> Mengapa Hidup Begitu Sulit?

6.4K 509 4
                                    

"Kau!" geram Haechan tidak percaya, rasanya ia ingin mencakar wajah Mark.

Mark tersenyum miring.

"Aku tidak percaya ini!" Haechan mencoba tenang, tetapi ia tidak bisa. Mark tampak geli melihatnya.

"Sekarang kita akan ke mana?" tanya Haechan kesal.

"Ke kantorku." jawab Mark.

Sepanjang perjalanan Haechan berpikir. Tapi pada akhirnya ia mengambil kesimpulan tidak mungkin juga kan, sekali berhubungan langsung hamil? Semakin lama ia pun semakin tenang.

'Tenang, Haechan. Ini hanya akal akalan pria mesum itu saja!' batin Haechan.

~

~

Haechan dan Mark keluar dari dalam mobil. Walaupun sudah lebih tenang, Haechan masih kesal pada Mark. Ia berjalan mendahuluinya ke lift. Bagian bawahnya masih terasa nyeri, ia mencoba menahannya.

Di lift tidak ada yang berbicara.

Sampai di lantai tiga puluh, mereka keluar dari lift dan seperti biasa, Hans sudah menunggu.

"Tamu anda sudah datang, Mr." ucap Hans.

Mark mengangguk, lalu menarik tangan Haechan. Sesampainya di ruangan Mark, Kevin sedang duduk santai di sofa panjang. Dahi Mark berkerut melihat pria itu.

"Kenapa kau yang datang?" tanya Mark dingin.

"Mulai sekarang aku akan selalu menggantikan ayahku." jawab Kevin.

Mark mengacak ngacak rambutnya kesal, lalu menghela napas.

"Kalau begitu ayo mulai." ucap Mark. Haechan duduk di sampingnya, sedangkan Kevin di sebrang mereka.

Haechan tidak mengucapkan apa apa, karena ia juga tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.

Lambat laun Haechan menyadari kalau Kevin sering melirik ke arahnya, lalu memberikan senyuman hangat. Haechan balas tersenyum, sebagai kesopanan saja.

Melihat hal itu, Mark langsung memberikan tatapan dingin pada Kevin.

~

~

Setengah jam berlalu, dan obrolan itu selesai.

"Kalau begitu aku pergi dulu, ya." pamit Kevin sambil tersenyum sopan pada Mark dan memberikan kedipan pada Haechan.

Haechan merotasikan matanya.

"Bocah itu benar benar tidak sopan!" ucap Mark.

"Dia baik, Mark." bela Haechan.

"Dia menggodamu!" ucap Mark frustasi.

"Lalu?" tanya Haechan.

Mark menghela napas kasar.
"Tidak apa apa." ucapnya kesal. Ia lalu berdiri.

"Ayo."

"Ke mana lagi?" tanya Haechan bingung.

"Aku ada meeting." jawab Mark.

"Apa aku tidak bisa menunggu di sini saja?" tanya Haechan.

"Kau harus ikut." sahut Mark. Ia lalu berjalan menuju pintu.

Haechan menghela napas. Bukan apa apa, tapi ia sangat kesusahan untuk berjalan sekarang karena bagian bawahnya terasa begitu nyeri.

Haechan pun berjalan pelan menuju pintu. Mark dan Hans sudah menunggunya di lift. Mark menatap Haechan sejenak, lalu kembali mendengarkan perkataan Hans.

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang