> Menginap

8.2K 585 10
                                    

"Aku tidak mau!" tolak Haechan, tetapi Mark tetap berjalan keluar lobi sambil menarik kopernya. Haechan kesal sekali.

"Kemarikan koperku!" teriaknya. Namun Mark mengabaikannya.

Tak lama kemudian, sebuah limosin mewah berhenti di depannya. Haechan mengerutkan dahinya. Sopir limosin itu keluar membukakan pintu untuk Mark. Mark lalu memberikan koper Haechan pada si sopir.

Mark yang sudah masuk ke dalam mobil melongokkan kepalanya pada Haechan yang masih terdiam mematung di depan mobil.

"Kau tidak akan masuk?" tanya Mark.

"Tidak!" tolak Haechan keras kepala.

Mark menghela nafas.
"Haechan, ayo masuk sekarang juga!"

Haechan mengabaikan Mark dan malah menghampiri si sopir.

"Permisi, bisa berikan koper saya?" ucap Haechan.

"Tapi Mr. Mark menyuruh saya untuk menaruh kopernya di bagasi." jawab sopir itu heran.

"Itu koper saya, jadi bisa tol–"

Haechan menghentikan ucapannya karena merasa ada yang menarik tangannya. Ia menoleh dan langsung disergap oleh ciuman Mark.

Haechan melotot. Ia mencoba mendorong Mark agar menjauh, tetapi Mark malah melingkarkan kedua tangannya di pinggang Haechan.

"Ini hukuman karena kau tidak mendengarkan aku." bisik Mark ketika ciuman mereka terlepas.

Baru saja Haechan hendak memprotes, ia mendengar suara suara di belakangnya. Ketika Haechan menoleh, betapa kagetnya ia karena banyak yang mengambil gambarnya.

Haechan ingin sekali menyemprot manusia manusia yang tidak sopan itu, tapi Mark sudah lebih dulu menariknya masuk ke mobil. Limosin itu langsung melaju begitu Mark menutup pintu.

"Mark! Kau gila?! Kau menciumku di depan umum? Orang orang akan mengira aku adalah salah satu jalangmu! Astaga! Aku sungguh tidak percaya ini!" keluh Haechan frustasi.

"Sekali sekali kau merasakan bagaimana rasanya menjadi selebriti." ucap Mark santai.

Haechan merotasikan matanya malas.
"Aku heran kenapa manusia seperti mu bisa sepopuler itu. Gosh!"

"Anak TK juga tahu jawabannya, Haechan." ucap Mark. Haechan mengangkat sebelah alisnya penuh tanya.

"Karena aku tampan, kaya, dan semua wanita maupun submissiv menginginkan ku." lanjut Mark membanggakan dirinya.

"Koreksi. Tidak semua submissiv menginginkanmu. Jadi jangan terlalu membanggakan diri!" ucap Haechan sambil tersenyum sinis.

"Hmm.. siapa submissiv yang tidak menginginkanku?" tantangan Mark sambil menatap Haechan remeh.

"Kau beruntung submissiv tersebut sedang duduk di sampingmu." malas Haechan.

"Kau tidak menginginkanku? Seingatku, dulu kau pernah menciumku." ucap Mark sambil tersenyum licik.

"Aku masih muda dan bodoh. Itu hanya ciuman perpisahan untuk teman." ucap Haechan datar.

Ekspresi Mark seketika berubah, senyumannya hilang. Ia menatap Haechan dalam.

"Aku baru tahu ada ciuman perpisahan semacam itu." komentar Mark.

"Tentu, di duniaku ada." ucap Haechan.

Mark tersenyum sinis. Tiba tiba ia menarik tangan Haechan. Cengkraman tangannya begitu kuat hingga Haechan tidak bisa melepaskannya.

Setelah itu, Mark menarik Haechan ke pangkuannya. Ia mengunci kedua lengan Haechan di balik punggungnya. Haechan melotot.

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang