"Dhar, apakah ini benar-benar malam terakhir kita bisa menghabiskan waktu seperti ini?" Ian kini berada di samping Adhara, dengan posisi berbaring memeluk erat tubuh wanita itu.
"Abang tungguin Adhara ya. Adhara juga berharap semuanya cepat selesai dan kita bisa sama-sama lagi."
"Aku akan selalu nunggu kamu disini, Adharaku," setelah mengucapkan kalimat itu, Ian melumat bibir Adhara, memperdalam ciuman mereka hingga suara penyatuan bibir itu terdengar cukup nyaring.
"Sekali lagi ya?" Ucap Ian menatap penuh harap pada Adhara. Adhara yang melihatnya tentu tidak bisa menolak, dan dengan semangat menganggukkan kepalanya, memberi izin pada Ian untuk kembali menjamah tubuhnya.
Mereka sudah melakukan malam panas itu cukup lama. Dengan Ian yang sudah mendapatkan dua kali pelepasannya, Adhara bahkan tak dapat mengingat sudah sebanyak apa ia mencapai klimaks.
Tubuh Adhara yang sudah memiliki banyak tanda tetap tak mampu menghentikan Ian untuk kembali mencecapnya. Dengan lidahnya yang menari di telinga Adhara membuat nya menggelinjang nikmat.
Meski sudah berkali-kali Ian menjamah inti tubuhnya, kenikmatan itu tetap tidak bisa membuat Adhara terbiasa. Reaksi yang diberikan tubuhnya masih terasa cukup aneh untuk Adhara, sensasi geli dan nikmat yang diberikan membuat Adhara ingin merasakannya lagi dan lagi.
"Adhara, berjanjilah bahwa hanya aku yang akan melihat keindahan tubuhmu ini," ujar Ian ditengah aksinya, Adhara yang masih berada dalam kenikmatan permainan Ian hanya mengangguk saja menanggapinya.
"Jawab, Dhar!"
"Iya bang, tubuh Adhara cuma untuk bang Ian." Jawab Adhara akhirnya.
Ian mulai memasukkan jari-jarinya diantara kedua paha Adhara, ia memainkan jemarinya, membuat inti tubuh Adhara semakin basah. Suara perpaduan khas kewanitaan pun mulai terdengar semakin nyaring.
Ian terus menggerakkan jari-jarinya, membuat Adhara yang berada dihadapannya terus mendesah nikmat. Suara desahan Adhara semakin kencang beriringan dengan suara yang ditimbulkan oleh kemaluannya akibat gerakan Ian yang juga semakin kuat. Hingga ketika Adhara akhirnya mencapai titik akhirnya, suara desahan itu pun berakhir lega.
Menyaksikan hal itu, Ian tidak membuang kesempatannya, segera ia mempersiapkan kejantanannya untuk kembali memasuki kewanitaan Adhara. Dengan kondisinya yang sudah cukup basah, tak butuh waktu lama bagi Ian untuk memasukkan miliknya secara sempurna kedalam sana.
Bersamaan dengan desahan yang dikeluarkan oleh Adhara, Ian mulai menggerakkan pinggulnya. Gerakan Ian menggebu-gebu, ia berusaha mencari kenikmatannya, dan desahan desahan itu juga tidak luput dari bibirnya.
Setelah dirasa ia semakin dekat dengan pelepasannya, Ian mengganti posisinya, tidak ingin terlalu cepat sampai disaat dirinya belum begitu puas menggagahi Adhara. Dibangkitkan nya tubuh Adhara, dan dibawanya Adhara pada posisi berdiri dengan bertumpu di dinding.
Adhara yang juga merasakan kenikmatan atas perlakuan-perlakuan Ian jelas tak menolak. Dibiarkannya Ian melakukan apapun yang diinginkan, karena mereka mempunyai tujuan yang sama, yakni mencapai kenikmatan.
Setelah akhirnya mendapatkan pelepasannya, baik Adhara maupun Ian terbaring lemah di tempat tidur mereka. Keduanya sudah merasa lelah untuk aktifitas panas yang mereka lakukan beberapa jam belakangan ini.
"Aku pasti bakal kangen banget sama kamu Dhar," ucap Ian dengan tubuhnya yang terlentang menghadap ke langit-langit.
"Adhara juga, mana katanya gak boleh main sama orang lain lagi," keluh Adhara.
"ADHARA!" Melihat Ian dengan amarah diwajahnya membuat Adhara tertawa.
"Bercanda banggg,"
"Jangan pernah becanda kaya gitu lagi Dhar, bisa gila aku bayanginnya."
"Hahaha, iya iyaaaa."
"Nanti kalau aku kangen, boleh ya nyusul kamu ke Australia?"
"Humm, boleh ga yaa..."
"Dhar, ..."
"Iya, boleh dehh. Tapi harus izin sama papa dulu dong," jawab Adhara membalas ucapan Ian yang tampaknya mulai lelah dipermainkan.
"Papa mah pasti ngizinin—,"
"Papa nya Adhara bang." Satu kalimat yang Adhara ucapkan dengan datar itu berhasil membuat keduanya terdiam.
"Kamu harus janji Dhar, kalau dia macem-macem dan jahatin kamu, kamu langsung laporin ke aku ya!"
"Hahaha, bang Ian aneh aneh aja. Itu kan papa KANDUNG Adhara, gak mungkin jahatin Adhara lah." Ujar Adhara percaya diri.
"Gimanapun kamu sama dia tetep aja baru kenal Adhara. Tolong jangan langsung percaya ya," ujar Ian memohon.
"Tadi katanya kalau Abang kangen, Abang bakal nyusul Adhara. Terus kalau nanti Adhara yang kangen, gimana?" Adhara mencoba mengalihkan topik.
"Nanti tinggal calling aja, aku bakal langsung meluncur," jawab Ian bercanda dan kemudian memberikan kecupan di bibir Adhara.
"Awas aja kalau Abang bohongin Adhara!"
"Sampai kapan sih manggilnya Abang terus?"
"Susah tau bang gantinya," ujar Adhara mengeluh.
"Buktinya aku aja bisa. Kalau kamu masih manggil aku Abang, rasanya hubungan kita makin terlihat salah."
Adhara menarik nafasnya sebentar sebelum akhirnya membalas perkataan itu.
"Iya iya, Ian," ujar Adhara akhirnya.
"Nah, kalau gitu kan lebih enak didengar." Ian memeluk tubuh Adhara untuk menyalurkan rasa senangnya.
"Abang mah banyak maunya."
"Kok Abang lagi sih!"
"Hahaha maafff"
Tawa keduanya berakhir dengan keheningan setelah keduanya kembali disadarkan bahwa malam ini adalah malam terakhir mereka sebelum akhirnya berpisah esok hari.
Ditengah-tengah keduanya yang berada pada lamunan masing-masing, tangan Ian dengan lancangnya mengelus bagian bawah tubuh Adhara yang memang belum terbalut apapun.
"Iann!"
"Enggak lagi kok, aku mainin dikit aja ya," ujar Ian cengengesan membuat Adhara yang mendengarnya hanya mampu geleng-geleng kepala.
"Pokoknya apapun yang terjadi sama kamu nanti, inget kalau keluarga kamu masih ada disini Dhar. Aku sama papa bakal terus nungguin kamu disini."
"Makasih ya udah mau selalu ada buat Adhara."
"Emang udah seharusnya Dhar."
"Tapi ... Mama sama papa bakal tetep bersama kan?" Pertanyaan Adhara mengubah suasana disekeliling mereka.
"Biar itu jadi urusan mereka ya Dhar. Kita cuma bisa berharap apapun keputusannya bisa jadi jalan yang terbaik buat kita semua."
"Adhara sayang sama papa Brian, Adhara gak mau kalau sampai mama sama papa pisah. Walaupun papa Harry adalah orang tua kandung Adhara, tapi Adhara gak yakin dia bisa bikin mama bahagia kaya apa yang dilakuin papa Brian."
"Aku juga berharapnya gitu Dhar. Tapi yang perlu kamu tau, semua keputusannya ada ditangan mama. Mama yang bisa memutuskan kemana seharusnya dia pergi."
Membayangkan hal-hal yang terjadi dalam hidupnya beberapa waktu terakhir ini membuat Adhara menangis dalam dekapan Ian. Entah apa kesalahannya dimasa lalu hingga Tuhan tidak membiarkannya merasakan ketenangan walau hanya sebentar saja.
Adhara merasa lelah, tapi ia tidak ingin kalah. Dengan semua hal yang terjadi, Adhara tidak akan pasrah dan menyerah, ia akan tetap mengejar dan mencapai apa yang memang ingin ia kejar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brother [END]
RomanceBaca aja sendiri Start : 25 Maret 2023 Finish : 25 Maret 2023 ⚠️⚠️ [Area Brother Sister Complex]