> Merindukan Suara Mu

5.8K 481 10
                                    

Haechan mencoba mendorong tubuh Mark. Ia benar benar frustasi ketika Mark tidak bergerak sedikit pun. Apa pun yang terjadi Haechan tidak ingin bicara pada Mark.

"Ayo, bicaralah." ucap Mark frustasi sambil menyentuh pipi Haechan.

'Tidak sampai seribu tahun pun!' batin Haechan ingin mengucapkannya tepat di depan wajah Mark.

Haechan menepis tangan Mark yang menyentuh pipinya. Mark kaget. Ia mengangkat alisnya bingung.

Tiba tiba ada ketukan di pintu kamar. Mark menghela napas, kemudian ia keluar kamar mandi untuk membukakan pintu.

Dan itu kesempatan untuk Haechan. Ia langsung mengunci kamar mandi rapat rapat lalu menghela napas lega.

Ia segera mandi dengan nyaman.

~

~

Haechan keluar dari kamar mandi, namun tidak ada Mark di sana. Sekali lagi Haechan menghela napas lega.

Haechan membuka ponselnya. Ternyata ada pesan dari Jaemin dan Renjun.

From : Jaemin

Aku ingin bicara.
Haechan, tolong jawab.

Haechan terdiam. Ia langsung sakit hati ketika mengetahui Mark pernah bertunangan dengan Jaemin. Haechan menghapus pesan dari Jaemin, kemudian membuka pesan dari Renjun.

From : Renjun

Aku merindukanmu, Haechan.
Bisakah kita bertemu?
Lagi apa?

Akhirnya Haechan memutuskan membalas pesan dari Renjun.

From : You

Kau boleh ke mansion kalau kau mau.


Ia kemudian menaruh ponselnya di atas meja. Tiba tiba pintu kamar terbuka dan Mark masuk.

Haechan tidak menghiraukan Mark. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Sudah selesai?" tanya Mark, tapi Haechan tidak mengucapkan apa apa.

"Haechan." panggil Mark sekali lagi. Tapi Haechan tetap tidak menjawab, membuat Mark menghela napas. Ia kembali duduk di sofa dan bekerja.

Haechan melirik Mark.

'Kenapa ia masih disini? Bukankah ia harus bekerja?' batin Haechan bingung. Tapi egonya terlalu besar untuk menanyakan itu.

Tidak lama kemudian, ada ketukan pintu. Seorang pelayan datang membawa makanan.

"Ms. Haechan, ini sarapan Anda." ucap pelayan itu.

"Terima kasih." jawab Haechan sambil tersenyum sopan.

Mark mengerutkan dahinya.

Kemudian pelayan itu menaruh makanan Haechan di meja yang tidak jauh dari tempat Mark duduk. Mau tidak mau Haechan memakan sarapannya di sana.

Haechan langsung menuju ke meja dan duduk di sofa. Pelayan itu membungkuk kemudian pergi dari kamar.

"Kau mau bicara pada Micael tapi kau tidak mau bicara pada calon suamimu?" tanya Mark tidak percaya.

Haechan tidak menghiraukannya. Ia fokus pada sarapannya. Mark mengerang kesal.

"Apa aku membuat kesalahan? Sampai kau tidak mau berbicara padaku?" tanya Mark.

Haechan hanya diam. Mark benar benar bodoh. Jadi ia pikir Haechan kemarin tidak sakit hati saat mendengar pernyataan kalau Mark pernah bertunangan dengan Jaemin?

Haechan menatap tajam Mark, kemudian ia kembali fokus pada sarapan di depannya.

Setelah Haechan menyelesaikan sarapannya, ia berdiri kemudian berjalan pelan menuju sofa di dekat jendela besar. Ia mengambil buku di rak buku. Kemudian ia mulai membaca buku tersebut.

Sedangkan Mark kembali sibuk dengan pekerjaannya.

~

~

Beberapa jam berlalu. Mark menoleh ke arah Haechan yang masih membaca buku.

Mark menghela napas, kemudian ia berpindah duduk ke sebelah Haechan.

Haechan tidak bergeming, walaupun sebenarnya ia ingin kabur detik itu juga. Karena kebetulan kakinya sedang luka jadi ia tidak bisa berjalan dengan cepat.

Mark menyentuh tangan Haechan, membuat Haechan menoleh bingung. Dan dalam hitungan detik, Mark mengangkat tubuh kecil Haechan sehingga sekarang Haechan duduk di pangkuan Mark, berhadap hadapan.

Haechan melotot, sedangkan Mark menatapnya serius.

"Haechan, apa aku melakukan kesalahan?" tanya Mark. Haechan memalingkan wajahnya.

"Aku merindukan suaramu, tolong bicaralah, Haechan." bisik Mark, membuat jantung Haechan berdegup dengan kencang.

Haechan tidak menjawab. Ia beringsut mencoba berdiri. Tapi Mark mengunci kedua tangannya di pinggang Haechan.

"Aku tidak akan membiarkanmu berdiri sampai kau bicara padaku." ucap Mark, membaut Haechan frustasi. Ia menatap tajam Mark.

Mark tidak pernah bosan menatap manik indah Haechan, walaupun sekarang manik indah itu menatapnya tajam.

Mark menatap bibir Haechan yang membuatnya ketagihan, dan sekarang ia sangat ingin mendengar suara Haechan.

Sejak semalam, Haechan tidak berbicara padanya. Ia sangat merindukan suara Haechan yang bagaikan melodi di telinganya.

Dan pria manis di pangkuannya ini mencintainya. Mark tidak bisa menolak kenyataan kalau ia sangat senang mengetahui hal itu.

Tadi Haechan sangat malu, tapi sekarang ia sudah biasa saja. Walaupun Mark sudah tahu Haechan mencintainya, tapi Mark tidak pernah menyatakan kalau ia mencintai Haechan juga. Artinya cinta selama sepuluh tahun ini adalah cinta bertepuk sebelah tangan?

Haechan merasa kasihan pada dirinya sendiri. Sejak dulu ia mencoba melupakan Mark, tapi ternyata ia tidak bisa mencintai pria selain Mark. Dan ia tidak yakin bisa melupakan Mark dengan cepat.

Mark dan Haechan sibuk dengan pikirannya masing masing.

Tiba tiba Mark mendekati Haechan sehingga membuat hidung mereka saling bersentuhan.

'Dorong dia, Haechan!' batinnya, tapi Haechan seolah tidak dapat mengendalikan tubuhnya.

Ketika melihat Haechan tidak menghindar, Mark langsung mencium bibir Haechan.

"Bicaralah padaku, Haechan. Kumohon." bisik Mark di sela sela ciuman mereka, tapi Haechan tidak mengucapkan apa pun.

"Aku akan terus menciumimu sampai kau mengeluarkan suaramu." ucap Mark membuat Haechan terbelalak.

Tanpa menunggu lama, Mark langsung mencium Haechan lagi.

Haechan menyentuh pundak Mark.

'Kalau kau menciumku seperti ini bagaimana bisa aku melupakanmu, Mark?' batin Haechan frustasi pada dirinya yang tidak bisa menghentikan Mark, frustasi pada dirinya yang tidak bisa membenci Mark yang sudah membuatnya sakit hati, frustasi akan cintanya yang tidak terbalas, frustasi dengan kenyataan ia harus dipertemukan lagi dengan Mark.

Haechan mencoba mendorong dada Mark. Ia melepaskan ciumannya tapi hidung mereka masih bersentuhan. Haechan mengatur napasnya kemudian ia menghela napas. Mark tak akan menyerah. Akhirnya Haechan memutuskan untuk berbicara.

"Lepaskan, Mark." ucap Haechan pelan, Mark tersenyum lebar. Kemudian ia memeluk tubuh kecil Haechan.

Haechan kaget.

"Akhirnya kau mengeluarkan suaramu. Aku begitu merindukannya." bisik Mark tepat di telinga Haechan.






BERSAMBUNG









Double UP nih!!

Tetap setia nungguin chapter berikutnya ya guys!

See u next Week👋

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang