048

6.6K 131 4
                                    

Sintia tengah menyiram tanaman di halaman rumah ketika dilihatnya dua buah mobil masuk ke halaman. Matanya memicing sesaat sebelum akhirnya menyadari bahwa orang-orang yang datang adalah ketiga teman anak laki-lakinya. Meski sudah lama tidak bertemu, Sintia mengenal ketiganya karena mereka dulunya sempat sering bermain ke rumah ini.

"Halo tantee..."

"Selamat sore Tan!"

Sapaan itu disambut Sintia dengan senyuman hangatnya, sebelum akhirnya mempersilahkan mereka masuk kedalam rumah.

"Mau pada minum apa nih?" Tawar Sintia dengan senyum ramahnya.

"Apa aja gapapa Tan," jawab Saka.

"Kalau Saka ditanya maunya mah pasti Amer itu Tan." Sintia tertawa membalas guyonan Reyhan.

"Tian nya ada Tan?" Tanya Rangga sebelum Sintia melangkahkan kakinya menuju dapur.

"Tadi ada sih, mungkin di kamarnya kali ya. Susul aja ke atas." Mendapat perkataan seperti itu dari Sintia, ketiga lelaki itu tanpa segan beranjak menuju kamar Ian.

Rangga sudah mengetuk pintu kamar itu beberapa kali, namun tak kunjung mendapatkan balasan. Reyhan malah tanpa tau malu langsung membuka pintu itu, namun ternyata nihil, kamarnya kosong, tidak ada keberadaan sosok yang mereka cari disana.

Mata Saka melirik pintu disebelah kamar Ian, ia tau dengan pasti siapa pemilik kamar itu. Hingga kemudian ia memutuskan berjalan mendekati pintunya. Benar saja, ketika pintu itu Saka buka, lelaki yang mereka cari ada disana, duduk santai diatas tempat tidur sembari mengerjakan sesuatu di laptopnya.

"Anjing, ngapain kalian?!" Ian terkejut mendapati ketiga temannya didepan pintu kamar Adhara dan kini melangkah masuk tanpa permisi.

"Lo yang ngapain bego!" Ujar Saka sedikit nyolot.

"Ya ini rumah gue, terserah gue sat," jawab Ian tak kalah nyolot.

"Tapi kan ini bukan kamar Lo Tiannn!" Reyhan pun ikut nyolot.

"Suka suka gue lah!"

Ketiga insan itu mengambil tempat duduk masing-masing meski sang tuan rumah tampak tidak begitu menyambut mereka. Rangga duduk di kursi belajar Adhara, sementara Reyhan dan Saka mengambil tempat di sisi kasur Adhara yang bersebrangan.

Sebenarnya sejak pertengkaran terakhir, mereka belum pernah bertemu lagi. Itulah yang membuat empat orang yang biasanya hidup tanpa mati topik kini malah terjebak dalam keheningan.

"Anjing kenapa malah pada diem dieman!" Reyhan tidak betah dengan suasana itu, dengan cepat mencurahkan kegundahannya.

Hingga kemudian Rangga melemparkan sebuah kotak pada Ian. Ian yang memang tidak sadar hampir saja mencelakai dirinya, namun untunglah dia cukup cepat tanggap mengambil alih kotak tersebut.

"Apa ni?" Tanya Ian penuh selidik.

"Buka aja kalau mau tau."

Mata Ian melebar, ia terkejut tak percaya ketika berhasil membuka kotak yang berada ditangannya itu. Sebuah undangan berada didalam sana. Dimana pada tempat itu jelas tertulis nama Rangga dan sosok wanita yang Ian yakin ia juga mengenalnya.

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang