> Sebuah Pengakuan?

5.9K 494 19
                                    

Ruangan hening. Jantung Haechan berdebar debar. Tiba tiba ponsel Mark berbunyi.

Dengan kesal Mark menjawab panggilan itu. Ia akan memecat siapa pun yang meneleponnya ini.

"Apa!" ucap Mark dengan nada dingin tanpa melihat siapa yang memanggilnya.

"Ini Daddy, Mark." ucap seorang Jung Jaehyun di sebrang sambungan.

"Dad, ada apa?" tanya Mark sambil menghela napas.

"Nanti malam ada rapat penting, aku minta kau datang." ucap Jaehyun.

Mark terdiam sejenak kemudian menatap Haechan.

Haechan mengangkat alisnya.

"Aku tidak bisa, Dad." ucap Mark.

"Kenapa? Apa kau ada rapat penting juga di saat yang bersamaan?" tanya Jaehyun bingung. Mark biasanya tidak pernah menolak jika disuruh datang untuk rapat.

Mark terdiam sejenak, lalu tersenyum miring. Matanya tetap menatap Haechan.

"Bukan itu, Dad, tunanganku sakit. Aku tidak bisa meninggalkannya sampai ia sembuh." ucap Mark.

Haecha kaget mendengar Mark mengucapkan itu.

Jaehyun terdiam sejenak, sepertinya ia kaget.
"Kalau begitu titip salam untuk Haechan, semoga ia cepat sembuh." ucap Jaehyun akhirnya.

"Oke." jawab Mark.

"You have to keep him, son. He's a good boy." ucap Jaehyun lagi.

Haechan menatap Mark. Ia sangat penasaran apa yang Jaehyun ucapkan karena Mark selalu memamerkan senyuman tampan itu.

"Don't worry, Dad, I Will." ucap Mark. Setelah itu ia mematikan teleponnya, menatap Haechan sejenak.

"Aku tunggu di luar." ucap Mark kemudian ia langsung keluar dari ruangan itu.

Haechan masih terdiam di tempat, kemudian ia memutuskan untuk mengganti pakaiannya.

|
|
|
|
|

***

|
|
|
|
|

Mark masuk ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya yang basah dengan kemeja putih dan celana panjang hitam.

Setelah selesai ia keluar dari kamar mandi. Di situ sudah ada dr. Moon berdiri di depan wastafel menunggunya.

"Aku tidak tahu kau bisa panik." ucap dr. Moon sambil tersenyum jahil. Mark merotasikan matanya malas.

Siapa pun yang melihat Mark tadi menggendong Haechan dengan baju basah kuyup, akan bisa melihat kalau Mark sangat khawatir dan peduli pada Haechan.

Mark mencuci tangannya di wastafel.

"Siapa dia? Tumben kau mengkhawatirkan teman kencan mu." ucap dr. Moon.

Mark tersenyum miring ketika mendengar temannya berbicara seperti itu

"Dia bukan teman kencan ku." jawab Mark.

Dr. Moon mengangkat alisnya seolah tertarik.
"Really? Lalu siapa dia?"

"Sepertinya kau jarang menonton TV, ya." ucap Mark.

"Kau kan tahu aku tidak tertarik pada televisi." sahut dr. Moon.

"Kalau begitu, kau ketinggalan berita." ucap Mark.

"Berita tentang apa?" tanya dr. Moon penasaran.

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang