Mark kaget ketika Haechan mengucapkan itu. Ia tidak suka melihat Haechan menangis.
"Haechan, tentang aku dan Jaemin itu—"
"Aku tidak ingin mendengar penjelasan apa pun tentang hubunganmu dengan Jaemin!" potong Haechan dengan sembab.
Mark mengusap air mata Haechan, lalu menatap wajahnya.
"Haechan...""Aku memutuskan..." ucap Haechan pelan.
Mark mengerutkan dahinya dan menunggu Haechan melanjutkan ucapannya.
"Aku memutuskan, mulai hari ini aku akan melupakan semua perasaan ini." ucap Haechan, membuat Mark kaget.
"Tidak, kau tidak boleh!" ucap Mark spontan. Ia pun kaget dengan apa yang baru ia ucapkan.
"Kau tidak berhak mengatur perasaanku!" ucap Haechan kesal.
"Memang kau bisa melupakan ku, Ms. Lee?" tanya Mark sambil menarik dagu Haechan menatapnya.
Jantung Haechan berdebar kencang.
"Tentu saja aku bisa." ucap Haechan.
"Tapi aku tak akan membiarkanmu." sahut Mark santai.
"Kenapa? Sebenarnya apa maumu, Mark?" Kenapa kau ini seolah mencintaiku, walaupun kenyataannya kau tidak memiliki perasaan padaku!" ucap Haechan kesal. Ia tidak tahan ingin mengucapkannya.
Mark terdiam, ia tidak bisa menjawabnya.
'Apa yang sebenarnya aku mau?' Mark bertanya pada dirinya sendiri.
'Haechan yang kau mau.' bisik suara di kepalanya.
Haechan melihat wajah Mark yang bingung, dan mengambil kesimpulan. Ia mendorong Mark lalu segera keluar ruangan dengan air mata yang masih mengalir.
'Aku harus cepat melupakan perasaan ini. Aku harus cepat keluar dari rumah ini.' batin Haechan.
|
|
|
|
|***
|
|
|
|
|Sudah hampir dua Minggu sejak kejadian itu, Mark menjadi jarang di rumah karena ia sibuk. Haechan Barus sadar ketika ia sakit, Mark tidak pernah pergi ke kantor. Ia selalu bekerja di rumah.
Mark ternyata benar dengan ucapannya, tidak meninggalkan Haechan ketika ia sakit. Dan Haechan terlambat menyadarinya.
Sekarang Haechan sedang mengobrol dengan Renjun. Ia jadi sering ke mansion Mark untuk menemui Haechan.
"Haechan, kau harus keluar dari sini." ucap Renjun. Haechan hanya diam.
"Mark tidak pantas memilikimu. Ia sudah sangat brengsek." ucap Renjun. Entah sudah berapa kali ia mengucapkan kalimat itu.
"Renjun, bisakah kita tidak membahasnya? Aku hanya ingin melupakannya." ucap Haechan pelan dan menatap sayu Renjun.
Renjun mengepalkan tangannya.
"Lihatlah, kau bertambah kurus, Haechan. Kau jarang makan, dan wajahmu sangat pucat. Ini semua gara gara Mark. Dulu sebelum kau ke Chicago kau tidak seperti ini." ucap Renjun kesal.Haechan tersenyum lemah. Tiba tiba Haechan merasa Renjun menyentuh tangannya. Ia menoleh dengan tatapan bingung.
Renjun menatapnya serius.
"Haechan, lupakan Mark." ucap Renjun."Aku sudah melupakannya." jawab Haechan berbohong. Ia tidak bisa melupakan Mark.
Renjun seperti sedikit lega.
Haechan tersenyum lembut.
"Aku beruntung memiliki sahabat sepertimu, Renjun."Tiba tiba tatapan Renjun berubah dingin.
"Apa kau selama ini menganggapku itu?" tanyanya. Membuat Haechan bingung."Apa?"
"Kau hanya menganggapku sahabat?" tanya Renjun dengan tatapan yang serius.
"Tentu saja, memang kau sahabatku satu satunya yang pal—"
"Tapi bagaimana jika aku menganggapmu lebih dari sekedar sahabat?" ucap Renjun yang membuat Haechan terbelalak.
"Renjun? Jangan—"
"Aku sudah mencintaimu sejak pertama mengenalmu, Haechan." ucap Renjun langsung.
Haechan terbelalak. Ia sangat kaget mendengar pernyataan itu keluar dari mulut Renjun.
"Jangan hancurkan persahabatan ini, Renjun." ucap Haechan mencoba melepaskan genggaman tangan Renjun.
"Aku sangat mencintaimu, Haechan. Mengapa kau tidak pernah sadar akan hal itu?" tanya Renjun. Kemudian ia menarik pinggang Haechan dan mencoba untuk mencium Haechan. Tapi Haechan memberontak menolak.
Panik, Haechan spontan berteriak.
"Tolong! Mark!"Renjun berhenti. Ia melepaskan Haechan.
"Ternyata memang kau belum bisa melupakan Mark." ucap Renjun.
Tangan Haechan gemetar. Melihat Haechan seperti itu Renjun merasa sangat bersalah.
"Haechan, maaf—"
"Keluar dari sini! Jangan pernah kau datang ke sini lagi!" usir Haechan dengan nada marah.
"Haechan, jangan hancurkan persahabatan kita. Kumohon!" ucap Renjun.
"Bukan aku yang menghancurkannya. Kau yang menghancurkannya, Renjun!" ucap Haechan.
Renjun terdiam sebentar, lalu menghela napas. Ia berdiri dan keluar dari ruangan itu tanpa mengucapkan apa pun.
|
|
|
|
|***
|
|
|
|
|Haechan menatap keluar jendela kamarnya.
Tiba tiba ponselnya berbunyi, tanda ada pesan yang masuk. Begitu melihat nama si pengirim, Haechan terbelalak.
Tangannya gemetar ketika memegang ponselnya. Keringat dingin menetes di dahinya.
Bagaimana Haechan tidak ketakuan ketika itu adalah James?
Haechan memberanikan diri untuk membuka pesan tersebut.
From : Jerk
Hai, Darling, aku punya berita bagus untukmu.
Kau pasti senang mendengarnya.Haechan mengerutkan dahinya. Ia lalu membalas pesan itu.
From : You
Apa maumu?
Tidak lama kemudian, James membalas. Ketika Haechan membaca pesan itu, rasanya ia tidak bis bernapas, tangannya seketika bergetar hebat. Tubuhnya berkeringat dingin, wajahnya langsung pucat pasih.
From : Jerk
Drake kabur dari penjara.
Kaki Haechan lemas, ia tidak bisa berdiri. Dan, ia langsung terjatuh ke lantai.
'Ia kembali. Apa yang harus aku lakukan?'
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙈𝙞𝙧𝙖𝙜𝙚 𝙤𝙛 𝙇𝙤𝙫𝙚 | markhyuck ✓
Teen Fiction[COMPLETED] ʟᴇᴇ ʜᴀᴇᴄʜᴀɴ, ʜɪᴅᴜᴘɴʏᴀ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ ᴊᴜɴɢᴋɪʀ ʙᴀʟɪᴋ ꜱᴇᴛᴇʟᴀʜ ᴋᴇᴍᴀᴛɪᴀɴ ɪʙᴜɴʏᴀ. ꜱᴇᴍᴜᴀɴʏᴀ ꜱᴜᴅᴀʜ ᴛɪᴅᴀᴋ ꜱᴇᴘᴇʀᴛɪ ᴅᴜʟᴜ ʟᴀɢɪ. ᴅɪʀɪɴʏᴀ ᴋɪɴɪ ʜᴀʀᴜꜱ ᴍᴇɴᴄᴀʀɪ ᴜᴀɴɢ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴊᴇʀɪʜ ᴘᴀʏᴀʜɴʏᴀ ꜱᴇɴᴅɪʀɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇᴍʙᴀʏᴀʀ ꜱᴇᴍᴜᴀ ʜᴜᴛᴀɴɢ ʏᴀɴɢ ᴅɪᴛɪɴɢɢᴀʟᴋᴀɴ ɪʙᴜɴʏᴀ. ʜɪɴɢɢᴀ ʜᴀᴇᴄʜ...