003

82.8K 1K 7
                                    

Pagi telah tiba, cahaya matahari menerobos masuk dari sela-sela tirai kamar. Terlihat dua sejoli yang sedang tertidur layaknya pengantin baru, memperlihatkan bagaimana panasnya permainan mereka tadi malam.

Adhara lebih dulu membuka matanya, merasa sakit hampir di seluruh tubuhnya. Mencoba mengingat apa yang sebenarnya telah terjadi malam tadi.

Dan, dia mengingatnya!

Apa yang ia lakukan semalam bukanlah mimpi. Adhara benar-benar telah melepas keperawanannya. Membuat perasaanya campur aduk saat ini.

Adhara mencoba bangkit, mencari kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket. Ia memunguti pakaiannya yang berserakan dan hendak bergegas pulang.

Namun, sesuatu mengalihkan pandangan Adhara. Sosok pria yang menghabiskan malam bersamanya, masih tertidur dengan nyenyak, hingga kemudian Adhara benar-benar menyadari bahwa pria itu adalah ..,

Abangnya!

Sangking terkejutnya Adhara, tanpa sengaja ia menjatuhkan vas bunga diatas nakas, membuat pria dengan rahang tegas dan rambut sedikit acak-acakan itu terusik tidurnya.

"Kenapa?" Suara khas bangun tidur Tian, membuat bulu kuduk Adhara meremang.

"Abang?"

Mendengar hal itu kesadaran Tian mendadak kembali sepenuhnya, ia bangkit untuk duduk dan kemudian mengucek matanya, memastikan apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Tian memang sudah melepaskan topengnya, sementara Adhara masih mengenakan topeng berwarna hitam itu diwajahnya. Merasa Tian belum mengerti keadaannya, Adhara pun membuka topeng yang ia kenakan, membuat mata Tian membulat sempurna dengan wajah yang memucat.

"Adhara?"

Keduanya masih membeku, tidak percaya dengan sesuatu yang menimpa mereka saat ini.

Pasangan one night stand Adhara adalah abangnya? Jelas Adhara tidak mengharapkan hal itu!

Tian sendiri juga tidak pernah benar-benar berharap akan melakukan hal ini dengan adiknya. Semua yang ia ceritakan pada temannya adalah sebatas fantasi liarnya saja. Namun ternyata, ia benar-benar melakukan hal terlarang itu sekarang.

Melihat Adhara yang mulai menetaskan air mata membuat Tian bangkit dari tempat tidur, menghampiri adiknya itu.

"Ssstt, jangan nangis" hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Tian dengan memberikan pelukan sebagai bentuk untuk menenangkan Adhara. Tian pun sama bingungnya dengan Adhara.

Ia tidak tau harus mengatakan apa tentang situasi yang membingungkan saat ini. Namun bukannya berhenti menangis, tangis Adhara justru semakin kencang.

"Abang, itunya..."

Melihat arah pandang Adhara, Tian menyadari bahwa mereka berdua masih sama-sama dalam keadaan tidak berbusana membuat kejantanannya yang mengacung menyentuh kemaluan Adhara dari luar.

Sungguh memalukan.

Tian segera mengenakan boxernya. Dan setelah Adhara tenang, ia mempersilahkan Adhara untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu di kamar mandi.

Adhara keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang ia kenakan semalam, yang jika dilihat pada siang hari begini semakin menonjolkan kemolekan tubuh Adhara.

Kemudian Adhara membersihkan barang-barangnya yang masih berserakan, memungut beberapa yang terjatuh di lantai. Membuat kedua mata Tian membulat.

"Adhara, kamu gak pakai dalaman?!" Jujur saja, hal itu sangat mengundang nafsu bejat Tian untuk kembali menggagahi adiknya.

Dress Adhara yang memang hanya setengah paha menampakkan kemaluannya ketika ia menunduk. Merasa malu dengan teguran abangnya, Adhara segera berdiri, menarik bajunya agar lebih panjang walau sebenarnya tidak merubah apapun.

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang