. Mama sayanggg banget sama kamu. Dan harapan terbesar mama adalah agar kamu selalu bahagia."

Adhara tidak dapat menahan air mata harunya. Sebenarnya ia masih belum siap menjadi dewasa. Membayangkan hidup mandiri, tanpa adanya sang mama kedepannya nanti, membuat Adhara cukup khawatir.

"Makasih mama, udah menjaga, merawat, dan menyayangi Adhara sampai sebesar ini."

"Itu sudah menjadi kewajiban mama sayang, karena kamu adalah berkah dan anugrah yang diberikan tuhan untuk mama."

"Adhara sayang mama." Ujar Adhara memeluk Sintia.

"Mama juga sayang sama Adhara."

"Kami juga sayang Adhara." Ujar Marissa dan kemudian ia bersama dengan Claudia bergabung untuk ikut memeluk Adhara, hingga setelahnya mereka semua tertawa.

Acara penuh haru itu ditutup dengan Sintia yang mengajak mereka semua turun ke bawah, menuju meja makan dimana sudah terdapat banyak makanan yang Sintia persiapkan untuk mereka.

"Wahhh kapan mama menyiapkan ini semua?"

Adhara tak percaya, padahal beberapa menit yang lalu rumah ini masih polos saja. Tapi sekarang, meja makan telah dipenuhi dengan banyak hidangan begitu pun dengan ruang keluarga yang penuh dengan dekorasi ulang tahun yang dominan silver. Warna kesukaan Adhara.

"Papa gak pulang ma?" Adhara mencoba mencari keberadaan Brian daritadi, namun tak kunjung ia dapatkan.

"Nah itu dia, papa sama Abang kamu tadi pagi berangkat ke Singapura. Pulang hari sih, cuma ya bakal telat katanya. Gapapa kan kita dulu yang ngerayain sekarang?"

"Gapapa dong maa. Adhara ngerti kok kalau papa sibuk."

"Yaudah, ayo dimakan dulu semuanya."

"Eh tante, makan nya boleh bentar lagi gak?" Tanya Claudia.

"Loh kenapa?"

"Ada temen kami yang belum dateng Tan hehe."

"Ohh yaudah boleh boleh. Makan rame-rame lebih seru pasti yaa."

Keempat wanita di meja makan itu asyik mengobrol, hingga kemudian suara bel menghentikan obrolan mereka.

"Cepetan buka pintu gih Ra." Ucap Marissa dan kemudian diikuti dengan Adhara yang beranjak dari tempat duduknya menuju pintu depan.

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang