025

19.9K 335 5
                                    

Hani adalah wanita yang diperkenalkan Sintia padaku. Aku hanya menuruti permintaan papa dan istrinya itu untuk mencoba berkenalan dengan wanita bernama Hani ini. Namun entah mengapa semakin lama tindakannya semakin membuatku jengah.

Aku tidak suka dengan wanita manja seperti dirinya. Ia terlalu agresif menurutku. Dan itu membuatku lelah untuk terus menghadapi dan merespon segala perkataan dan perilakunya.

Hingga akhirnya, setelah sekitar dua bulan aku mencoba dekat dengannya, aku memutuskan untuk menyudahi semua permainan ini. Dari awal aku sama sekali tidak berniat untuk serius. Semuanya aku lakukan hanya untuk menghilangkan segala kekhawatiran orang tua tentang aku yang belum sekalipun membawa kekasihku pada mereka.

Apakah semengerikan itu, seorang pria yang hampir berusia 28 tahun namun belum juga mempunyai kekasih ataupun pemikiran untuk menikah?

Menurut ku itu bukanlah suatu masalah, namun sepertinya papa dan mama menganggapnya sebagai masalah. Bahkan bisa saja ada sedikit pemikiran mereka yang menganggap bahwa aku tidak normal. Padahal tidak seperti itu. Aku normal, namun entah mengapa pemikiran untuk mempunyai kekasih apalagi sampai menikah sama sekali tidak pernah terlintas di kepalaku untuk saat ini.

Yang jelas hari ini aku akan kembali bertemu dengan Hani. Berbicara baik-baik dengannya, agar permainan perjodohan ini segera diakhiri. Sejak awal aku hanya diminta untuk mencoba berkenalan kan? Bukan berarti aku harus menerima dan melanjutkannya sampai terlalu jauh begitu saja.

Seperti biasa, aku dan Hani membuat janji. Kali ini di salah satu cafe yang letaknya tidak jauh dari kantor. Percakapan ini tidak akan memakan waktu cukup lama, jadi setelahnya aku bisa segera kembali bekerja.

"Haii Ian, disini!" Hani lebih dulu sampai disana, dan ketika aku masuk ke cafe wanita itu memanggilku, berdiri dan melambaikan tangannya untuk memberikan signal.

"Kenapa nih, tumben ngajak ketemu di jam kerja?" Ujarnya menanti jawabanku.

"Maaf kalau gue ganggu, tapi ini gak bakal lama kok."

"Hahaa santai aja kali. Ganggu apanya, gue kan pengangguran, sekedar bikin bikin content mah bisa kapan ajaa. Jadwal gue fleksibel. Gue mikirnya Lo yang sibuk, gapapa emang keluyuran jam segini?" Ya Hani merupakan content creator yang cukup terkenal.

"Iya gapapa kalau cuma sebentar."

"Okey, jadi, apa yang sebenernya mau Lo omongin?"

"Gue mau memperjelas semuanya aja."

"Maksdunya?"

"Perkenalan kita cukup sampai disini aja ya, kayanya emang kita gak cocok deh."

"Tunggu tunggu, ini maksudnya gimana deh? Hubungan kita fine fine aja loh selama ini."

"Sekedar temenan gue juga ngerasa fine kok."

"Orangtua kita udah ngatur tunangan kita loh yan, dan sekarang Lo bilang cuma mau temenan?"

"Hah, tunangan?!" Aku sangat terkejut, tidak pernah sekalipun mereka menyinggung persoalan ini padaku.

"Iyaa, bahkan malam Minggu nanti mau diadain rapat keluarga kan buat nentuin tanggal?" Aku terdiam, mencoba mencerna setiap kalimat yang diucapkan wanita ini.

"Kayanya ada Mis komunikasi deh disini. Keluarga kita udah sejauh itu Ian, Lo gak mungkin serius sama omongan Lo tadi kan?" Aku memegang kepala, merasa frustasi.

"Han, dari awal gue cuma setuju buat kenalan doang sama Lo. Dan setelah beberapa waktu gue rasa kita gak cocok buat lanjut lebih jauh lagi. Dan ya, soal tunangan, gue gak tau apa-apa. Jadi kayanya kita bisa ngomong ke orangtua masing-masing ya kalau emang kita gak cocok."

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang