036

11.8K 272 24
                                    

Terimakasih untuk yang udah berusaha menuhin target!!

Selamat membaca~

_______________________

"Zevan, terimakasih ya untuk kerja sama kita. Beneran jago loh kamu, makin rame nih restoran Tante," ujar Sintia pada Zevan saat mereka sedang makan siang bersama sebagai bentuk perayaan atas kerjasama mereka yang sudah berlangsung.

"Sama-sama Tante, aku juga ikut senang jika kerjasama kita gak sia-sia. Ngomong-ngomong..." Sintia menunggu Zevan melanjutkan ucapannya yang terjeda.

"Adhara baik-baik aja Tan? Aku udah coba hubungi dia tapi gak ada jawaban, terakhir kali handphone nya udah gak aktif."

"Loh memang Adhara kenapa? Semalem oke aja tuh. Tadi pagi emang kami gak sarapan bareng karena lagi pada buru-buru semua." Sintia keheranan.

"Tante... Gak tau?" Ucap Zevan ragu. Mendengar hal itu membuat Sintia semakin kebingungan.

"Kenapa Zevan? ngomong yang bener dong." Sintia tak sabar melihat Zevan yang tampak ragu-ragu untuk mengatakan sesuatu, yang membuatnya semakin penasaran.

"Aku bingung Tan gimana jelasinnya. Tapi, mungkin Tante bisa lihat sendiri di video ini." Zevan menyerahkan handphone nya pada Sintia, menampilkan Video yang sedang trending hari ini.

Menyaksikan video tersebut wajah Sintia berubah pucat. Ekspresi nya menampakkan penuh kekecewaan. Rasa sedih dan amarah pun bercampur jadi satu. Membuat Sintia dengan terburu-buru bangkit dari tempat duduknya.

"Tunggu Tan, menurut aku Tante gak harus langsung percaya sama video ini. Aku yakin Adhara gak akan ngelakuin hal ka-"

"Zevan. Saya ibunya, jelas saya lebih tau bagaimana anak saya. Terimakasih untuk informasinya." Setelah mengucapkan hal itu, Sintia dengan terburu-buru keluar dari restauran, mengendarai mobil untuk bergegas kembali ke rumah.

Zevan yang masih duduk di tempatnya memandang fokus pada layar handphone miliknya. Mengulang video tersebut hingga beberapa kali. Dan terakhir ia tersenyum miris. Entah mengapa ia merasa hatinya cukup teriris.

__________________

"Oke, kayanya ini udah bagus deh. Bisa langsung di antar ke ruangan bapak aja ya." Ujar Ian pada salah seorang karyawan pria yang merupakan rekan satu tim nya dan pria itu membalas ucapan Ian dengan anggukan ringan hingga kemudian berlalu pergi.

Saat itu Ian masih sibuk dengan pekerjaannya hingga tiba-tiba seseorang mendatangi mejanya dan mengatakan bahwa Brian menunggu di ruangannya. Ian yang memang tidak tau apa tujuan panggilkan itu pun dibuat penasaran dan segera bergegas memenuhi panggilan tersebut.

Tidak butuh waktu lama hingga akhirnya Ian tiba disana. Dengan perlahan ia langsung memasuki ruangan tersebut, melihat sang papa yang duduk dengan wajah cukup tegang membuat Ian akhirnya memberanikan diri untuk bersuara lebih dulu.

"Kenapa ya pa? Gak biasanya manggil Ian gini."

Brian segera berdiri di hadapan Ian dan tanpa diduga ia memberikan satu tamparan di wajah putranya. Ian yang tidak tau apa yang terjadi membeku seketika, memegangi pipinya yang terasa cukup panas.

Setelahnya Brian menyodorkan sebuah handphone pada Ian. Pada layar tersebut menampilkan sebuah video yang sama seperti apa yang ditunjukkan oleh Zevan pada Sintia. Ian yang memang baru mengetahui tentang hal ini pun sangat terkejut.

"Ini bohong pa!"Ujar Ian bersikeras.

"Papa tau."

"Tapi kenapa...?" Ian masih tidak percaya karena baru saja Brian menampar pipinya.

"Terlepas dari bohongnya video itu, kamu dan Adhara memang berhubungan Ian. Papa sudah peringatkan kamu untuk berhenti tapi nyatanya kamu masih melanjutkannya. Dan sekarang lihat apa yang terjadi!"

"Oke. Ian memang gak bisa nyangkal apapun soal omongan papa. Tapi kenapa bisa ada video kaya gini?!"

"Papa udah cari tau. Dan papa yakin semua ini ulah Hani. Asal kamu tau, yang tersebar luas di masyarakat bukan cuma video itu aja, tapi klarifikasi Hani yang justru membuat video ini makin rame."

"Hani? Dia ngapain pa? Ian yakin kami udah selesai secara baik-baik kemaren."

"Nyatanya dia gak nganggep itu baik-baik Ian. Lihat yang dia lakukan sekarang."

Pelan-pelan Brian menjelaskan situasinya pada Ian. Menampilkan satu persatu video terkait hal ini. Setelah memahami situasinya, Ian jelas tak dapat menahan emosinya yang sudah meluap. Ian sangat tidak menyangka bahwa Hani akan sampai sejauh ini. Ian sudah akan bergegas mendatangi Hani jika saja Brian tidak menahannya.

*Kamu gak boleh gegabah Ian. Hani berani sampai sejauh ini pasti karena dia udah punya banyak rencana. Lebih baik sekarang kamu lihat kondisi Adhara, dia pasti kaget banget sama apa yang terjadi."

Perkataan Brian ada benarnya, karena itu tanpa basa-basi lagi Ian bergegas kemjali ke rumah. Berharap Adhara baik-baik saja.

Setelah kepergian Ian, Brian hanya mampu terpaku di tempat duduknya. Memandangi room chat pada salah satu grup di handphone nya. Dari grup itulah Brian bisa mengetahui mengenai video itu. Dan sekarang teman-temannya sedang ramai membicarakan mengenai keluarganya. Bahkan cerita masa lalu tentang Brian yang menikahi pembantunya pun kembali diungkit.

Brian tidak tau harus bereaksi apa untuk banyaknya pertanyaan dari orang-orang di sekitarnya. Semua yang terjadi terlalu mengejutkan baginya hingga ia bahkan serasa seperti tidak berdaya. Namun biarlah berita diluar sana berjalan seperti yang orang-orang inginkan terlebih dahulu. Setelah memastikan kondisi istri dan anak-anaknya sudah stabil, barulah Brian akan bergerak untuk menyelesaikan semua berita itu.

____________

Sintia telah tiba dirumahnya, dengan tergesa-gesa ia mencari keberadaan putrinya. Dilihatnya Claudia dan Marissa sedang berusaha menyapi sesuap makanan pada putrinya. Namun putrinya hanya diam, dengan tatapan kosong dan lemah. Melihat pemandangan itu jelas hati Sintia teriris, merasa pedih atas apa yang terjadi.

Sintia mendekati putrinya, Adhara yang menyadari kehadiran Sintia pun menatap dengan penuh kesedihan. Air mata pun tak dapat ia bendung, tepat saat Sintia merentangkan tangannya untuk memeluk Adhara, air mata itu tumpah. Ibu dan anak itu sama-sama menangis, membagi kesedihan mereka. Claudia dan Marissa yang menyaksikan hal itu pun ikut merasakan kesedihan.

"Makasih ya kalian udah nemenin Adhara disaat kaya gini." Ujar Sintia penuh haru yang mendapatkan anggukan dari kedua remaja itu.

"Kami akan selalu ada buat Adhara Tan."

"Dan aku sama Marissa bakal bantuin gimana caranya Hani harus dapetin hukuman yang setimpal."

"Tunggu, ini ... Ulah Hani?" Sintia semakin terkejut dengan anggukan ketiga remaja itu.

"Hani anaknya temen mama?" Sintia masih menolak untuk percaya dan mencoba memastikan nya lagi.

"Iya ma, Hani yang sempet mama kenalin ke bang Ian."

"Tapi kenapa?"

"Kayanya dia gak terima karena Abang nolak pertunangan itu." Mendengarnya Sintia hanya bisa menarik nafas frustasi. Semua ini adalah akibat dari pilihannya yang kini harus ditanggung oleh anak-anaknya.

_________________

Aku tunggu 20 komen dan 50 vote ya!

Brother [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang