> Dibelakang Mu!

4.7K 411 20
                                    

Hati Haechan rasanya begitu hangat ketika mendengar Mark mengucapkan itu.

Setelah itu, Mark langsung mengambil ponselnya.

"Halo, Smith. Aku ingin kau mencari tahu tentang pria bernama Drake." ucap Mark, lalu ia langsung memutuskan sambungan sepihak.

Haechan menatap Mark.

"Kau bahkan tidak tahu nama belakangnya, Mark. Apa kau bisa mencari seseorang tanpa nama belakang?" tanya Haechan heran.

"Tentu saja bisa." ucap Mark. Haechan menghela napas.

"Kau... tidak perlu lakukan ini, Mark. Aku tidak ingin hidupmu terancam. Drake itu bukan pria biasa seperti pada umumnya. Dia sangat kejam dan sadis." ucap Haechan. Ia teringat bagaimana Drake dulu pernah menembak pacarnya sendiri yang sedang hamil dengan pistol.

Mark menarik tubuh Haechan hingga tubuh mereka saling bersentuhan.

"Aku tidak peduli dengan diriku, yang terpenting adalah keselamatanmu dan anak kita, Haechan." ucap Mark sambil mengecup bibir Haechan.

Haechan rasanya ingin menangis lagi. Ia bahkan lupa bahwa ia sedang hamil.

"Aku merasa benar benar lemah sekarang." ucap Haechan.

"Tidak, kau adalah pria terhebat yang pernah aku temui. Dan aku beruntung pria itu adalah milikku." ucap Mark sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi Haechan. Haechan tersenyum kecil.

Tiba tiba perut Haechan berbunyi lagi. Wajah Haechan sontak memerah padam.

"Sepertinya ada yang lapar." goda Mark.

Mark yang tadinya tersenyum, wajahnya mendadak berubah ketika melihat gelas yang berada di atas meja.

"Haechan, bangun sebentar." ucap Mark membuat Haechan bingung dengan tingkah laku Mark yang berubah drastis.

Tapi pada akhirnya Haechan menurut dan berdiri dari pangkuan Mark.

Mark mengambil gelas di depannya dan melihat bagian belakang gelas tersebut. Wajah Mark langsung menegang.

Haechan mengangkat alisnya bingung.

Haechan mencoba mengintip apa yang sedang Mark lihat. Dan ternyata di bagian belakang gelas itu terdapat benda kecil berwarna hitam yang menempel.

"Itu apa?" tanya Haechan.

Tapi Mark hanya menatap tajam gelas di depannya. Ia langsung mengambil benda kecil tersebut dan menghancurkannya dengan tangannya.

"Ini adalah penyadap suara. Ada orang yang sengaja menempelkannya di sini agar dapat mendengarkan pembicaraan kita." ucap Mark.

Haechan kaget.
'Apa itu perbuatan Drake?' batinnya.

"Jadi dia sudah mendengar semua yang kita bicarakan?" tanya Haechan, bulu kuduknya berdiri.

Sekarang ia semakin paranoid dengan Drake. Apa Drake benar benar akan mendekati dan menyakitinya lagi?

"Sudah pasti. Ia mendengar semua pembicaraan kita." ucap Mark.

"Bagaimana ini, Mark? Dia pasti akan kembali." ucap Haechan panik.

"Haechan, tolong jangan di bawa stres, kau sedang hamil." ucap Mark. Tapi Haechan hanya diam.

"Tenang saja, dia sudah tidak ada di sini. Sekarang kau harus makan dulu." ucap Mark.

Haechan masih sibuk dengan pikirannya. Pikirannya menerawang ke mana mana. Ia teringat kembali masa lalunya yang begitu kelam. Dan teringat tentang ibunya yang dipaksa menjadi seorang pekerja sex.

Haechan mengingat semuanya, tanpa sadar makanan sudah berada di depannya.

Mark menatap tajam pelayan tadi.

"Apa kali ini makanannya aman untuk orang hamil?" tanya Mark tanpa malu.

Haechan melotot ke arah Mark, tapi Mark seolah tidak peduli.

"I—iya, Mr. Jung. Kami jamin ini makanan aman untuk dikonsumsi oleh orang hamil." ucap pelayan itu. Ia menunduk tidak berani menatap mata Mark.

Haechan merasa kasihan dengan pelayan tersebut.

"Kau berlebihan." ucap Haechan setelah pelayan itu pergi. Mark hanya tersenyum kecil.

"Apa masih ada hal yang belum kau ceritakan padaku?" tanya Mark tiba tiba. Suaranya terdengar sangat serius.

Mulut Haechan terasa kelu.

"Maksudmu?" hanya Haechan pura pura tidak mengerti.

"Apa ada yang kau rahasiakan lagi dariku?" tanya Mark sambil menatap mata Haechan dalam.

Haechan tidak bisa berkata kata. Karena banyak—banyak rahasia yang belum Haechan ceritakan pada Mark. Seperti ibunya yang sudah meninggal, lalu tentang ayah tirinya yang meminta sejumlah uang padanya sehingga membuat ia terpaksa melakukan kontrak itu dengan Mark.

Apa sampai sekarang Mark masih menganggapnya pria mata duitan? Pria murahan yang hanya ingin kekayaan? Apa Mark masih menatapnya seperti itu?

Haechan sangat ingin bertanya.

"Ti—tidak." ucap Haechan.

"Kau berbohong." ucap Mark sambil mengangkat alisnya.

"Aku hanya lelah, Mark. Apa kita bisa membicarakan hal ini lain kali?" tanya Haechan. Hal yang saat ini ingin ia lakukan hanyalah makan dan tidur, tentunya tanpa deretan pertanyaan dari Mark.

Oke, ia seperti pemalas. Tapi ia tidak peduli, mungkin efek dari kehamilannya.

~

~

Setelah menyelesaikan acara makan itu, mereka langsung berdiri dan segera untuk pulang.

Mereka berdua memasuki lift.

"Mulai sekarang, kalau kau pergi keluar rumah harus ditemani beberapa bodyguard. Jangan membantah, ini demi kebaikanmu. Lalu mulai sekarang, aku akan usahakan untuk selalu berada di sampingmu. Aku akan bekerja dari rumah, dan mansion penjagaannya akan ku perketat lagi. Mereka akan menjaga mansion dua puluh empat jam nonstop." ucap Mark panjang lebar membuat Haechan menganga tak habis pikir.

"Tidak, Mark. Itu sungguh berlebihan." ucap Haechan menolak.

"Aku tidak menerima penolakan." final Mark. Ia melingkarkan tangannya ke pinggang Haechan.

Haechan hanya bisa menghela napas pasrah.

Ketika mereka keluar dari restoran, mereka berdua berdiri menunggu mobil Mark di depan lobi gedung tersebut.

Haechan menatap sekeliling lobi dengan perasaan paranoid.

"Ada apa?" tanya Mark.

"Hmm... tidak apa apa." ucap Haechan, lalu tatapannya berhenti pada pria yang mengenakan topi berwarna hitam yang hampir menutupi seluruh wajahnya. Pria itu duduk tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Dan aksi pria itu selanjutnya membuat mata Haechan melotot kaget. Pria itu mengeluarkan pistol, dan mengarahkannya ke arah Mark yang membelakanginya.

Haechan spontan berteriak.

"Mark!! Di belakangmu!"

Lalu...

DOR!!






BERSAMBUNG

𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang