> Prolog

20.8K 869 1
                                    

10 tahun yang lalu.
Seoul, Korea Selatan
17:00 PM

|

|

"Chanie?" panggil pria berumur empat belas tahun di depannya.

Haechan mengangkat kepala dan memandang wajah Jung Mark, tetangga yang selalu akrab dan peduli kepadanya.

"Mark? Kenapa kesini?" tanyanya sambil menyeka air matanya yang mengalir.

"Kenapa kau menangis?" Mark tampak kaget melihat wajah Haechan yang sembab.

"Ibuku—akan menikah lagi." ucap Haechan. Dan air matanya kembali mengalir.

"Itu bagus! Maka kau akan memiliki ayah."

"Itu sama sekali tidak bagus! Tidak ada yang bisa menggantikan ayahku!" kesal Haechan dengan pipi yang sudah dibanjiri oleh air mata.

"Lantas, apa kau pernah bertemu dengan ayah kandungmu?" tanya Mark.

"Belum, tapi walaupun begitu. Tetap saja tidak ada yang bisa menggantikan ayahku!" tekan Haechan.

"Apa ayah tirimu seburuk itu? Sampai kau menangis seperti ini?" tanya Mark sambil mengusap surai coklat Haechan.

"Dia baik.." jawab Haechan pelan sambil tertunduk. Tangannya perlahan mengusap air mata yang tak ada habisnya itu.

"Lalu apa yang membuatmu begitu sedih?" mark perlahan mengelus pipi chubby Haechan.

"Berpisah." lirihnya terkesan ingin menangis.

"Apa?" tanya Mark tak mengerti.

Haechan terdiam sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu. Setelah itu ia menggeleng.

"Tidak apa, aku hanya ingin menangis saja tadi." ucapnya sambil tersenyum hangat.

Mark mengangkat sebelah alisnya, bingung akan sikap Haechan yang berubah sangat drastis.

"Ayo!"

Tiba tiba saja Haechan berdiri dari duduknya, menarik tangan Mark agar ikut berdiri.

"Mau kemana?" tanya Mark. Haechan tidak menjawab.

Mark yang penasaran akhirnya mengangguk dan membiarkan namja manis itu menuntunnya.

~

~

Di hutan belakang rumah Mark, Haechan menghentikan langkahnya didepan sebuah kabin kecil. Mark menatap kabin itu, lalu menatap Haechan setelahnya.

"Kenapa kita kesini?" tanya Mark bingung. Haechan lagi lagi tidak menjawab.

Ia kemudian melangkah masuk kedalam kabin tersebut, dan Mark mengikuti langkahnya dari belakang. Di dalam, Mark melihat setumpuk bingkai foto yang masih kosong di lantai.

Haechan mengambil sebuah album foto di atas rak, lalu membukanya. Ia mengambil selembar foto dan memindahkannya ke dalam bingkai baru itu.

Didepannya, Mark hanya berdiri menatapnya dengan raut wajah penuh tanya.

"Kenapa diam saja? Ayo bantu aku." ucap Haechan. Mark pun akhirnya ikut membantu.

"Tapi, untuk apa semua ini?" tanya Mark akhirnya, ia benar benar penasaran.

Semua itu adalah foto mereka berdua sejak kecil, namun untuk apa semua ini?

"Kenangan." jawab Haechan singkat, padat, namun tidak jelas bagi Mark.

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang