> Apa Yang Terjadi padaku?

6.4K 497 7
                                    

Haechan terbangun oleh sinar matahari pagi. Ia mencoba membuka matanya tapi malas sekali rasanya. Sofa tempatnya tidur begitu empuk.

Tapi rasanya tadi malam sofanya tidak senyaman ini.

Haechan merasa sofanya bergerak. Aneh, padahal dirinya tidak bergerak sedikitpun. Haechan mencoba membuka matanya lagi dan menoleh.

Mark berbaring miring menghadap Haechan. Ia menatap Haechan.

Haechan mengerutkan kening, berusaha mencerna apa yang terjadi. Ketika ia sudah sepenuhnya sadar, ia langsung melotot kaget.

"Sudah bangun?" tanya Mark dengan suara serak khas baru bangun tidur.

Haechan terduduk tiba tiba. Ia memandang sekelilingnya. Kenapa ia ada dikamar? Apakah—ia menunduk menatap tubuhnya—oh, aman. Ia masih memakai kaus Mark.

Haechan menghembuskan napas lega. Ia menoleh menatap tajam Mark yang masih saja berbaring memandanginya.

"Bagaimana aku bisa tidur di sini?" tanya Haechan.

"Aku memindahkanmu." jawab Mark santai.

Haechan melotot kaget.
"Kenapa?"

"Tidak mungkin aku membiarkan calon pengantiku tidur di sofa."

Kejadian sehari sebelumnya langsung menyeruak di ingatan Haechan.

"Mark, aku baru dua puluh dua tahun. Aku tidak ingin menikah, apalagi pura pura menikah, for god's sake!" tukas Haechan.

"Jadi kau ingin menikah sungguhan?" goda Mark.

Haechan melotot.
"Bukan juga! Gosh, kalau bukan karena seratus ribu dolar, aku tidak akan melakukan ini." gumam Haechan. Tapi Mark mendengarnya.

"Apa kau sedang benar benar butuh uang?" tanya Mark serius.

Haechan terdiam. Mark tidak boleh tahu kalau ia memiliki banyak hutang. Apalagi tentang James. Atau jangan jangan Mark sudah tahu tapi ia pura pura tidak tahu?

"Semua orang butuh uang, Mark." tukas Haechan, lalu ia turun dari ranjang.

Tanpa menoleh lagi ia berjalan menuju kamar mandi.

~

~

Selesai mandi, Haechan mengenakan salah satu stel pakaian yang dibelikan Patricia kemarin. Mark sudah tidak ada di kamar.

Haechan langsung turun ke lantai bawah. Mark sudah rapi dalam balutan jasnya.

"Mau kemana?" tanya Haechan.

"Kita kembali ke Chicago." jawab Mark.

"Sekarang? Kenapa buru buru?" tanya Haechan. Ia kecewa juga karena belum sempat menikmati waktunya di Hawaii.

"Ada rapat penting nanti sore." jawab Mark.

Haechan menghela napas. Ia kembali ke kamar dan mulai membereskan barang barangnya.

Ketika semuanya siap, mereka masuk ke mobil dan langsung menuju bandara. Di mobil sangat hening. Mark tidak mengucapkan sepatah kata pun.

'Apa Mark marah padaku karena semalam?' batin Haechan.

Haechan merasa Mark berubah menjadi dingin. Tapi mengapa ia memikirkannya?

Haechan menatap jendela.

'Bye, Hawaii.'

~

~

Di pesawat, Mark masih juga cuek. Ia malah menyibukkan diri di depan laptopnya. Haechan bosan.

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang